Kakek Sikke, Pria Senja yang Sudah Setengah Abad Mengayuh Becak

Kardin, telisik indonesia
Selasa, 15 Desember 2020
0 dilihat
Kakek Sikke, Pria Senja yang Sudah Setengah Abad Mengayuh Becak
Daeng Sikke saat menunggu penumpang. Foto: Kardin/Telisik

" Hari ini saya hanya dapat Rp 20 ribu saja, kalau kemarin hanya Rp 17 ribu. Paling banyak Rp 25 ribu saya dapat. "

KENDARI, TELISIK.ID - Transportasi tradisional becak memang sudah melegenda di Indonesia. Keberadaannya pun makin terkikis zaman.

Sejak dulu, becak dikenal sebagai transportasi massal, bukan saja di daerah Pulau Jawa, tapi becak juga menyebar di berbagai daerah termasuk Pulau Sulawesi dan sampai di Kota Kendari.

Namun perlahan tapi pasti, peran transportasi roda tiga itu makin ketinggalan zaman dan dianggap kuno. Begitu pun di Kota Kendari, becak hanya dapat kita jumpai di sepanjang Kota Lama sampai di area Pasar Sentral Kota Kendari.

Pengayuh becak pun hanya diminati oleh segelintir orang tua saja, sedangkan orang yang lebih muda memilih kendaraan roda dua atau angkutan umum. Seolah becak merupakan milik kaum tua saja.

Tak ayal, para tukang becak yang setiap ditemui pasti sudah berusia paruh baya, bahkan ada yang telah berusia senja, seperti Daeng Sikke yang kini telah berumur 67 tahun dan masih setia mengayuh becaknya untuk menyambung hidup.

Pria kelahiran tahun 1953 di Sulawesi Selatan  (Sulsel) itu mengaku telah membawa becak sejak umur 17 tahun di Kota Makassar. Sejak itu, becak sudah menjadi bagian hidupnya selama 50 tahun terakhir atau sudah setengah abad lamanya.

Dari kampung halamannya, ia hijrah ke Kota Kendari pada tahun 2006 untuk mencari peruntungan dan profesinya masih ia lakoni sebagai tukang becak di area Kota Lama. Ia sangat setia dengan pekerjaannya itu.

Baca juga: Sosok Sartono, Pencipta Lagu Hymne Guru

Namun, sang kakek mengaku tak sekuat dulu lagi yang mampu mengangkut penumpang walau jaraknya jauh sekalipun.

Pendapatannya pun berkurang drastis, kini dalam sehari mengayuh becak, Daeng Sikke hanya menghasilkan paling beruntung sebanyak Rp 25 ribu saja. Sepinya penumpang dan usia yang kian menua jadi penyebabnya.

"Hari ini saya hanya dapat Rp 20 ribu saja, kalau kemarin hanya Rp 17 ribu. Paling banyak Rp 25 ribu saya dapat," kata sang kakek, mengawali perbincangan kami di area Pasar Sentral Kota Kendari, Senin (14/12/2020).

Keriput di wajahnya, rambut yang sudah dipenuhi uban dan tidak setegap dulu lagi saat berdiri menunjukkan ia adalah pekerja keras.

Ia mengaku, sejak pukul 5 pagi saat fajar menyingsing dirinya sudah ke luar rumah untuk mencari rezeki di area pelelangan ikan dan ketika matahari mulai terbenam ia pulang ke rumah, itu ia lakoni setiap hari tanpa absen.

Selain pendapatan yang pas-pasan, ternyata becak yang ia bawa bukan miliknya, melainkan dia sewa dari orang lain dengan membayar setoran.

"Becak ini bukan saya punya tapi saya sewa, dua hari saya bayar Rp 15 ribu," katanya dengan sedikit senyum.

Baca juga: Perempuan-Perempuan Jibu-Jibu

Bahkan ia mengaku, jika sedang mengangkut penumpang dan melewati sedikit perbukitan, ia harus turun untuk mendorong becaknya karena sudah tak kuat lagi mengayuh di ketinggian.

"Biasa kalau lewat jembatan itu kan pasti ada sedikit pendakian, ya, saya turun dorong karena sudah tidak kuat lagi. Beda kalau masih kuat seperti dulu," bebernya.

Di usia senjanya, ia menaruh harapan agar masih diberikan kesehatan dan kekuatan untuk menjalani hidup walau kini ia tinggal sebatang kara di kediamannya.

Istrinya sudah lama berpulang ke pangkuan Illahi, sedang dua orang anaknya berada di kampung halamannya di Sulsel.

Kini ia tinggal di sebuah gubuk di Kelurahan Sodohoa, Kecamatan Kendari Barat, hasil buatannya sendiri dengan menggunakan bahan-bahan yang sudah tidak terpakai lagi untuk dikumpulkan.

"Saya bikin gubuk supaya tidak kedinginan saja kalau malam. Saya tinggal sendiri karena istri sudah lama meninggal," ungkapnya.

Percakapan kami pun akhirnya terpaksa disudahi juga karena hari semakin senja, waktunya bagi Daeng Sikke untuk pulang beristirahat. Selanjutnya ia akan bangun lebih awal lagi untuk mengayuh becak di pagi buta. (B)

Reporter: Kardin

Editor: Haerani Hambali

TAG:
Baca Juga