Malaria Masih Merupakan Beban Penyakit di Dunia

Jasrawati, telisik indonesia
Sabtu, 10 Februari 2024
0 dilihat
Malaria Masih Merupakan Beban Penyakit di Dunia
Jasrawati, Mahasiswa Program Magister Kesehatan Masyarakat Mandala Waluya Kendari. Foto: Ist.

" Gejala awal malaria yang paling umu adalah demam, sakit kepala dan menggigil. Gejala ini biasanya dimulai dalam 10-15 hari setelah digigit nyamuk yang terinfeksi "

Oleh: Jasrawati

Mahasiswa Program Magister Kesehatan Masyarakat Mandala Waluya Kendari

KITA mungkin tidak asing dengan penyakit malaria, tapi apakah kita tahu bahwa penyakit malaria adalah salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia? Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit Plasmodium dan ditularkan nyamuk spesies Anopheles sp. Penyakit malaria ini banyak terjadi di daerah tropis dan sub tropis, di mana nyamuk anopheles dapat berkembang biak.

Gejala awal malaria yang paling umu adalah demam, sakit kepala dan menggigil. Gejala ini biasanya dimulai dalam 10-15 hari setelah digigit nyamuk yang terinfeksi. Karena beberapa gejala malaria tidak spesifik, maka untuk menegakkan diagnosa malaria memerlukan pemeriksaan laboratorium diantaranya rapid test, secara mikroskopis (standar emas) dan secara PCR.

Biasanya titik perkembangbiakan nyamuk paling banyak terjadi sesudah musim hujan. Selain itu, Parasit Plasmodium diketahui terdiri dari 5 spesies dengan masa inkubasi yang berbeda-beda, yaitu P.falciparum, P.vivax, P.ovale, P.malariae dan P.knowlesi. Penyakit ini ditandai dengan demam yang berselang seling, dengan anemia dan limpa membesar.

Parasit malaria dapat berkembang tidak hanya di dalam vektor nyamuk anopheles betina, tetapi dapat juga berkembang di dalam tubuh manusia. Tanggal 25 April diperingati sebagai Hari Malaria Sedunia. Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan dukungan untuk pencegahan dan pengendalian malaria.

Beban Penyakit

Berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa hingga kini, penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan secara global dan terdapat 249 juta kasus malaria pada tahun 2022 dibandingkan dengan 244 juta kasus pada tahun 2021. Perkiraan jumlah kematian akibat malaria di 85 negara mencapai 608.000 pada tahun 2022 dibandingkan dengan 610.00 pada tahun 2021.

Malaria juga merupakan salah satu faktor penting penyebab tingginya angka kematian bayi dan anak-anak. Infeksi malaria selama kehamilan dapat menyebabkan keguguran, kematian prakelahiran, dan berat bayi lahir rendah. WHO wilayah Afrika terus menanggung menanggung beban malaria global yang sangat besar.

Pada tahun 2022, wilayah ini menanggung sekitar 94?ri seluruh kasus malaria dan 95% kematian. Anak-anak di bawah usia 5 tahun menyumbang sekitar 78?ri seluruh kematian akibat malaria di wilayah tersebut. Empat negara Afrika menyumbang lebih dari separuh kematian akibat malaria di seluruh dunia: Nigeria (26,8%), Republik Demokratik Kongo (12,3), Uganda (5,1%) dan Mozambik (4,2%).

Baca Juga: Kesehatan dan Ideologi Negara Kesejahteraan Sosial

Untuk wilayah Indonesia, data terakhir yang dibuat oleh Kemenkes per 19 Desember 2022,kasus malaria  masih banyak ditemui di Indonesia bagian timur khususnya Papua, Papua barat, Maluku, dan NTT sedangkan yang sudah eliminasi malaria hingga april 2023 sebanyak 5 provinsi dan 381 kabupaten/kota.

Untuk di Sulawesi Tenggara, hampir seluruh kabupaten/kota sudah eliminasi, namum 2 kabupaten belum dan masih dalam proses, yaitu Muna dan Muna Barat. Untuk daerah Muna dan Muna Barat penyebab malaria bukan dari masyarakat setempat, melainkan dalam hal ini perantau yang tiba dari luar daerah yang membawa penyakit malaria.

