Masyarakat Bombana Manfaatkan Nira Aren Menjadi Gula Semut

Hir Abrianto, telisik indonesia
Sabtu, 10 April 2021
0 dilihat
Masyarakat Bombana Manfaatkan Nira Aren Menjadi Gula Semut
Produk gula semut produksi Kelompok Tani Kelurahan Poea. Foto: Hir Abrianto/Telisik

" Kemarin pupuk organik sudah lancar, sekarang kita berdayakan lagi petani lainnya untuk mengolah gula semut. "

BOMBANA, TELISIK.ID - Berbagai jenis tumbuhan dapat hidup dengan baik di Sulawesi Tenggara karena kelembaban suhu dan ketersediaan air yang cukup.

Tidak sedikit masyarakat menjadikan kekayaan flora ini sebagai sumber penghidupan, salah satunya pohon aren atau pohon enau. 

Air (nira) pohon ini digunakan masyarakat Bombana dan diolah secara alami menjadi gula merah. Hal itu sudah berlangsung selama puluhan tahun lamanya.

Perkembangan zaman yang kini serba dilakukan oleh mesin, juga berpengaruh terhadap produksi gula merah. Salah satu contohnya seperti di Kelurahan Poea, Kecamatan Rumbia Tengah, Kabupaten Bombana.

Melalui pemberdayaan masyarakat kelompok tani, nira aren saat ini tengah diupayakan diproduksi menjadi gula semut.

Baca juga: Kemenpora Pastikan Buton Layak Jadi Tuan Rumah JPI

Lurah Poea, Sahirul mengatakan, saat ini pihaknya tengah fokus pada pemberdayaan pengolahan gula semut.

"Kemarin pupuk organik sudah lancar, sekarang kita berdayakan lagi petani lainnya untuk mengolah gula semut," ucap Sahirul kepada Telisik.id saat ditemui Sabtu (10/4/2021).

Menurut Sahirul, pemberdayaan masyarakat melalui produksi gula semut ini akan meningkatkan nilai jual gula merah ketimbang jika air aren ini dijadikan minuman keras tradisional yang notabene memabukkan.

"Daripada dibuat minuman tradisional digunakan mabuk-mabuk, lebih baik kita jadikan bahan makanan yang bermanfaat dan bisa meningkatkan pendapatan masyarakat. Maka dengan adanya alat pengering berupa oven, kita sudah bisa mengolah aren menjadi gula semut, hanya saja kita belum bisa memproduksi dalam jumlah banyak," lanjutnya.

Dalam kemasan isi 0,5 kilogram, gula semut tersebut dijual senilai Rp 35.000. Jika dilihat dari potensi yang ada, menurut Sahirul, penggunaan gula semut ini lebih efektif digunakan di warung-warung kopi.

"Untuk lebih tertibnya lagi, kami uruskan Surat Keterangan Usaha dan izin BPOM, biar bagaimana ini harus diakui oleh pemerintah," pungkasnya. (B)

Reporter: Hir Abrinto

Editor: Haerani Hambali

TAG:
Baca Juga