Mengulik Benda Peninggalan Sejarah Bangsa Portugis di Bumi Anoa

Cendriawan, telisik indonesia
Jumat, 04 Agustus 2023
0 dilihat
Mengulik Benda Peninggalan Sejarah Bangsa Portugis di Bumi Anoa
Jufri, tokoh masyarakat Desa Nii Tanasa, Kecamatan Soropiaz Kabupaten Konawe, membeberkan sejarah meriam peninggalan penjajah Portugis. Foto: Kolase

" Situs peninggalan Portugis di Sulawesi Tenggara dapat dilihat dari ditemukannya meriam dengan ukuran kurang lebih 3 meter di Desa Nii Tanasa, Kecamatan Lalonggasumeeto, Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara "

KENDARI, TELISIK.ID - Indonesia tidak hanya dikenal sebagai negara yang kaya akan budaya dan sumber daya alamnya yang melimpah. Tetapi indonesia juga merupakan sebuah negara yang terkenal akan kekayaan sejarahnya.

Sebagai salah satu negara penghasil rempah-rempah terbesar di dunia pada masa lampau, menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang menarik perhatian bangsa Eropa. Dan salah satu negara yang pernah menyambangi Indonesia adalah bangsa Portugis.

Negara Portugis atau lebih dikenal dengan sebutan Portugal, merupakan negara yang terletak di Benua Eropa bagian selatan. Selain itu, Portugis juga dikenal sebagai negara yang sangat maju dari sisi maritim dan navigasi pada masa kolonial.

Dilansir dari Liputan6.com, bangsa Portugis memasuki wilayah nusantara pada awal abad ke-16 yakni tahun 1511. Kedatangan Portugis ke tanah air di pimpin oleh "Afonso de Albuquerque" (1453 - 1515 ), dia merupakan seorang pelaut di masa lampau yang terkenal memiliki pengaruh besar bagi pemerintahan kolonial Portugis di Asia.

Hal ini jugalah yang menjadikan bangsa Portugis sebagai negara pertama yang mendatangi Indonesia dengan membawa misi untuk menguasai sektor perdagangan rempah-rempah yang mana di masa lampau sangat begitu berharga.

Terlepas dari hal itu, ada begitu banyak terdapat bukti peninggalan sejarah bangsa Portugis di bumi nusantara, tak terkecuali di wilayah tenggara Pulau Sulawesi yakni terletak di Desa Nii Tanasa, Kecamatan Lalonggasumeeto, Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Baca Juga: Desa Wisata Wasuemba Kabupaten Buton, Kaya Peninggalan Sejarah dan Pantai Indah

Desa Nii Tanasa berlokasi di sebelah timur Kabupaten Konawe yang letaknya berada di jalan poros penghubung antara Kecamatan Lalonggasumeeto dan Kecamatan Soropia. Jarak yang ditempuh untuk sampai ke desa ini memakan waktu kurang lebih satu jam dari ibu kota Provinsi Sulawesi Tenggara.

Situs peninggalan bangsa Portugis di Sulawesi Tenggara dapat dilihat dari ditemukannya sebuah peralatan yang digunakan sebagai pertahanan bangsa Portugis di masa lampau yakni meriam dengan ukuran kurang lebih 3 meter, dengan moncong meriam mengarah ke laut, yang mana hal ini menunjukkan bahwa meriam tersebut digunakan sebagai sistem pertahanan bangsa Portugis dan menegaskan bahwa bangsa Portugis pernah memijakkan kaki di tanah Sulawesi khususnya Sulawesi Tenggara.

Meriam peninggalan Portugis ini berada di atas pegunungan dengan ketinggian 319 meter di atas permukaan laut (MDPL) dan berada pada titik koordinat 0354'52.01" LS, 12232'18,2"BT. Di titik ini pula kita disuguhkan pemandangan luar biasa yang dapat memukau mata bagi setiap orang yang datang di lokasi meriam tersebut.

Meriam peninggalan bangsa Portugis ini kerap dijadikan spot untuk mengedukasi masyarakat sekitar dan mereka yang sengaja datang jauh-jauh hanya untuk melihat bukti jejak keberadaan penjajah Portugis di tanah Sulawesi.

Selain sebagai media edukasi, lokasi meriam tersebut juga sering dijadikan tempat untuk berkemah, dan lokasi perayaan peringatan hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia serta beberapa kegiatan sosial lainnya.