Untuk mengatasi masalah ini tentunya diberikan solusi yaitu melakukan screening guna menyaring secara ketat agar penyakit dapat terdeteksi bagi masyarakat yang berasal dari luar terutama yang dari daerah endemis malaria.Selain itu dilakukan proses asesmen vaksin untuk mengeliminasi malaria di dua kabupaten tersebut.

Beban Malaria pada Ibu Hamil dan Anak

Beban malaria paling tinggi ditanggung oleh anak-anak. Rendahnya imunitas malaria pada ibu hamil dan balita dibanding kelompok lainnya menyebabkan insidensi malaria lebih tinggi pada kelompok tersebut dengan efek negatif termasuk anemia dan kematian. Dengan masih tingginya jumlah penduduk yang tinggal di daerah dengan penularan malaria (70 juta jiwa) masih terdapat banyak ibu hamil dan anak yang beresiko menderita malaria.

Malaria pada ibu hamil dan anak mengganggu pertumbuhan dan perkembangan terutama dalam periode “golden age”. Dari seluruh kasus malaria di Indonesia, 44% terjadi pada anak usia di bawah 15 tahun (311 kasus) dengan 48,971 kasus pada balita termasuk 7,672 kasus terjadi pada bayi.

Pencegahan Malaria

Malaria dapat dicegah dengan menghindari gigitan nyamuk dan mengkonsumsi obat-obatan seperti kemoprofilaksis sebelum bepergian ke daerah di mana malaria sering terjadi.

Baca Juga: Bangsa Sehat: Berwawasan Lingkungan

Turunkan risiko terkena malaria dengan menghindari gigitan nyamuk:

1. Gunakan kelambu saat tidur di tempat yang terdapat nyamuk malaria.

2. Gunakan obat nyamuk  setelah senja.

3. Gunakan losion anti nyamuk

4. Kenakan pakaian pelindung ( baju dan celana panjang)

5. Menyemprot dinding rumah dengan insektisida dapat membunuh nyamuk dewasa yang masuk ke dalam rumah.

6. Tidak membiarkan air menggenang di sekitar rumah.

Rencana Masa Depan Bebas Malaria di Dunia dan Indonesia

Pada tahun 1998 malaria diidentifikasi oleh Direktur Jenderal WHO, sebagai proyek prioritas utama dengan kembalinya penyakit malaria. Pada tahun itu juga WHO, UNICEF, UNDP dan Bank Dunia mengembangkan satu respon terpadu untuk mengatasi masalah endemis malaria di negara-negara berkembang. Respon tersebut disebut Roll Back Malaria (RBM).

RBM diterjemahkan menjadi "Gebrak Malaria" yang merupakan gerakan bersama, terpadu antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, lembaga donor dan masyarakat untuk memberantas malaria. Upaya penanggulangan malaria di berbagai belahan dunia kini semakin ditingkatkan, akan tetapi usaha-usaha ini telah menghadapi hambatan yang serius yakni semakin meluasnya Plasmodium yang resisten terhadap obat anti malaria, begitu pula nyamuk anopheles spp yang resistan terhadap insektisida.

Lebih banyak intervensi sekarang telah direncanakan untuk Papua misalnya pemberian obat massa, pengobatan preventif intermiten untuk ibu hamil, penguatan pemantauan dan kepemimpinan berbasis masyarakat. Strategi teknis global WHO untuk malaria 2016-2030, yang diperbarui pada tahun 2021, memberikan kerangka teknis untuk semua negara endemis malaria. Hal ini dimaksudkan untuk memandu dan mendukung program regional dan negara dalam upaya pengendalian dan eliminasi malaria.

Strategi ini menetapkan target global yang ambisius namun dapat dicapai, termasuk:

1. Mengurangi kejadian kasus malaria setidaknya 90% pada tahun 2030.

2. Mengurangi angka kematian akibat malaria setidaknya 90% pada tahun 2030.

3. Menghilangkan malaria di setidaknya 35 negara pada tahun 2030.

4. Mencegah kembalinya malaria di semua negara yang bebas malaria.

Untuk di Indonesia, Kementerian Kesehatan RI memiliki target eliminasi malaria sepenuhnya pada tahun 2030. (*)

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Artikel Terkait
Baca Juga