Ilmuwan China Ciptakan Nyamuk Aedes Aegypti yang Tak Lagi Tularkan DBD
Merdiyanto , telisik indonesia
Minggu, 20 April 2025
0 dilihat
Ilmuwan China berhasil mengembangkan metode untuk mencegah penularan virus-virus mematikan nyamuk. Foto: Repro Tim WMP.
" Sebuah terobosan dilakukan oleh ilmuwan China yang berhasil mengembangkan metode untuk mencegah penularan virus-virus mematikan oleh nyamuk, termasuk virus dengue penyebab DBD dan virus Zika "

CHINA, TELISIK.ID - Sebuah terobosan dilakukan oleh ilmuwan China yang berhasil mengembangkan metode untuk mencegah penularan virus-virus mematikan oleh nyamuk, termasuk virus dengue penyebab DBD dan virus Zika.
Para peneliti mengidentifikasi bakteri usus pada nyamuk yang mereka yakini dapat mencegah infeksi virus demam berdarah dan Zika, sekaligus memblokir penularan patogen ini ke manusia.
Para peneliti berpendapat bahwa temuan ini berpotensi menjadi metode alami dalam menekan penularan virus oleh nyamuk, sekaligus mengatasi masalah kesehatan masyarakat global yang disebabkan oleh wabah virus.
"Bakteri ini dapat dimasukkan ke dalam populasi nyamuk di daerah endemik demam berdarah untuk mengurangi penularan virus," kata para peneliti dalam sebuah artikel yang terbit di jurnal Science, mengutip SCMP.
Flavivirus seperti virus demam berdarah dan Zika dapat menyebabkan infeksi yang berpotensi fatal pada manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi.
Menurut Cheng Gong, penulis utama studi sekaligus profesor di departemen ilmu kedokteran dasar Universitas Tsinghua, tim ilmuwan melakukan penelitian terhadap nyamuk di Provinsi Yunnan dengan tujuan mencari metode pengendalian penyakit tular nyamuk yang aman, efektif, dan ekologis.
"Selama penelitian lapangan, kami menemukan demam berdarah sering terjadi di beberapa daerah di provinsi ini, namun tidak di daerah lainnya," kata Cheng.
"Fenomena ini menarik perhatian kami karena lokasi-lokasi ini memiliki iklim, lingkungan dan kepadatan populasi nyamuk yang sama. Kami terdorong untuk mencari tahu apa yang membuat perbedaan," lanjut dia.
Setelah mengumpulkan ribuan nyamuk dari Yunnan dan mengisolasi bakteri dari usus mereka, para ilmuwan berhasil mengidentifikasi bakteri Rosenbergiella_YN46 yang memberikan kemampuan pada nyamuk untuk melawan infeksi demam berdarah dan Zika.
Baca Juga: Heboh Lokasi Alien Ditemukan, Segini Jaraknya dari Bumi
Menurut analisis mereka, bakteri ini menghasilkan enzim yang mengasamkan lumen usus serangga sehingga mencegah virus masuk ke dalam sel.
Mekanisme ini berpotensi efektif untuk menghentikan infeksi berbagai flavivirus pada nyamuk, termasuk virus ensefalitis Jepang dan virus demam kuning.
Wang Daxi, seorang peneliti di BGI Research yang juga anggota tim, menjelaskan bahwa teknologi pengurutan baru memungkinkan lembaga tersebut menganalisis sampel nyamuk dalam jumlah besar secara efisien.
"Kami dapat memeriksa ratusan sampel nyamuk sekaligus dan mendapatkan informasi rinci tentang strain bakteri dan virus dengan akurasi tinggi dan biaya yang masuk akal. Kurangnya peralatan canggih sebelumnya merupakan hambatan besar," kata Wang dikutip dari CNN Indonesia.
Di Yunnan, perbandingan menunjukkan bahwa bakteri tersebut lebih dominan ditemukan pada usus nyamuk dari kota-kota dengan tingkat kasus demam berdarah yang rendah (Wenshan dan Puer) dibandingkan dengan daerah-daerah endemis demam berdarah seperti Xishuangbanna dan Lincang.
Selanjutnya, para ilmuwan membangun kandang di Xishuangbanna dan memasukkan bakteri tersebut ke dalam air tempat nyamuk bertelur.
Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa bakteri tersebut mampu 'menjajah' usus nyamuk di setiap tahap perkembangan dan secara nyata mengurangi infeksi dengue pada populasi nyamuk yang belum terpapar bakteri ini.
Cheng menyatakan bahwa temuan ini berpotensi menjadi metode alami untuk menghentikan penyakit yang ditularkan oleh gigitan nyamuk di seluruh dunia.
"Metode biokontrol ini didasarkan pada temuan dari alam dan tidak memerlukan intervensi medis untuk manusia, seperti vaksin dan pengobatan khusus yang belum dikembangkan," ujar dia.
Lebih lanjut, metode ini tidak bergantung pada pembasmian nyamuk, yang berpotensi mengembangkan resistensi terhadap insektisida. Cheng menambahkan bahwa nyamuk memegang peranan penting dalam rantai makanan dan ekosistem sebagai sumber pakan krusial bagi burung dan ikan.
"Satu-satunya elemen yang berbahaya adalah virus yang dibawa oleh nyamuk. Ketika mereka tidak lagi membawa virus, manusia, nyamuk, dan hewan hidup berdampingan secara harmonis," ujarnya.
Baca Juga: Hewan Bisa Berhitung? Begini Penjelasannya
Ke depan, para peneliti berencana mengidentifikasi sumber bakteri tersebut. Cheng menduga sumbernya bisa berasal dari daun, ranting, atau nektar tanaman tertentu.
Dia merujuk pada penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa semua spesies bakteri dalam genus Rosenbergiella berasal dari getah atau nektar tanaman.
"Kami kemudian dapat memindahkan tanaman tersebut ke Xishuangbanna untuk menguji lebih lanjut apakah nyamuk dapat memperoleh bakteri usus dari makanan dari tanaman tersebut, dan berhenti terinfeksi oleh flavivirus," ujar Cheng.
"Jika tanaman ini cocok untuk ditanam di rumah tangga perkotaan atau daerah pemukiman, hasil penelitian kami dapat diterapkan di seluruh dunia setelah menilai keefektifan, keamanan, dan risikonya terhadap spesies tanaman lokal lainnya," pungkasnya. (C)
Penulis: Merdiyanto
Editor: Kardin
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS