Ketua PDFMI Timur Jaya Raja Al-Fath Soroti Minim SDM dan Fasilitas Forensik di Sultra

Erni Yanti, telisik indonesia
Jumat, 01 Agustus 2025
0 dilihat
Ketua PDFMI Timur Jaya Raja Al-Fath Soroti Minim SDM dan Fasilitas Forensik di Sultra
Ketua Perhimpunan Dokter Forensik Medikolegal Indonesia (PDFMI) Cabang Timur Jaya, Dr. dr. Raja Al Fath Widya Iswara, saat diwawancarai awak media di Kendari, Jumat (1/8/2025). Foto: Erni Yanti/Telisik

" Ketua Perhimpunan Dokter Forensik Medikolegal Indonesia (PDFMI) Cabang Timur Jaya, Dr. dr. Raja Al Fath Widya Iswara, menyoroti minimnya fasilitas dan sumber daya manusia (SDM) bidang forensik di Sulawesi Tenggara "

KENDARI, TELISIK.ID - Ketua Perhimpunan Dokter Forensik Medikolegal Indonesia (PDFMI) Cabang Timur Jaya, Dr. dr. Raja Al Fath Widya Iswara, menyoroti minimnya fasilitas dan sumber daya manusia (SDM) bidang forensik di Sulawesi Tenggara.

Raja Al-Fath menilai Sultra masih sangat membutuhkan dukungan fasilitas forensik modern untuk menunjang layanan medikolegal di daerah.

"Di Sulawesi Tenggara sendiri, kita masih tertinggal dibandingkan kota-kota besar. Sampel forensik masih harus dikirim ke Sulawesi Selatan. Ini tentu menyulitkan dan memperlambat proses penyelidikan," ujarnya di sela-sela kegiatan ilmiah PDFMI di Kendari, Jumat (1/8/2025).

Raja Al Fath mengatakan, salah satu fokusnya ke depan adalah meningkatkan kapasitas melalui pelatihan-pelatihan berkala, serta mendorong pemanfaatan teknologi terkini seperti kecerdasan buatan (AI) dalam praktik forensik.

Baca Juga: Pemkot Kendari Jadi yang Pertama Gelar Retret Tingkat Kabupaten/Kota se-Indonesia

"Kita akan mulai dengan pelatihan yang benar-benar aplikatif, bukan hanya bagi dokter forensik, tapi juga untuk masyarakat. Penggunaan AI diharapkan bisa membuat proses identifikasi dan penentuan waktu kematian menjadi lebih cepat dan presisi," jelasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Pengurus Pusat PDFMI periode 2022–2025, Prof. Dr. dr. Dedi Afandi, menyebut saat ini terdapat hanya tiga dokter forensik aktif di Sulawesi Tenggara, yang harus melayani 17 kabupaten/kota. Jumlah tersebut dinilai sangat jauh dari ideal.

"Secara nasional, kita punya sekitar 370 dokter forensik, sementara jumlah kabupaten/kota di Indonesia ada 546. Artinya kita masih kekurangan lebih dari 170 dokter forensik," terang Prof. Dedi.

Ia juga menyoroti ketimpangan distribusi tenaga forensik yang masih terpusat di Pulau Jawa dan Sumatra, sementara wilayah-wilayah timur Indonesia, termasuk Sulawesi Tenggara, belum mendapatkan perhatian yang cukup.

Baca Juga: BEM FH-UHO Gelar LawBiz Festival di Kendari, Dihadiri Artis Iqbaal Ramadhan

PDFMI menegaskan perlunya keterlibatan pemerintah pusat dan daerah, serta institusi kepolisian, dalam penyediaan infrastruktur dasar seperti laboratorium forensik, alat CT-scan, dan bank data DNA nasional.

"Tanpa bank data DNA, kita tidak bisa mengidentifikasi jenazah dengan cepat, misalnya pada kasus orang hilang atau bencana massal. Itu pekerjaan rumah kita bersama," tambah Prof. Dedi.

Ke depan, PDFMI Timur Jaya juga berkomitmen menggelar pertemuan ilmiah secara rutin dan memperkuat sinergi antar-cabang untuk mendorong edukasi publik serta peningkatan kapasitas profesional di bidang forensik. (B)

Penulis: Erni Yanti

Editor: Mustaqim

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Baca Juga