Pandemi dan PPKM Tak Halangi Pelaku Usaha Cafe Tetap Buka
Nuhruddin, telisik indonesia
Selasa, 21 September 2021
0 dilihat
Kondisi Thole Cafe saat malam hari. Foto: Nuhruddin/Telisik
" Thole Cafe rencananya akan dibuka awal tahun 2020 sebelum COVID-19 melanda Indonesia. "
KENDARI, TELISIK.ID - Pandemi COVID-19 memang melumpuhkan gerak pertumbuhan ekonomi. Namun, hal ini tidak membuat sebagain pelaku usaha surut semangatnya untuk mengembangkan bisnisnya.
Bidang usaha yang kini kembali bangkit yakni usaha kuliner, salah satunya Hawaera Sugi (44) yang merupakan pemilik Thole Cafe.
Menurut Hawaera, Thole Cafe rencananya akan dibuka awal tahun 2020 sebelum COVID-19 melanda Indonesia. Tetapi gegara virus tersebut, ia terpaksa harus menunda dahulu pembukaan tempat usahanya dan baru bisa membukanya pada Juni 2020 lalu.
"Sebenarnya ini rencana buka sebelum pandemi, terus pandemi kita tidak buka. Buka pertama itu beberapa bulan setelah pandemi COVID-19. Jadi dia (Thole Cafe) beroperasi di tengah pandemi COVID-19," beber Hawaera kepada Telisik.id, Senin malam (20/9/2021).
"Memang pandemi ini melumpuhkan ekonomi. Tetapi kalau kita cerdas melihat peluang, ada juga usaha-usaha yang bisa dilakukan di masa pandemi, seperti usaha kuliner," tambahnya.
Lebih lanjut, Hawaera menjelaskan, PPKM merupakan tantangan terberat dalam gerak dan tumbuhkembangnya usaha cafe.
"Sebenarnya yang berat itu PPKM. PPKM itu kan mengharuskan orang banyak di rumah. Jadi orang tidak keluar, jadi sunyi. Tapikan bukan hanya cafe ini saja, semua segmen perekonomian merasakan itu," katanya.
"Selama PPKM, Thole Cafe pernah pembatasan buka. Jadi kalau biasanya dari siang sampai jam 22.00, kita pernah tutup jam 5 sore, buka jam 09.00. Tapi jam 09.00 sampai jam 13.00 itu tidak ada pengunjung. Memang kecenderungan orang-orang ngecafe itu sore dan malam," jelas Hawaera.
Baca juga: Sepi Pembeli, Pedagang Ikan Kering Tetap Jualan Demi Hidupi Keluarga
Baca juga: Ma'ruf Akui Sektor Pertanian Andalan Perekonomian Nasional Selama Pandemi
Selain itu, Hawaera juga menjelaskan, selama PPKM pendapatan Thole Cafe jauh menurun. Dalam kondisi seperti itu, Hawaera tetap menggaji karyawannya tidak jauh dari waktu sebelum PPKM.
"Tapi namanya tanggung jawab ya. Istilahnya karyawan itu, kita berikan gaji tidak terlalu jauh dari bulan-bulan biasanya. Karena kan mereka juga harus hidup gitu ya. Artinya kita rugi, tapi nilai kemanusiaannya mungkin di situ," katanya.
Hawaera menandaskan, dalam menjalankan usahanya keuntungan bukanlah satu-satunya tujuan. Melainkan harus adanya unsur tolong menolong di dalamnya.
Salah satunya yang dilakukan adalah dengan menyediakan berbagai fasilitas, musi dari mushala, alat shalat, hingga ruang yang nyaman dengan dipasangkan AC.
Pembukaan Thole Cafe merupakan hasil analisis Hawaera terhadap peluang dan pasar.
"Sebenarnya kalau kita mau maju, kita itu harus melihat di tempat itu ada apa. Peluang itu dekat dengan kampus UMK. Sehingga ada working space, makanya banyak meja-mejanya dan rata-rata yang datang itu dosen-dosen dan mahasiswa," katanya.
"Jadi konsep yang ingin kita bangun itu sebenarnya minimalis dan modern. Kemudian melihat peluang, kalau pasar-pasarnya mahasiswa harganya kan jangan terlalu menengah ke atas. Makanya harga-harga di sini itu Rp 10 ribu, Rp 6 ribu, dan paling tinggi Rp 20 ribu," jelasnya.
Hawaera mengaku, hal utama yang harus dimiliki oleh setiap orang dalam memulai suatu usaha adalah keberanian.
"Jadi harus berani buka dan memaksimalkan seluruh fasilitas yang ada. Sebisa mungkin kita meminalisir modal," pungkasnya. (C)
Reporter: Nuhruddin
Editor: Fitrah Nugraha