Izinkan TKA China, Umar Arsal: Sultra Dijadikan Kelinci Percobaan
Marwan Azis, telisik indonesia
Jumat, 26 Juni 2020
0 dilihat
Mantan Anggota DPR-RI asal Sultra, Umar Arsal. Foto: Ist.
" Kita tidak menolak investasi, tapi keamanan dan kesehatan masyarakat jauh lebih penting. "
JAKARTA, TELISIK.ID - Perubahan sikap Pemerintah Daerah Sultra yang awalnya menolak Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China ke Sultra, namun kini membolehkan, dinilai membuat posisi Sultra menjadi kelinci percobaan.
“Seandainya Pemerintah Daerah Sultra konsisten menolak, pasti Pemerintah Pusat tak akan memaksakan untuk mengizinkan masuk tenaga kerja asing asal China terlebih saat masih pandemi. Sekarang Sultra jadi kelinci percobaan. Dengan masuknya 156 tenaga kerja asal China ke Sultra, daerah lain bakal segera menyusul,” kata mantan Anggota DPR-RI asal Sultra, Umar Arsal kepada Telisik.id via telepon di Jakarta, (26/6/2020).
Politisi Demokrat ini mempertanyakan urgensi kebijakan pemerintah yang membolehkan TKA asal China masuk ke Indonesia terutama ke Sultra di masa pandemi COVID-19.
“Kenapa mesti dipaksakan TKA asal China itu masuk ke Sultra, di saat pandemi COVID-19 masih berlangsung. Padahal tidak ada hal yang sifatnya memaksa,” ujarnya dengan nada tanya.
Baca juga: Dubes China Sebut Pekerja Indonesia Kurang Terampil, Rizal Ramli: Kurang Ajar
Mestinya, lanjut pengurus DPP Partai Demokrat ini, pemerintah bisa memahami psikologis masyarakat, disuruh jaga jarak dan dianjurkan tidak bepergian kemana-kemana agar bisa terhindar wabah Corona. Tapi di sisi lain justru pemerintah mengizinkan TKA asal China yang menjadi sumber virus corona itu masuk.
Dia menyarankan pemerintah sebaiknya menunda dulu masuknya tenaga kerja asing asal China ke Sultra, mengingat kasus Corona di Indonesia masih tinggi, dan penerapan PSPB saat ini masih dalam transisi menuju new normal.
Menurutnya, kebijakan karantina selama tiga bulan yang selama ini berjalan bisa rusak karena masuknya tenaga kerja asing asal China yang menjadi sumber penyebaran corona.
“Jadi sebaiknya ditunda dulu masuknya mereka. Sampai betul-betul kasus Corona berakhir di Indonesia dan kondisi sudah normal kembali seperti sedia kala. Menurut sejumlah kalangan, diperkirakan normal sekitar bulan Agustus-September,” tutur politisi yang pernah mengibarkan Sang Merah Putih di puncak Elbrus ini.
“Kita tidak menolak investasi, tapi keamanan dan kesehatan masyarakat jauh lebih penting,” tambahnya.
Reporter: Marwan Azis
Editor: Haerani Hambali