Mencari Penantang Khofifah-Emil Dardak di Pilgub Jawa Timur

Efriza, telisik indonesia
Minggu, 14 Juli 2024
0 dilihat
Mencari Penantang Khofifah-Emil Dardak di Pilgub Jawa Timur
Efriza, Dosen Ilmu Pemerintahan dan Owner Penerbitan. Foto: Ist.

" Pasangan Khofifah-Emil memperoleh kekuatan besar dukungan sebesar 57 kursi dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jawa Timur dari kelima partai politik tersebut "

Oleh: Efriza

Dosen Ilmu Pemerintahan dan Owner Penerbitan

PEMILIHAN Kepala Daerah Gubernur (Pilgub) Jawa Timur masih menyisakan kekuatan dari adanya petahana. Bahkan petahana tersebut, masih maju berpasangan yakni Khofifah Indar Prawansa-Emil Dardak, menyebabkan denyut politik di Pilkada Jawa Timur berdetak dengan lemah.

Dukungan terhadap Khofifah-Emil begitu kuat setelah Golkar, Gerindra, Demokrat, PAN, dan PSI. Terakhir pasangan ini memperoleh dukungan dari PPP. Pasangan Khofifah-Emil memperoleh kekuatan besar dukungan sebesar 57 kursi dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jawa Timur dari kelima partai politik tersebut.

Masih tersisa 4 partai politik yang belum menentukan kursi dan dua partai politik peraih suara pertama dan kedua yakni Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan 27 kursi dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) 21 kursi, diikuti oleh partai menengah yakni Partai Nasdem dengan 10 kursi dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dengan 5 kursi.

Hanya saja, Nasdem dan PKS masih menimbang Khofifah-Emil dengan belum menentukan pilihan dan mengambil keputusan politik. Tulisan ini ingin mengulas denyut rendah Pilkada Jawa Timur.

Calon Tunggal Hal Mustahil

Meski Khofifah-Emil begitu kuat, tetapi diyakini Jawa Timur tak akan terjadi fenomena calon tunggal pasangan Khofifah-Emil melawan kotak kosong. Kedua partai politik peraih suara pertama dan kedua yakni PKB dan PDIP telah memberikan sinyal memungkinkan akan berkoalisi dan mengupayakan menghadirkan pasangan calon alternatif untuk melawan pasangan Khofifah-Emil. PKB dan PDIP masing-masing partai ini juga punya kans untuk mengusung calon pasangan gubernur dan wakil gubernur di Jawa Timur sendiri.

PKB telah memberikan sinyal menolak mengusung Khofifah-Emil. Alasan PKB jelas tak mengusung Khofifah selaku petahana karena kinerjanya selama memimpin masyarakat Jawa Timur, dinilai oleh PKB kurang berprestasi.

Sinyal menolak Khofifah-Emil ditunjukkan oleh PDIP dengan mengumbar sejumlah nama. Ini terjadi karena PDIP kecewa, Khofifah sudah menentukan pilihan wakilnya dengan tetap bekerjasama bersama pasangannya saat ini yakni Emil Dardak.

Sehingga PDIP hanya sebagai pendukung saja jika turut dalam koalisi, karena kans untuk mengajukan pendamping Khofifah sudah tertutup peluangnya.

PKB dan PDIP juga diyakini punya kader-kader mumpuni dan diakui dari level nasional, daerah, dan juga didukung masyarakat Jawa Timur. Diyakini koalisi PKB-PDIP bisa terwujud mengajukan pasangan calon sebagai penantang Khofifah-Emil, hanya sekadar menunggu waktu saja.

Rencana koalisi penantang Khofifah juga memungkinkan bertambah kuat dengan masih adanya PKS dan Nasdem. Malah jika keempat partai ini berkoalisi kekuatannya akan lebih besar dengan sebanyak 63 kursi.  Sehingga keempat partai ini jika berkoalisi maka tak akan sekadar sebagai penantang tak setimpal dengan Khofifah-Emil.

Jika koalisi ini terbentuk, lalu keempat partai politik ini dapat mengajukan nama yang memang punya daya pikat besar di masyarakat, maka masih memungkinkan koalisi alternatif ini diluar prediksi menjungkalkan pasangan Khofifah-Emil.

Baca Juga: Menakar Peluang Kaesang di Pilkada Jawa Tengah

Bahkan, masih memungkinkan jika lawan tanding dari Khofifah-Emil tiga pasangan calon, tak sekadar dua pasangan calon semata.

Mencari Penantang Khofifah-Emil

Ketika Khofifah-Emil telah berkoalisi kembali untuk mencoba peruntungan melanjutkan jabatan keduanya.

Koalisi besar pun telah diraih pasangan ini. Hanya saja, PKB dan PDIP yang masih percaya diri akan mengusung calon sebagai penantang Khofifah-Emil.

