Mengapa Harus Selalu Muhasabah Diri? Ini Keutamaannya

Haerani Hambali, telisik indonesia
Selasa, 05 Oktober 2021
0 dilihat
Mengapa Harus Selalu Muhasabah Diri? Ini Keutamaannya
Hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (melakukan muhasabah). Foto: Repro Islampos.com

" Muhasabah juga dipandang sebagai suatu sarana yang dapat mengantarkan seorang manusia untuk mencapai derajat yang tertinggi sebagai hamba Allah SWT. "

KENDARI, TELISIK.ID - Secara bahasa, muhasabah artinya, 'melakukan perhitungan.' Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai mawas diri atau introspeksi diri, yakni peninjauan atau koreksi terhadap (perbuatan, sikap, kelemahan, kesalahan, dan sebagainya) diri sendiri.

Muhasabah juga dipandang sebagai suatu sarana yang dapat mengantarkan seorang manusia untuk mencapai derajat yang tertinggi sebagai hamba Allah SWT.

Setidaknya ada empat poin penting dari bermuhasabah, seperti dikutip dari Republika.co.id.

Pertama, muhasabah adalah suatu perintah dari Allah SWT. Hal itu sesuai dengan Al-Qur'an surah al-Hasyr ayat 18. Artinya, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."

Bermuhasabah menyebabkan seorang hamba yang beriman melaksanakan perintah-Nya. Orang itu akan selalu memperhitungkan diri sendiri sebelum menilai orang lain. Apakah dirinya sudah pantas sebagai hamba Allah SWT yang baik? Apakah amalan-amalannya bernilai di sisi Allah Ta'ala? Hidup di dunia ini adalah kesempatan yang tak boleh disia-siakan untuk mengumpulkan bekal bagi perjalanan di akhirat kelak.

Kedua, muhasabah merupakan tolok ukur keimanan seseorang. Artinya, keimanan seorang hamba Allah ditentukan oleh sejauh mana dia dapat menerapkan muhasabah dalam kehidupannya.

Ketiga, muhasabah merupakan karakteristik seseorang yang bertakwa. Dengan menghisab diri sendiri, seseorang dapat sadar diri. Pada akhirnya, dia kian termotivasi untuk meningkatkan kualitas amalan-amalan demi mendapatkan ridha-Nya.

Keempat, muhasabah adalah kunci sukses baik di dunia maupun akhirat. Dengan bermuhasabah, ada dorongan dari diri sendiri untuk melakukan yang lebih baik daripada hari kemarin.

Demikian pula, hari esok diproyeksikan lebih baik daripada hari ini. Generasi umat Islam yang gemar bermuhasabah tidak akan berpangku tangan alias bersantai-santai dalam menjalani kehidupan. Sebab mereka meyakini adanya Hari Perhitungan (Yaumul Hisab), yakni ketika Allah SWT menunjukkan dan membalas setiap amal baik dan buruk, sekecil apa pun itu.

Kebiasaan bermuhasabah akan membawa pada optimisme, alih-alih pesimisme. Tujuan akhirnya adalah ridha Ilahi, yang ditandai dengan izin-Nya agar diri masuk ke dalam surga.

Dalam Islam, muhasabah merupakan salah satu amalan yang sangat dianjurkan. Sebagai sebuah amalan yang dianjurkan, muhasabah memiliki keutamaan dan manfaat yang luar biasa. Muhasabah diri dipercaya dapat memberikan ketenangan dan kedamaian dalam jiwa seseorang.

Selin itu, muhasabah juga dapat mendorong seseorang ke arah kehidupan yang bermakna serta memotivasi untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Berikut adalah manfaat muhasabah diri menurut Ibnul Qayyim, dilansir dari Republika.co.id.

Mengetahui aib diri sendiri

Dapat membuat seseorang menjadi kritis pada diri sendiri dalam menunaikan hak Allah SWT.

Membantu seseorang untuk muraqabah; merasa selalu dilihat dan diawasi oleh Allah SWT

Dapat memperbaiki hablum minannas atau hubungan sesama manusia.

Terhindar dari sifat munafik.

Membukakan pintu kehinaan dan ketundukan di hadapan Allah SWT.

