Masayoshi Son, Pendiri SoftBank yang Disebut Sebagai Angel Investor

Fitrah Nugraha, telisik indonesia
Selasa, 23 Februari 2021
0 dilihat
Masayoshi Son, Pendiri SoftBank yang Disebut Sebagai Angel Investor
Masayoshi Son. Foto: Repro Google.com

" Keberhasilan perusahaan pun memotivasi Son untuk menjelajah ke arena lain. Saat itu, ia mulai tertarik untuk terlibat dalam perangkat perutean telepon, penerbitan majalah, pameran dagang Comdex, dan layanan internet broadband. "

JEPANG, TELISIK.ID - Nama Masayoshi Son tidak asing bagi kebanyakan masyarakat, mengingat ia adalah orang terkaya kedua di Jepang.

Masayoshi Son pendiri SoftBank telah lama dikenal sebagai sosok investor malaikat alias angel investor bagi perusahaan startup atau rintisan di bidang teknologi. Perusahaan yang ia besarkan, SoftBank adalah perusahaan telekomunikasi raksasa di Negeri Matahari Terbit tersebut.

Melansir wartaekonomi.co.id, Masayoshi Son lahir pada 11 Agustus 1957 di Tosu, Saga, Jepang dari keluarga Zainichi Korea generasi kedua. Son telah bekerja keras dan ambisius sejak muda.

Son menyelesaikan sekolah menengahnya dan mendaftar di Holy Names University. Dua tahun kemudian, dia dipindahkan ke Universitas California, Berkeley tempat dia belajar ekonomi dan ilmu komputer.

Selama waktu itu dia menyadari bahwa teknologi komputer akan segera merevolusi dunia bisnis dan dia dapat memperoleh keuntungan dari microchip.

Pada masa inilah, pemuda tersebut menjadi tertarik pada kewirausahaan. Maka sekembalinya ke Jepang, ia pun mendirikan perusahaan distribusi perangkat lunak bernama Nihon SoftBank. Dalam beberapa tahun, perusahaan yang ia dirikan naik ke puncak industri komputer baru di Jepang, yang mendorongnya untuk mengembangkan bisnisnya.

Keberhasilan perusahaan pun memotivasi Son untuk menjelajah ke arena lain. Saat itu, ia mulai tertarik untuk terlibat dalam perangkat perutean telepon, penerbitan majalah, pameran dagang Comdex, dan layanan internet broadband.

Namun, tidak semua usahanya berhasil. Dia kehilangan hampir satu miliar dolar di Kingston Technologies pada akhir 1990-an. Pada tahun 2000, Son menerima pukulan besar ketika dia kehilangan sekitar USD70 miliar selama kecelakaan dot com.

Dengan bertekad dan ulet, Son berhasil bangkit kembali dalam beberapa tahun untuk membangun kembali bisnisnya dengan melakukan beberapa akuisisi strategis.

Pada tahun 2000, Son pun memutuskan untuk berinvestasi sebesar USD20 juta di Alibaba, sebuah perusahaan e-commerce China yang baru didirikan oleh Jack Ma.

Baca juga: Din Syamsuddin, Sosok Intelektual Berprinsip Islam

Alibaba pun terbukti menjadi investasi yang bijaksana karena selama bertahun-tahun bagi Son. Alibaba tumbuh mencatat pertumbuhan yang fenomenal dan penawaran umum perdana pada tahun 2014 membawa saham SoftBank menjadi lebih dari USD50 miliar.

Pada 2001, Son pun membentuk Yahoo! BroadBand dengan Yahoo! Jepang di mana dia memiliki kepentingan sebagai pengendali.

Akhirnya Yahoo! BB mengakuisisi Japan Telecom, penyedia broadband dan telepon rumah terbesar ketiga saat itu dan sekarang menjadi penyedia broadband terkemuka di Jepang.

Tahun 2006, SoftBank mencoba memasuki pasar seluler yang berkembang pesat selama bertahun-tahun sebelum mampu membeli Vodafone Jepang dengan harga sekitar USD15 miliar.

Meskipun Vodafone Jepang berada di ambang kehancuran pada saat akuisisi, Son berhasil memantapkan dirinya sebagai kekuatan hebat di industri Mobile Jepang. SoftBank Mobile miliknya saat ini pun tumbuh besar menjadi perusahaan telekomunikasi paling menguntungkan di Jepang.

Tak puas sampai di situ, pada 2013 Son mengambil alih mayoritas Sprint Nextel, sebuah perusahaan induk telekomunikasi Amerika senilai USD22 miliar.