Diyakini memang Pilgub Jawa Timur tidak terjadi pasangan calon tunggal. PKB dan PDIP diyakni akan berkoalisi meski kedua partai politik ini bisa mengajukan calon sendiri. Bahkan, masih memungkinkan tiga pasangan calon, jika dianggap sebagai strategi politik untuk menjungkalkan Khofifah-Emil.

PKB dan PDIP juga punya sosok kader yang mumpuni dan diperhitungkan di Jawa Timur. PDIP misalnya ada tiga nama potensial dari menteri di Kabinet Indonesia Maju (KIM) seperti Tririsma Harini, Pramono Anung, dan Azwar Anas.

Kemudian ada nama dari latar belakang eksekutif daerah seperti: Ahmad Fauzi bupati Sumenep, Hanandhito bupati kediri, Nur Arifin bupati Trenggalek. Sedangkan PKB ada nama seperti Ida Fauziah dan KH Marzuki, keduanya punya kekuatan massa pemilih dan juga mencuat nama-nama ini karena aspirasi dari suara akar rumput partai.

Koalisi penantang Khofifah-Emil masih punya peluang besar untuk memenangkan kontestasi Pilgub Jawa Timur. Jika koalisi alternatif ini bisa mengusung semangat perubahan, menawarkan gagasan baru, dapat menunjukkan kegagalan kepemimpinan Khofifah-Emil, dan juga menunjukkan antusiasme dalam membangun Jawa Timur.

Sehingga, sekali lagi ditegaskan masih memungkinkan koalisi alternatif ini diluar dugaan akan memenangkan Pilgub Jawa Timur.

Jadi saat ini, memang menyisakan empat partai politik belum menentukan pilihan politiknya di Pilgub Jawa Timur.

Bahkan, kedua partai besar peraih suara pertama dan kedua nyatanya juga masih bungkam soal siapa calon gubernur dan calon wakil gubernur yang akan diusung.

PKB dan PDIP semestinya dapat membangun koalisi juga dengan mengajak PKS serta Nasdem. Diyakini koalisi alternatif dari keempat partai ini akan didukung oleh masyarakat Jawa Timur.

Ini perlu dilakukan agar pasangan Khofifah-Emil lebih mempersiapkan diri. Sehingga pasangan Khofifah-Emil dapat serius dalam membangun visi-misi dan program kerja yang ditawarkan kepada masyarakat.

Harus diakui bahwa pola dua periode kepemimpinan memerintah tidak sepenuhnya baik bagi masyarakat. Dikhawatirkan di periode kedua kepemimpinan Khofifah-Emil nantinya jika terpilih dapat malah merosot tajam, jika tidak diseriusi oleh PKB-PDIP untuk memberikan lawan tanding yang kuat menghadapi pasangan tersebut.

Baca Juga: Ridwan Kamil Terjebak Pilihan Maju Pilgub Jabar atau Jakarta

Legitimasi masyarakat harus didapatkan oleh pasangan Khofifah-Emil sudah semestinya dengan berusaha payah, penuh keringat, dan juga dengan kompetisi yang menguras energi.

Ini diperlukan agar bukan saja membuktikan dukungan masyarakat kepada Khofifah-Emil tak didapatkan dengan mudah, juga dukungan dari masyarakat memang besar bagi pasangan ini, serta sebagai bukti bahwa Khofifah-Emil tak bisa bersantai dengan merasa jumawa karena kepuasan masyarakat masih tinggi terhadap petahana ini.

Sebaiknya memang PKB ketika sudah menyatakan tak mengusung Khofifah-Emil karena dianggap tidak becus memimpin Jawa Timur. PKB patut diharapkan serius dan berani mengajukan calon dari kadernya yang benar-benar berkapasitas dan berintegritas tinggi, yang nantinya akan dicarikan untuk dipasangkan dengan kader dari partai lainnya jika memilih berkoalisi.

Jika koalisi alternatif ini dapat terbentuk maka memungkinkan persaingan akan sengit. Masyarakat juga akan antusias, sebab dalam banyak survei misalnya, KH Marzuki dari PKB membayangi elektabilitas urutan kedua setelah Khofifah.

Hanya saja saat ini PKB, PDIP, Nasdem, dan PKS, perlu memiliki keberanian tingkat tinggi untuk membangun koalisi alternatif bersama. Dari keberanian berkoalisi maka akan perlu dilanjutkan menghadirkan pasangan calon yang terbaik untuk diajukan.

Sehingga tidak sekadar membulatkan tekad untuk maju dan melawan semata, tetapi diikuti semangat menjungkalkan pasangan Khofifah-Emil.

Rumusan yang dapat diajukan pasangan calon misalnya mengkombinasikan pasangan calon seperti, Risma-Marzuki, Marzuki-Pramono Anung, Ida Fauziah-Hanindhito, artinya siapa saja bisa dipasangkan dari kemungkinan koalisi. (*)

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

TAG:
Artikel Terkait
Baca Juga