Ini Alasan PBB Tak Mampu Selesaikan Konflik Palestina-Israel

Adinda Septia Putri, telisik indonesia
Kamis, 26 Oktober 2023
0 dilihat
Ini Alasan PBB Tak Mampu Selesaikan Konflik Palestina-Israel
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kerap kesulitan melakukan tugasnya dalam menangani krisis, termasuk perang Israel-Palestina karena badan dunia tersebut tidak bisa selalu melakukan intervensi terhadap suatu negara. Foto: Repro Tirto.id

" Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai badan perdamaian dunia, kerap kesulitan melakukan tugasnya dalam menangani krisis, termasuk perang Israel-Palestina "

TEL AVIV, TELISIK.ID – Perang antara Palestina dan Israel akhir-akhir ini semakin memanas setelah kelompok militan Palestina, Hamas, menyerbu Israel, dan Israel membalasnya dengan pengeboman dan menutup total jalur Gaza di Palestina.

Konflik Palestina-Isarel belum menemukan titik damai meski telah terjadi puluhan tahun lamanya. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai badan perdamaian dunia, kerap kesulitan melakukan tugasnya dalam menangani krisis, termasuk perang Israel-Palestina karena badan dunia tersebut tidak bisa selalu melakukan intervensi terhadap suatu negara, kata Kepala Perwakilan PBB untuk Indonesia Valerie Julliand, dilansir dari Internasional.republika.co.id.

“PBB beranggotakan 193 negara. Apa yang kami lakukan sebagai perwakilan PBB, mandat, tindakan kami ditentukan oleh negara-negara anggota,” kata Julliand kepada wartawan di sela-sela acara Hari PBB di Jakarta, Selasa (24/10/2023)

Ia menyambung, ketika PBB tidak bisa melakukan intervensi, itu bukan karena staf PBB tidak mau, tetapi karena negara anggotanya tidak menyetujuinya. Dia lebih lanjut menyampaikan, PBB sulit melakukan tugasnya dalam situasi kritis karena Dewan Keamanan tidak dapat menyepakati resolusi yang akan memungkinkan intervensi yang lebih cepat dan lebih efektif.

Dewan Keamanan merupakan badan tertinggi PBB yang bertanggung jawab untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional. Namun, Julliand menuturkan, PBB memiliki tanggung jawab untuk membantu orang-orang yang membutuhkan, meskipun terkadang tidak memiliki sumber daya yang cukup.

Baca Juga: Update Terkini Israel dan Palestina di Gaza

Menurut dia, PBB juga tetap penting dan relevan karena dapat menggunakan suaranya untuk membela hak-hak orang yang tertindas.

“Suara PBB terkadang tampaknya lemah, tetapi telah berhasil membawa perubahan di dunia,” ujarnya.

Dikutip dari Tempo.co, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah menyerukan gencatan senjata atau jeda kemanusiaan agar bantuan dapat menjangkau warga sipil di Gaza. Ia pun menyambangi Rafah, perbatasan Mesir dengan Gaza, untuk memantau situasi penyaluran bantuan yang tidak berjalan lancar karena adanya kebuntuan antara Israel dengan Hamas perihal 200 lebih warga Israel yang masih disandera.

“Kita harus menghentikan kebuntuan dramatis ini. Kita benar-benar perlu memindahkan truk-truk tersebut secepat mungkin, dan sebanyak mungkin, dari Mesir ke Gaza,” katanya, ketika krisis listrik dan air bersih berlangsung di Gaza lantaran tidak ada bahan bakar.

Namun, badan yang beranggotakan 193 negara ini belum berhasil membawa kedua pihak ke akhir konflik. Negara-negara telah mencoba, melalui diplomasi, untuk mengesahkan resolusi yang menyerukan gencatan senjata dan bantuan kemanusiaan.

Baca Juga: Palestina Merdeka Pertanda Kiamat Semakin Dekat?

Contohnya Brasil, yang pekan lalu mengusulkan ke Dewan Keamanan draf resolusi tentang jeda konflik sementara antara Israel-Palestina demi memungkinkan akses bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.

Meskipun 12 dari total anggota dewan 15 negara setuju, draf tersebut gagal lolos setelah AS menggunakan hak veto terhadapnya. Tindakan tersebut menuai banyak kritik, termasuk dari Rusia dan Cina.

AS, yang merupakan sekutu Israel, dikenal sering menyetop Dewan Keamanan untuk mengambil tindakan terhadap Israel. Merespons hal ini, Koordinator Residen PBB untuk Indonesia, Valerie Julliand, menjelaskan mengapa sejauh ini PBB belum berhasil mengakhiri konflik ini, bahwa badan tersebut hanya bisa melakukan apa yang dimungkinkan oleh negara-negara anggota. (C)

Penulis: Adinda Septia Putri

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Artikel Terkait
Baca Juga