Mengapa Wanita Tertarik Jadi Teroris? Ini Ulasannya
Ibnu Sina Ali Hakim, telisik indonesia
Kamis, 01 April 2021
0 dilihat
Ilustrasi penangkapan terduga teroris wanita. Foto: Repro Indeksnews.com
" Alasan pelibatan perempuan dalam terorisme berdasarkan hasil wawancara yang kami peroleh, dan tentu saja tidak mewakili pandangan umum seluruh perempuan. Menurut mereka (teroris), perempuan diandalkan dalam soal loyalitas, kesetiaan dan kepatuhan. Perempuan juga paling mudah percaya dan tunduk dengan nuansa yang berbau agama. "
KENDARI, TELISIK.ID - Indonesia kembali dikejutkan dengan aksi seorang wanita yang diduga teroris.
Tak tanggung-tanggung, terduga teroris wanita itu nekat melakukan aksi terornya di Markas Besar (Mabes) Polri, Rabu (31/3/2021).
Saat melancarkan aksinya, pelaku memakai pakaian gamis hitam dengan kerudung biru. Ia juga membawa sebuah map kuning dan tas selempang berwarna hitam, tak lupa tangannya menggengam senjata api sembari menodongkan senjata itu pada aparat kepolisian yang sedang berjaga di Mabes Polri.
Kali ini Telisik.id akan mengulas tindak kejahatan terorisme yang belakangan ini banyak melibatkan perempuan.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan wanita tertarik jadi teroris, salah satunya adalah tertarik pada paham radikalisme.
Ini merupakan faktor ideologis dan faktor religius, dimana para perempuan didoktrin dengan pemahaman bahwa Indonesia negara yang kurang Islami.
Selanjutnya, faktor ketidakadilan politik, ekonomi, dan sosial.
Faktor itu sangat berpengaruh pada perempuan, sehingga sangat mudah bagi kelompok radikalisme tersebut untuk merekrut para perempuan.
“Ini yang dikeluhkan oleh banyak istri ketika suami mereka ditangkap mereka langsung distigma oleh masyarakat. Banyak dari mereka diusir, mau ngontrak gak boleh, mereka kesulitan tempat tinggal, mendapat kerja dan sebagainya. Ini juga tidak benar. Masyarakat kita harus bersikap adil, karena kalau kita menstigma, maka yang menolong perempuan akhirnya ya kelompok-kelompok itu lagi. Justru para perempuan itu, karena diselamatkan oleh kelompok itu akhirnya bergabung lagi,” ungkap Komisioner Komnas Perempuan Riri Khariroh dilansir Suara.com jaringan Telisik.id, Kamis (1/3/2021).
Lanjut Riri, Peningkatan peran aktif perempuan dalam terorisme ini, luput dari perhatian pemerintah, padahal berbagai riset dan penelitian sudah menyebutkan bahwa perempuan berpotensi memiliki peran yang sama dengan laki-laki dalam gerakan radikalisme. Perempuan, kata Riri dianggap sebagai sosok yang lemah lembut sehingga tidak dicurigai oleh pihak yang berwajib.
Baca Juga: Keluarga Terduga Teroris Penyerang Mabes Polri Diperiksa
Selain itu cowriter buku “Perempuan dalam Terorisme” Khoirul Anam mengatakan temuan di lapangan, ketika mewawancarai istri dari para pimpinan terorisme ini, adalah bahwa para perempuan ini mengalami ketidaksetaraan dalam rumah tangga antara suami dan istri.
Temuan kedua adalah kuatnya ajaran bahwa istri punya tanggung jawab untuk mendengar dan mematuhi apa pun kata suami. Sementara temuan ketiga adalah para perempuan tersebut tidak sadar bahwa ketika sudah mengikuti paham radikalisme, mereka tidak lagi mau menyapa para tetangganya yang tidak memakai jilbab, dan sebagainya.
Bagi para perempuan ini, hal itu biasa saja. Mereka bahkan menilai tidakan suaminya melakukan teror tidak salah dah hanya menjalani ajaran agama.
Hal yang tak jauh beda juga pernah dikatakan, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Boy Rafli Amar yang mengungkapkan, perempuan banyak dilibatkan dalam tindakan terorisme karena sangat diandalkan dalam loyalitas, kesetiaan dan kepatuhan.
"Alasan pelibatan perempuan dalam terorisme berdasarkan hasil wawancara yang kami peroleh, dan tentu saja tidak mewakili pandangan umum seluruh perempuan. Menurut mereka (teroris), perempuan diandalkan dalam soal loyalitas, kesetiaan dan kepatuhan. Perempuan juga paling mudah percaya dan tunduk dengan nuansa yang berbau agama," ujar Boy. (C)
Reporter: Ibnu Sina Ali Hakim
Editor: Haerani Hambali