Akuisisi ini menjadi akuisisi asing terbesar oleh sebuah perusahaan Jepang hingga saat ini. Saat ini Sprint adalah operator jaringan nirkabel terbesar keempat di Amerika Serikat.

Son juga merupakan angel investor bagi berbagai perusahaan rintisan hingga perusahan tersebut sukses menjadi unicorn dan decacorn. Sebut saja Go-Jek, Grab, Tokpedia bahkan Alibaba.

Namun, tak semua investasi yang Son berikan berhasil. Sejak akhir tahun 2019 lalu, Son harus menghadapi kerugian dari WeWork dan Uber hingga kekayaannya turun drastis.

Baca juga: Prof Firmanzah, Sosok Intelektual Muda dengan Sederet Prestasi

Harta Masayoshi Son Naik 3 Kali Lipat

Belum lama ini, harga saham Softbank berhasil menyentuh rekor tertinggi sejak dua dekade terakhir. Efeknya, kekayaan miliarder Masayoshi Son juga ikut berlipat ganda menjadi USD 48,3 miliar setara Rp 679 triliun.

Melansir liputan6.com yang mengutip dari Forbes, Sabtu (20/2/2021), pada perdagangan Selasa pekan lalu, harga saham perusahaan bank investasi asal Jepang ini bernilai 10.420 yen. Lebih tinggi daripada rekor terakhirnya di bulan Februari 2000 yang berhasil menyentuh angka 10.111 yen.

Sebagian besar kekayaan Son bersumber dari kepemilikan terhadap 27 persen saham Softbank. Tidak heran, lonjakan 221 persen saham Softbank sejak tahun lalu membuat kekayaan Son yang awalnya USD 16,6 miliar setara Rp 233 triliun, bertambah hampir tiga kali lipat.

Terutama setelah Son berhasil muncul dalam daftar Miliarder Dunia tahun 2020 yang dirilis Forbes. Son berada di peringkat kedua sebagai orang terkaya kedua di Jepang, setelah Tadashi Yanai, pemilik merek pakaian Uniqlo.

Sejumlah analis berpendapat, peningkatan harga saham Softbank dalam beberapa waktu terakhir juga disebabkan oleh aksi jual aset yang dimiliki Softbank untuk melakukan buyback saham.

Dari April hingga September tahun lalu, Softbank berhasil mengumpulkan dana segar USD 53 miliar setara Rp 745 triliun dari penjualan aset besar-besaran. Terutama restrukturisasi terhadap aset Softbank di T Mobile, perusahaan operator nirkabel di Amerika Serikat.

Beberapa aset yang dijual juga, saham Softbank di raksasa e-commerce China, Alibaba serta afiliasi telekomunikasi SoftBank Corp.

Dengan dana besar tersebut memungkinkan Softbank pertanggal 31 Januari lalu, dapat membeli kembali saham yang beredar ke publik senilai USD 12,42 miliar setara Rp 174 triliun.

Selain aksi restrukturiaasi aset besar-besaran untuk melakukan buyback saham, peningkatan harga saham Softbank juga ikut terpengaruh oleh tren positif pendapatan mereka selama periode sembilan bulan dari April - Desember 2020.

Softbank mencetak penjualan bersih USD 40 miliar setara Rp 562 triliun. Laba bersihnya naik lebih banyak lagi, perusahaan mencatat laba bersih USD 29,6 miliar setara Rp 416 triliun, naik 541 persen.

Sekalipun pada periode tersebut merupakan momentum tersulit pada perekonomian akibat hantaman Pandemi COVID-19, Softbank juga berhasil untung besar dari aksi IPO dari perusahaan portofolionya.

Melalui Softbank Vision Fund 1 dan 2, Softbank berhasil meraup keuntungan dari hasil investasi hingga USD 27,6 miliar setara Rp 388 triliun.

Mayoritas IPO sukses yang telah dilakukan Softbank ialah pada perusahaan rintisan. Di antaranya IPO Opendoor, start-up penjualan properti di Silicon Valley. DoorDash, start-up pesan antar makanan. Serta Seer, perusahaan produsen pakaian medis.

Meski sempat dibayang-bayangi oleh kegagalan Softbank saat IPO WeWork 2019 silam, Son rupanya masih berani bertaruh untuk IPO yang lebih banyak lagi tahun ini. Ambisinya, Son dapat membawa 10 hingga 20 perusahaan portofolionya untuk go-public.

Beberapa diantaranya Policy Bazaar, start-up agregator asuransi asal India, start-up ride hailing asal China, Didi Chuxing dan E-commerce asal Korea, Coupang. (C)

Reporter: Fitrah Nugraha

Editor: Haerani Hambali

Baca Juga