Namun ketika ingin berwisata ke lokasi meriam tersebut, tentunya ada beberapa hal yang mesti jadi perhatian. Di antaranya adalah menjaga kebersihan lokasi meriam, dengan tidak membuang sampah di sepanjang jalur pendakian hingga sampai pada titik dimana meriam tersebut berada. Dan hal-hal lain yang dapat merusak benda peninggalan sejarah tersebut.

Hal ini bukan tanpa alasan, mengingat meriam tersebut selain menyimpan peristiwa sejarah yang harus dijaga kelestariannya, juga terdapat aura mistis yang menyelimutinya.

Salah seorang tokoh masyarakat Desa Nii Tanasa, Jufri ( 58 ), kepada Telisik.id mengatakan bahwa bagi setiap wisatawan yang ingin berkunjung disarankan untuk tidak berperilaku yang aneh-aneh ketika hendak melihat meriam tersebut.

Hal ini bukan tanpa alasan mengingat pada era tahun 60-an pernah ada kejadian yang melibatkan beberapa orang yang hendak memindahkan meriam tersebut ke tempat berbeda, mengalami beberapa kejadian aneh. Kejadian bermula dari beberapa orang yang berencana untuk memindahkan meriam tersebut ke tempat lain, dibuat kaget ketika mengetahui bahwa meriam yang telah mereka pindahkan di hari sebelumnya, sudah tidak berada di tempatnya lagi.

Selanjutnya sekelompok orang ini pun berinisiatif untuk kembali melakukan pengecekan di lokasi awal mereka mengambil meriam tersebut. Sesampainya di sana, beberapa orang ini dibuat kaget dengan apa yang mereka lihat. Penyebabnya tidak lain karena meriam yang tadinya telah dipindahkan, telah kembali ke posisi awal ditemukan.

Di kasus lain juga pernah menimpa beberapa pengunjung yang hendak mengambil gambar meriam tersebut. Yang mana selepas memotret, gambarnya selalu hilang atau rusak. Berdasarkan beberapa kejadian inilah yang kemudian dipercaya masyarakat lokal hingga sekarang, bahwa meriam tersebut memiliki nilai supranatural dan aura mistis yang sangat tinggi.

"Memang ini meriam senjatanya zaman penjajah Portugis dulu. Sejak sepuluh tahun yang lalu saya sering berkunjung ke tempatnya itu meriam sama-sama warga yang lain termasuk beberapa tokoh adat. Dan memang keramat itu meriam. Awal pertama waktu didapat ini meriam, tidak bisa diambil gambarnya, pasti tiap habis difoto selalu hilang gambarnya. Makanya kami sebut itu meriam sakti. Nanti sekitar awal tahun dua ribuan baru bisa diambil gambarnya karena sudah minta izin sama penunggunya itu meriam". kepada telisik.id.

Baca Juga: 5 Benteng di Kepulauan Binongko Ini Menyimpan Peninggalan Sejarah

Terlepas dari kisah di atas, untuk melakukan kunjungan ke lokasi meriam tersebut, masyarakat yang datang tidak di kenakan biaya apapun dengan syarat,selalu melaporkan kepada masyarakat setempat yang bertanggung jawab mengelola area tersebut, guna mencegah kejadian yang tidak diinginkan. Dan juga diharapkan untuk tidak melakukan kegiatan yang dapat merusak situs bersejarah tersebut.

Akses jalan untuk sampai ke lokasi meriam sudah cukup memadai sehingga tidak begitu menyulitkan pengunjung selama proses pendakian. Waktu yang harus ditempuh kurang lebih satu jam dengan rute yang menanjak dan cukup terjal serta melalui beberapa anak sungai.

Di sesi terakhir wawancara, sebagai tokoh yang mewakili masyarakat Desa Nii Taanasa, Jufri berharap ke depannya instansi terkait yang memiliki kewenangan untuk mengelola aset-aset bersejarah, agar memberi perhatian kepada situs bersejarah tersebut dengan tujuan agar dapat terus terjaga.

Di sisi lain keberadaan meriam tersebut dapat menjadi wadah bagi masyarakat lokal dalam meningkatkan perekonomian mengingat aset bersejarah tersebut adalah magnet untuk mengundang wisatawan datang berkunjung. (B)

Penulis: Cendriawan

Editor: Haerani Hambali

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Baca Juga