Parah, Pria Ini Serukan Jalur Gaza Palestina Dijatuhkan Bom Atom Hirosima
Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Selasa, 14 Mei 2024
0 dilihat
Senator Lindsey Graham desak Israel mengebom Gaza seperti AS mengebom Hiroshima dan Nagasaki dengan senjata nuklir. Foto: Instagram@politico
" Senator Graham membandingkan situasi di Israel dengan Perang Dunia II, dimana ia berpendapat bahwa pengeboman atom di Hiroshima dan Nagasaki adalah keputusan yang tepat untuk mengakhiri pertempuran "
WHASINGTON, TELISIK.ID - Senator ternama Amerika Serikat, Lindsey Graham dari Partai Republik Carolina Selatan, menyerukan AS untuk terus amunisi ke Israel dalam menghadapi konflik di Gaza, hingga menjatuhkan bom Atom di Hiroshima.
Melansir gelora.co.id, dalam pernyataannya, Senator Graham membandingkan situasi ini dengan Perang Dunia II, dimana ia berpendapat bahwa pengeboman atom di Hiroshima dan Nagasaki adalah keputusan yang tepat untuk mengakhiri pertempuran.
Dilansir dari laman Bussines Insider dalam wawancaranya dengan Kristen Welker dari NBC, Senator Graham menekankan pentingnya memberikan dukungan yang kuat kepada Israel dengan memastikan pasokan senjata yang mencukupi untuk mengakhiri perang.
Baca Juga: Ratusan Mahasiswa Kendari Serukan Solusi Penyelesaian Genosida di Palestina
Ia juga menjelaskan bahwa Amerika Serikat harus bersikap solidaritas dengan Israel dalam upaya mereka untuk melindungi diri dari ancaman musuh.
Meskipun Presiden Joe Biden telah mengancam akan memutuskan pasokan senjata ke Israel jika tidak ada perlindungan terhadap warga sipil, Senator Graham tetap mempertahankan posisinya untuk memberikan dukungan penuh kepada Israel.
Lindsey Graham menegaskan bahwa tidak ada masalah dengan memberikan bom yang diperlukan oleh Israel untuk bertahan hidup sebagai negara Yahudi.
Meskipun ditantang oleh Kristen Welker mengenai kemajuan teknologi senjata modern yang dapat mengurangi korban sipil, Senator Graham menolak argumen tersebut dengan menyatakan bahwa para pejabat militer yang berkomentar tentang hal itu adalah omong kosong.
Menurutnya, pendekatan Israel dalam menghadapi konflik bukanlah suatu hal yang menjadi perhatiannya.
Senator Graham telah membuat pernyataan serupa sebelumnya untuk mendukung pengiriman amunisi ke Israel.
Bahkan dia menegaskan bahwa Amerika Serikat harus terus memberikan bantuan militer kepada Israel dengan nilai sekitar $3,8 miliar setiap tahunnya.
Kongres juga telah menyetujui paket bantuan militer senilai $15 miliar untuk Israel yang mencakup pengisian stok senjata.
Meskipun ada kritik dari Partai Demokrat atas dukungan Presiden Biden terhadap Israel, Senator Graham bersikeras bahwa dukungan terhadap Israel dalam melindungi diri dari ancaman musuh adalah hal yang penting.
Sementara melansir, cnbcindonesia.com, Graham, seorang pendukung setia Israel, menggunakan analogi ini beberapa kali ketika mengutuk Presiden Joe Biden karena mengancam akan menahan senjata tertentu dari Israel jika Israel melancarkan operasi militer di Rafah, kota paling selatan di Gaza tempat lebih dari satu juta warga sipil berlindung.
Ketika ditanya mengapa Presiden Ronald Reagan boleh saja menahan senjata tertentu dari Israel selama perang di Lebanon pada tahun 1980-an, namun tidak boleh jika Biden mengancam akan melakukannya sekarang, Graham sekali lagi mengungkit Perang Dunia II.
"Bolehkah aku mengatakan ini?" Dia bertanya. "Mengapa Amerika diperbolehkan menjatuhkan dua bom nuklir di Hiroshima dan Nagasaki untuk mengakhiri ancaman perang mereka? Mengapa kami boleh melakukan hal itu? Saya pikir itu baik-baik saja."
"Jadi, Israel, lakukan apapun yang harus Anda lakukan untuk bertahan hidup sebagai negara Yahudi. Apapun yang harus kamu lakukan."
Welker menolak pernyataan tersebut dan mengatakan kepada Graham bahwa para pejabat militer AS mengatakan bahwa teknologi telah banyak berubah sejak Perang Dunia 2, hal yang juga ia utarakan dalam wawancara sebelumnya.
Baca Juga: Syaikh Asal Palestina Ingatkan Warga Kendari Kondisi Umat Islam di Gaza
"Ya, para pejabat militer yang Anda bicarakan ini benar-benar omong kosong," jawab Graham.
Komentarnya muncul tak lama setelah Menteri Luar Negeri Antony Blinken menolak untuk mengidentifikasi "garis merah" dengan Israel.
"Jika tidak ada rencana yang kredibel untuk membuat [warga sipil] keluar dari bahaya dan mendukung mereka, presiden telah sudah jelas untuk beberapa waktu bahwa kami tidak dapat dan tidak akan mendukung operasi militer besar-besaran di Rafah." (C)
Penulis: Ahmad Jaelani
Editor: Haerani Hambali
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS