Jadi Penjual Nasi Pinggiran untuk Penuhi Kehidupan Sehari-hari

Erni Yanti, telisik indonesia
Sabtu, 21 Oktober 2023
0 dilihat
Jadi Penjual Nasi Pinggiran untuk Penuhi Kehidupan Sehari-hari
Wati, seorang penjual nasi, sedang melayani pelanggannya menyiapkan berbagai pesanan. Foto: Erni Yanti/Telisik

" Wati (50), setiap hari berjualan nasi di pinggiran Jalan Sao-Sao, Kelurahan Kadia, Kota Kendari. Wati menyediakan berbagai makanan, mulai dari nasi telur dadar, nasi ikan goreng, nasi ayam, gado-gado dan es teh sebagai penyegar "

KENDARI, TELISIK.ID - Wati (50), setiap hari berjualan nasi di pinggiran Jalan Sao-Sao, Kelurahan Kadia, Kota Kendari. Wati menyediakan berbagai makanan, mulai dari nasi telur dadar, nasi ikan goreng, nasi ayam, gado-gado dan es teh sebagai penyegar.

Masing-masing menu tersebut tersedia dengan beragam harga, mulai dari Rp 12.000 hingga Rp 20.000. Para pelanggan pun banyak menyukai jualannya karena selalu fresh dengan identik nasi hangat.

Tampak Wati mengamati setiap kendaraan lewat, betharap ada senyuman untuk singgah membeli jualannya.

"Saya dari sini dari pukul 07:00 pagi hingga 15.00 sore, walaupun dengan pengjasilan pas-pasan untuk makan, tapi alhamdulilah sangat bersyukur," ujarnya sambil tersenyum, Sabtu (21/10/2023).

Baca Juga: Demi Sekolah, Siswi Yatim Piatu di Wakatobi Rela Jalan Kaki 14 Kilometer

Wati merupakan seorang perantau dari Jawa  yang datang di Kendari karena ajakan seorang teman, sebelumnya saat di Jawa ia juga berprofesi sebagai penjual sembako dan makanan jadi.

Wati menjadi seorang perantau di Kendari sudah 4 tahun, sehingga ia mulai merasakan bagimana persaingan para pedagang di Kendari saat ini.

"Saya berjualan waktu masih COVID-19, dulu belum banyak penjual sehingga banyak penghasilan yang didapat, berbeda dengan sekarang hanya pas-pasan," ucapanya.

Wati menjalani kehidupannya hanya bersama anak-anaknya, berpisah dengan suaminya sudah sejak lama. Sehingga anak-anaknya didik keras harus mandiri dan tidak menyusahkan orang lain.

Menjadi seorang penjual di Kendari tentu membuatnya beradaptasi dengan mahalnya harga-harga sembako, menurutnya sangat berbeda ketika ia masih di Jakarta yang terbiasa dengan harga sembako dan sayuran murah.

Wati sering sekali menghadapi masalah dalam berjualan, mulai dari gerobak jualannya ditertibkan Satpol PP sampai harus pindah tempat berkali-kali.

Masalah tersebut berdampak pada para pelanggannya yang sudah mulai sepi, hingga ia harus terus mencari tempat yang diharapkan banyak pelanggan membeli jualannya.

Dalam berjualan, Wati sering dibantu oleh anak sulungnya untuk membawakan nasi dan lauk-lauk yang dijualnya saat habis. Selain itu terkadamg anak perempuannya itu ikut membantu dan mengganati Wati untuk istrahat.

"Biasanya pagi itu hanya 2 termos bawa nasi dan lauk secukupnya, kalau habis saya telpon anak saya untuk menyiapkan lauk tambahan," pungkasnya.

Saat telisik.id sedang bercerita dengan Wati, anaknya yang sering dipanggil Mpok sedang membawa es kristal untuk dibuatnya es teh dan nasi yang sedikit lagi akan habis.

"Ini mak nasi dan esnya saya simpan dalam termos, nanti habis telpon aja mak," ucap Mpok saat menaruh nasi yang dibawanya lalu menata lauk-lauk tersebut.

Baca Juga: Perjuangan Seorang Pria Merantau di Kendari Jualan Es Dawet Demi Hidupi Keluarga

Meski kata Wati, anaknya merupakan lulusan S2, namun tidak gengsi untuk membantu orang tuanya. pemikiran anaknya itu berubah setelah menjalani studi S2-nya. Sebelumnya saat masih sekolah begitu gengsi untuk berjualan.

Terlihat banyak pelanggan yang dilayani Wati di sela-sela tim Telisik.id bercerita. Beragam model lauk yang dipilih pelanggan hingga Wati begitu sibuk melayani sembari memberikan senyuman hangatnya.

Salah seorang pembeli, Yeni memesan nasi telur beberapa porsi, menurutnya nasi yang dijual Wati sangat enak dan ciri khas.

"Pesan nasi telurnya tante dibungkus ya," ucapnya sambil tersenyum lalu duduk di kursi yang disediakan Wati untuk menunggu pesannya. (A)

Penulis: Erni Yanti

Editor: Kardin

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baca Juga