Kita Pun Bisa Menjadi Pemegang Kunci Surga, Begini Caranya
Haerani Hambali, telisik indonesia
Minggu, 21 November 2021
0 dilihat
Orang yang dimaksud oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam sebagai pemegang kunci surga ternyata orang yang selalu berbaik sangka. Foto: Repro muslimah.or.id
" Masuk surga adalah dambaan semua manusia. Apalagi memegang kunci surga. Karena itu berarti, jaminan surga itu makin nyata di genggaman "
KENDARI, TELISIK.ID - Masuk surga adalah dambaan semua manusia. Apalagi memegang kunci surga. Karena itu berarti, jaminan surga itu makin nyata di genggaman.
Tahukah, Anda siapa yang dimaksud oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam sebagai pemegang kunci surga?
Dilansir dari Republika.co.id, dalam sebuah taklim di hadapan para sahabatnya, Rasulllah Shallallahu alaihi wasallam mengatakan bahwa sebentar lagi akan masuk seseorang yang kelak akan memegang kunci surga.
Semua sahabat terpana. Sampai-sampai Umar bin Khattab iri dengan penyematan istilah tersebut.
Tidak lama kemudian masuklah orang yang dimaksud. Orang ini penampilannya biasa-biasa saja. Tidak ada ciri khusus.
Karena penasaran, Umar meminta izin untuk menginap di rumah orang ini. Namun, dia tidak menemukan amalan khusus orang tersebut.
Baca Juga: Tak Bisa Beribadah, Wanita Haid Tetap Meraih Pahala dengan Amalan Ini
Ketika Umar bertanya apa rahasianya. Orang itu menjawab, "Ibadah dan amalanku sebenarnya biasa saja, wahai Umar. Hanya selama hidupku, aku diajari oleh ibuku untuk tidak punya perasaan buruk sangka terhadap apa pun dan siapa pun. Barangkali itulah amalan yang dimaksud Rasulullah SAW."
Dari kisah di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu pemegang kunci surga adalah orang yang selalu berbaik sangka atau husnuzan. Allah SWT memerintahkan kita untuk berperilaku husnuzan, sebagaimana firman-Nya dalam QS al-Hujurat ayat 12:
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.
Dikutip detik.com dari buku 'Belajar Aqidah Akhlak' karya Muhammad Asroruddin Al Jumhuri, husnuzan adalah salah satu perilaku mulia, yakni berbaik sangka. Sikap dan cara pandang seseorang melihat sesuatu secara positif sehingga hati dan pikirannya bersih dari prasangka yang belum tentu kebenarannya.
Dalam Islam, sikap husnuzan terbagi menjadi tiga. Pertama, husnuzan kepada Allah SWT, berarti selalu berusaha berbaik sangka kepada Allah SWT atas apa pun yang kita hadapi dan alami dalam kehidupan kita.
Husnuzan kepada Allah hukumnya wajib. Hal ini sesuai dalam sebuah hadits riwayat Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda, "Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai."
Selain itu, berdasarkan hadis riwayat Muslim, Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya Allah berkata, 'Aku sesuai prasangka hambaku padaku. Jika prasangka itu baik, maka kebaikan baginya. Dan apabila prasangka itu buruk, maka keburukan baginya."
Kedua, husnuzan kepada diri sendiri, berarti berprasangka baik kepada diri sendiri. Menerima apa adanya serta berbaik sangka kepada Allah SWT tidak menyesali keadaan dan keberadaannya.
Baca Juga: Mengapa Wanita Salehah Disebut Perhiasan Dunia Terbaik? Ini Penjelasannya
Adanya berbagai cobaan hidup seperti terjadi kecelakaan, sakit, kehilangan pekerjaan, belum dikaruniai keturunan, dan sebagainya. Dari keadaan tersebut, kita harus tetap bersyukur kepada Allah SWT yang telah menciptakan sebaik-baiknya makhluk.
Ketiga, husnuzan kepada orang lain. Sikap yang selalu berpikir dan berprasangka baik kepada sesama manusia. Sikap ini ditunjukkan dengan rasa senang, berpikir positif, dan sikap hormat kepada orang lain tanpa ada rasa curiga, dengki, dan perasaan tidak senang tanpa alasan yang jelas.
Husnuzan kepada sesama merupakan tindakan terpuji. Sikap ini membawa kita pada pikiran positif kepada sesama. Dengan adanya pikiran positif itu, kita dapat memandang orang lain tanpa syak wasangka yang tidak perlu.
Inilah amalan hati, yaitu selalu berbaik sangka (husnuzan) dengan semua keputusan Allah SWT. Inilah produk dari olahan kekuatan iman dari seorang hamba Allah yang ikhlas. Sehingga Allah SWT mengganjar siapa saja yang memiliki sifat husnuzan sebagai pemegang kunci surga. (C)
Reporter: Haerani Hambali
Editor: Fitrah Nugraha