Meraih Takwa Hakiki, Buah Bulan Ramadan

Fitrah Nugraha, telisik indonesia
Jumat, 07 Mei 2021
0 dilihat
Meraih Takwa Hakiki, Buah Bulan Ramadan
Mubalig Sultra, Muhammad Yasin, S.Pd. M.Pd. Foto: Fitrah Nugraha/Telisik

" Selain itu, hakikat puasa adalah menahan diri dari segala sesuatu yang tidak bermanfaat untuk kehidupan akhirat. "

KENDARI, TELISIK.ID - Bulan Ramadan 1442 Hijriah sebentar lagi akan berakhir. Hari ini adalah Jumat (7/5/2021) terakhir di bulan mulia ini.

Ramadan akan segera meninggalkan kaum muslimin tahun ini. Pertanyaannya, sudahkah setiap muslim sudah bisa memetik buah Ramadan? Atau hanya lapar dan haus saja selama sebulan lamanya?

Mubalig Sulawesi Tenggara (Sultra), Muhammad Yasin, S.Pd, M.Pd mengingatkan, jangan sampai seorang muslim dalam menjalani ibadah puasa di bulan Ramadan hanya lapar dan haus saja selama sebulan lamanya.

Sebagaimana disampaikan oleh Nabi SAW, yang artinya, "Berapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga saja." (HR. Ibnu Majah).

Ini karena mereka tidak berpuasa dari apa yang Allah Ta’ala haramkan. Mereka seakan menganggap bahwa puasa itu hanya menahan diri dari pembatal-pembatal puasa saja. Di dalam hadis disebutkan, "Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan selalu mengamalkannya, maka Allah Ta’ala tidak butuh kepada puasanya." (HR. Al-Bukhari)

"Selain itu, hakikat puasa adalah menahan diri dari segala sesuatu yang tidak bermanfaat untuk kehidupan akhirat," katanya.

Baca juga: 7 Profesi Perempuan di Awal Islam

Dimana, kata dia, Nabi menyebut bahwa “Bukanlah puasa itu sebatas menahan diri dari makanan dan minuman, tetapi puasa adalah menjauhi perkara yang sia-sia dan kata-kata kotor.” (HR. Ibnu Khuzaimah).

"Karena itu, takwa tidak hanya berkaitan dengan rasa takut di dalam masjid saja atau di atas sajadah. Tapi harus tercermin pada sikap hati-hati dan takut kepada Allah SWT dalam semua dimensi kehidupan, keyakinan ideologi, sosial, politik, ekonomi, budaya, peradaban, dan sebagainya," jelasnya.

Ia melanjutkan bahwa seorang muslim belum takwa namanya kalau masih memakan riba, menyakiti sesama Muslim, korupsi, membiarkan saudara Muslim menderita, menyerahkan kekayaan alam kepada penjajah, dan menghamba kepada sesama manusia. 

Belum takwa namanya jika masih mencampakkan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW sebagai aturan kehidupan. 

Belum takwa namanya kalau masih menganggap ajaran Islam sebagai musuh dan ancaman. 

Belum takwa namanya kalau masih percaya dan yakin ada ajaran selain Islam yang benar dan menganggap ajaran Islam sama dengan ajaran agama lainnya. 

Baca juga: Sambut Malam Lailatul Qadar, Begini Rukun dan Niat Itikaf

Takwa mengharuskan seorang muslim terikat dengan syariat Islam, meninggalkan dan menanggalkan aturan selain Islam.

"Dengan demikian, jika takwa adalah buah dari puasa Ramadan yang dilakukan oleh setiap Mukmin, idealnya usai Ramadan, setiap Mukmin senantiasa takut terhadap murka Allah SWT," ujarnya.

Takut terhadap murka Allah SWT maksudnya, lanjut dia, adalah mereka berupaya menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Mereka berupaya menjauhi kesyirikan. Mereka senantiasa menjalankan ketaatan.

Termasuk mereka takut untuk melakukan perkara-perkara yang haram. Mereka senantiasa berupaya menjalankan semua kewajiban yang telah Allah SWT bebankan kepada dirinya.

Maka, menjalankan semua perintah Allah SWT dan menjauhi semua larangan-Nya tentu dengan mengamalkan seluruh syariah-Nya baik terkait aqidah dan ubudiah; makanan, minuman, pakaian dan akhlak; muamalah (ekonomi, politik, pendidikan, pemerintahan, sosial, budaya, dll); maupun ‘uqubat (sanksi hukum) seperti hudud, jinayat, ta’zir maupun mukhalafat. 

"Inilah takwa hakiki, buah Ramadan sebulan penuh. Semoga Allah SWT memberikan hidayah kepada kita agar kita bisa memetik buah Ramadan. Tandanya akan terlihat setelah puasa," tutupnya. (B)

Reporter: Fitrah Nugraha

Editor: Haerani Hambali

TAG:
Baca Juga