Dapat menempati surga Firdaus serta memandang wajah Rabb yang Mulia lagi Maha Suci.

Dengan melakukan muhasabah diri, manusia akan membuka hati dan menyadari segala dosanya. Setelah itu, muslim yang taat akan bertaubat dan tak mengulangi kesalahannya.

Sebab taubat adalah bentuk penyesalan seorang muslim. Sebagimana dalam hadis, Rasulullah bersabda "Menyesal adalah taubat." (HR. Ibnu Majah).

Kemudian dalam surah At Taubah ayat 126.

"Dan tidakkah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, kemudian mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran?" (QS At-Taubah: 126).

Umar bin Khattab pernah mengatakan, "Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, itu akan memudahkan hisab kalian kelak. Timbanglah amal kalian sebelum ditimbang kelak. Ingatlah keadaan yang genting pada hari kiamat".

Kemudian dia mengutip surah Al Haqqah ayat 18.

"Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Rabbmu), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah)." (QS. Al-Haqqah: 18).

Apa yang dikatakan Umar bin Khattab juga sesuai dengan sabda Nabi dalam hadis yang diriwatkan Syadad bin Aus, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, "Orang yang cerdas (sukses) adalah orang yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri, serta beramal untuk kehidupan sesudah kematiannya. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT."

Berikut ini beberapa cara melakukan muhasabah, dilansir dari brilio.net.

1. Mengavaluasi niat, amalan, dan dosa-dosa

Langkah pertama untuk bermuhasabah adalah merenungkan apa saja yang telah dilalui dalam hidup. Kemudian mengevalusi, sudahkah memiliki niat menjadi orang yang lebih baik? Sudahkah melakukan amalan yang diperintahkan Allah? Dan sudahkah menyadari berapa banyak dosa yang telah dilakukan?

Setelah mengetahui jawabannya, kemudian niatkan untuk senantiasa lebih taat kepada Allah dan menghindari larangan-Nya.

Baca Juga: Jangan Tinggalkan Doa Ini Sebelum Salam Usai Tasyahud Akhir

Baca Juga: Keutamaan Menghafal Al-Qur'an bagi Kehidupan Dunia dan Akhirat

2. Mendirikan salat taubat

Setelah menyesali segala dosa, muslim yang taat akan segera bertaubat. Salah satu bentuk amalan yang bisa dilakukan adalah mendirikan salat taubat.

Tata caranya sama seperti salat pada umumnya, namun bisa terdiri dari dua rakaat, empat rakaat, atau enam rakaat. Pada bagian sujud terakhir, akuilah segala dosa dan meminta ampun pada Allah SWT.

Sebagaimana Rasulullah bersabda, "Yang paling dekat antara seorang hamba dengan Rabbnya adalah ketika ia sujud, maka perbanyaklah doa ketika itu."

3. Menerima masukan dan saran orang lain

Dalam suatu riwayat, Imam Bukhari menceritakan kisah Umar bin Khattab yang memberi saran kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan Al-Qur'an. Saat itu, Abu Bakar sempat menolak dan bimbang dengan usulan tersebut.

Namun Umar meyakinkan bahwa hal itu adalah kebaikan. Hingga Abu Bakar pun berkata, "Umar senantiasa membujukku untuk mengevaluasi pendapatku dalam permasalahan itu hingga Allah melapangkan hatiku dan akupun berpendapat sebagaimana pendapat Umar."

Tak hanya para sahabat, bahkan Rasulullah pun bersabda, "Sesungguhnya aku hanyalah manusia seperti kalian. Aku lupa sebagaimana kalian lupa. Oleh karenanya, ingatkanlah aku ketika diriku lupa."

Lalu dalam hadis lain dijelaskan, "Jika Allah menghendaki kebaikan bagi diri seorang pemimpin/pejabat, maka Allah akan memberinya seorang pendamping/pembantu yang jujur yang akan mengingatkan jika dirinya lalai dan akan membantu jika dirinya ingat." (HR. Abu Dawud). (C)

Reporter: Haerani Hambali

Editor: Fitrah Nugraha

Artikel Terkait
Baca Juga