Mengenal Lebih Dekat Baju Adat Buton, Pakaian Tradisional Khas Sulawesi Tenggara

Wa Ode Fatima Azzahra, telisik indonesia
Kamis, 16 Februari 2023
0 dilihat
Mengenal Lebih Dekat Baju Adat Buton, Pakaian Tradisional Khas Sulawesi Tenggara
Baju adat Buton dengan segala pernak pernik nya. Kiri (baju kombo yang biasa digunakan saat menikah atau pingitan) dan kanan (baju kaboroko yang biasa digunakan oleh gadis/kalambe namun sudah dengan sentuhan modifikasi). Foto: Ist.

" Baju adat Buton adalah pakaian tradisional yang berasal dari Sulawesi Tenggara, Indonesia. Baju adat Buton terbuat dari bahan tenun sutra dan memiliki desain yang khas dengan ornamen-ornamen yang rumit dan indah "

KENDARI, TELISIK.ID - Baju adat Buton adalah pakaian tradisional yang berasal dari Sulawesi Tenggara, Indonesia. Baju adat Buton terbuat dari bahan tenun sutra dan memiliki desain yang khas dengan ornamen-ornamen yang rumit dan indah.

Yani Arfiani Amiri Ode, selaku gadis asal Buton mengungkapkan, ada beberapa jenis baju adat Buton yang biasa dikenakan oleh wanita, yang pertama yakni baju kombo, baju ini biasa digunakan untuk acara nikahan atau pingitan wanita Buton.

Selain baju kombo, terdapat baju adat lain yang biasa digunakan oleh wanita yang belum menikah, yakni baju kaboroko (karena memiliki kerak leher) biasa juga dikenal sebagai baju kalambe.

Baca Juga: Dua Baju Adat Sulawesi Tenggara Dipilih Jokowi pada HUT ke-77 RI, Bukti Kekayaan Budaya

Dilansir dari Farah.id, baju kombo adalah pakaian kebesaran kaum wanita Buton. Bahan dari baju kombo terbuat dari kain satin dengan warna dasar warna-warni yang dihiasi dengan manik-manik, benang berwarna yang biasanya terdiri dari benang emas atau benang perak, serta dihiasi berbagai macam perhiasan yang terbuat dari emas, perak, maupun kuningan.

Pakaian ini terdiri dari satu pasang, berupa baju atasan dan bawahan sarung yang disebut bia ogena (sarung besar). Untuk permukaan baju, dijahitkan rangkaian manik-manik dengan bentuk belah ketupat.

Pada setiap petak belah ketupat terdapat hiasan dari perak atau kuningan dengan motif tawana kapa (daun kapas), dan pada ujung daun kapas tersebut dijahitkan sekuntum bunga yang berdiri tegak.

Sarung yang dipakai sebagai kelengkapan pakaian kombo yang disebut bia ogena adalah sarung yang terdiri dari gabungan beberapa macam warna polos seperti merah, hitam, hijau, kuning, biru, dan putih yang dijahit secara bertingkat-tingkat. Artinya menunjukkan alam kejadian manusia dan jagad raya, proses kejadian manusia dan alam semesta diciptakan oleh tuhan secara bertahap.

Pemakaian baju adat ini dibedakan dari jenis sarung yang dikenakan untuk bangsawan dan rakyat biasa. Para bangsawan mengenakan jenis sarung kumbea yang memiliki hiasan emas sedangkan jenis sarung bagi rakyat biasa tidak memiliki hiasan emas.

Dikutip dari budaya-indonesia.org, kaboroko adalah salah satu baju adat yang digunakan oleh para wanita Buton. Baju ini terdiri dari satu lembar baju dan tiga lapis kain sarung yang dipergunakan secara bersamaan dengan lapisan paling bawah adalah kain sarung yang berwarna putih, lapisan kedua adalah Biabia Itanu/Samasili Kumbaea sedang lapisan ketiga adalah kain lebar yang lebih mirip selendang dan dililitkan pada sekujur tubuh pemakainya dengan cara bagian ujung kain sebelah kiri dipegang oleh tangan kiri dengan arah ke dalam.

Terdapat perbedaan penggunaan warna selendang oleh para ibu pada baju Kaboroko. Antara lain warna Biru adalah bagi para ibu yang telah memiliki anak lebih dari satu orang, warna merah atau hitam bagi ibu yang baru mempunyai satu anak dan warna kuning adalah bagi para janda.

Sedang maknanya adalah melindungi hak dan kewajiban pribadi maupun anggota keluarga dari segala hal yang dapat membahayakan kehidupannya, begitu juga tanggung jawab akan melindungi adat dan ajaran agama demi tercapainya keselamatan dan kesejahteraan hidup dalam bermasyarakat dan bernegara.

Baca Juga: Berbaju Adat Tolaki, Surunuddin Ikut Upacara Hari Lahir Pancasila Secara Virtual

Berdasarkan kutipan wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa baju Kaboroko mempunyai makna bahwa seorang wanita harus melaksanakan hak dan kewajibannya dalam melindungi diri dan anggota keluarganya dari segala sesuatu yang dapat membahayakan kehidupan, adat dan ajaran agama.

Sedang perbedaan warna yang terdapat pada selendang yang digunakan lebih cenderung kepada makna bahwa perbedaan jumlah  anak yang telah dimiliki.

Ratni salah satu gadis asal Buton juga menambahkan, saat ini ada beberapa baju kaboroko yang sudah dimodifikasi sehingga tidak begitu ribet untuk digunakan. (B)

Penulis: Wa Ode Fatima Azzahra

Editor: Kardin

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Artikel Terkait
Baca Juga