Menelisik Makna dan Rahasia Bacaan Ayat di Balik Haroa Orang Buton

Deni Djohan, telisik indonesia
Sabtu, 25 April 2020
0 dilihat
Menelisik Makna dan Rahasia Bacaan Ayat di Balik Haroa Orang Buton
Suasana Haroa disalah satu rumah warga di Kota Baubau. Terlihat, seorang perangkat masjid atau Lebe bersama pemilik rumah sedang khusyuk menjalankan ritual Haroa. Foto: Deni Djohan/Telisik

" Jadi setiap momen itu berbeda doanya. Kemudian kita selipkan juga dengan ilmu para leluhur. Jadi kita tidak fokus pada Yasin, karena ada terselip permintaan khusus saat membaca Yasin. "

BAUBAU, TELISIK.ID - Haroa, atau ritual memanjatkan doa kepada Sang Khalik saat momen tertentu merupakan salah satu tradisi orang Buton yang hingga kini masih dilestarikan. Ada banyak bulan yang dijadikan waktu untuk menggelar ritual Haroa. Salah satunya Haroa memasuki bulan Ramadan.

Tradisi Haroa pada bulan Ramadan bertujuan untuk meminta pengampunan dan umur panjang kepada Sang Khalik agar amal dan ibadah selama menjalankan ibadah pada bulan suci Ramadan seperti puasa, salat dan zakat dapat diterima. Tak hanya itu, dalam doa juga terselip pengampunan dosa kepada para arwah leluhur yang telah mendahului kita dapat diterima Allah SWT.

Makna Haroa tidak lain hanya pembacaan doa yang sertakan dengan berbagai ritual tradisi seperti, pembakaran dupa atau makan bersama. Pada momen Ramadan, seluruh manusia diibaratkan sebagai petani yang telah siap memanen hasil kebunnya. Artinya, seluruh kebaikan yang dikerjakan sebelum memasuki bulan suci Ramadan didoakan agar menjadi sebuah pahala besar.

Pasca bulan Ramadan selesai atau memasuki lebaran, Haroa kembali dilanjutkan. Pada Haroa ini disebut dengan Haroa kemenangan.

"Jadi setiap momen itu berbeda doanya. Kemudian kita selipkan juga dengan ilmu para leluhur. Jadi kita tidak fokus pada Yasin, karena ada terselip permintaan khusus saat membaca Yasin," tutur salah satu perangkat mesjid Al-Muqarabin, Wameo atau Lebe, Masuddin.

Baca juga: Penemuan Bayi di Tepi Pantai Gegerkan Warga

Kata dia, tidak semua bulan dalam penanggalan Hijriah itu digelar ritual Haroa terkecuali terdapat momen tertentu seperti Haroa syukuran atau meminta doa selamat. Sedang yang wajib dilakukan itu adalah Haroa Syakban, Rajab, Maulid dan Ramadan.

"Kalau Idul Adha itu hanya Haroa syukuran saja," tambahnya.

Ia menjelaskan, setiap doa yang terselip dalam masing-masing momen itu berbeda-beda. Jika Ramadan sudah tentu yang diminta untuk kepentingan Ramadan. Sedangkan Rajab terselip istigfar Rajab kemudian bacaan surah Al-Ikhlas sebanyak 100 kali dan ratib juga 100 kali yang dikhususkan para almarhum dan almarhumah.

Berbeda lagi dengan Maulid. Doa pada maulid terbilang cukup panjang dan bisa memakan waktu sampai satu setengah jam. Sebab dalam bacaannya terdapat banyak ritual. Berbeda lagi dengan Haroa Syakban. Dalam Haroa Syakban terselip bacaan surah Yasin sebanyak tiga kali yang bertujuan untuk meminta umur panjang, rezeki, dan lain-lain. Kemudian dilanjutkan dengan doa nisfu Syakban dan dilanjutkan dengan doa-doa arwah.

"Ada juga momen kesyukuran. Momen biasanya seperti lebaran. Nah ini kita baca kegembiraan mi. Nah, beda juga bacaan nya ini," tambahnya.

Sebagai pembaca doa, momen seperti ini sudah tentu akan menambah penghasilannya. Namun dirinya tak pernah mematok biaya jasa pada setiap rumah. Semua tergantung kerelaan pengguna jasa Lebe.

"Jadi kalau seperti momen ini biasanya 20 sampai 15 rumah yang datang memanggil di rumah. Untuk tetangga saja sekitar 10 rumah lebih. Sisanya di luar lingkungan mi," tuturnya.

Saat ditanya apakah pada setiap bacaan terselip doa tentang wabah virus COVID-19 yang mungkin segera berakhir, ia mengaku bila setiap malamnya perangkat masjid terus mendoakan negeri Buton dijauhkan dari wabah penyakit tak terkecuali virus Corona. Bahkan, setiap melangkah ke luar rumah, mereka terus mendoakan untuk kebaikan negeri para wali ini termasuk masyarakat yang hidup damai dan tenteram.

Reporter: Deni Djohan

Editor: Sumarlin

Artikel Terkait
Baca Juga