Peringati Maulid dengan Kibarkan Bendera Tauhid Raksasa

Fitrah Nugraha, telisik indonesia
Minggu, 01 November 2020
0 dilihat
Peringati Maulid dengan Kibarkan Bendera Tauhid Raksasa
Bendera tauhid raksasa dikibarkan usai pelaksanaan tabligh akbar peringatan Maulid Nabi SAW. Foto: Fitrah Nugraha/Telisik

" Berbicara tentang kecintaan kepada Nabi, itu dapat dilihat dengan melaksanakan syariah Islam. "

KENDARI, TELISIK.ID - Sejumlah masyarakat Kota Kendari beramai-ramai mengibarkan bendera hitam bertuliskan kalimat tauhid yang berukuran raksasa.

Berdasarkan pantauan Telisik.id, bentangan bendera tauhid yang juga disebut sebagai Ar-Roya ini dilakukan usai menggelar Tabligh Akbar Peringatan Maulid Nabi 1442 H di Masjid Hidayatullah Kota Kendari, Minggu (1/11/2020).

Tidak hanya bendera tauhid raksasa ini, juga terdapat bendera tauhid lainnya yang berukuran kecil dan beberapa spanduk bertuliskan "#AksiBelaNabi Cinta Nabi Cinta Syariah".

Salah satu pemateri pada tabligh akbar tersebut, Ustadz Mahyuddin yang juga selaku Pembina Majelis Nurul Ilmi Kendari menjelaskan tentang bukti kecintaan seorang muslim kepada Rasulullah SAW adalah dengan melaksanakan ajarannya, yakni melaksanakan syariah Islam.

"Berbicara tentang kecintaan kepada Nabi, itu dapat dilihat dengan melaksanakan syariah Islam," katanya saat memberikan tausiyah.

Ditambahkan, setidaknya ada pilar yang harus ditegakkan oleh umat Islam untuk menegakkan syariah Islam. Di antaranya adalah pilar individu.

Dimana, kata dia, pilar ini terkait tentang bagaimana seorang muslim menjaga ketakwaan dalam dirinya. Ketika dia melakukan satu perbuatan, maka tolak ukurnya adalah jalan atau haram.

Baca juga: Dewan Kendari Ingin Penyempurnaan Perwali Jadi Perda Dipercepat

Sedangkan ada juga pilar dakwah, yakni menjalankan aktivitas amar ma'ruf nahi mungkar. Sebuah amalan yang mengajak orang lain pada kebaikan dan mencegah dari keburukan.

Hal ini telah dianalogikan seperti penumpang kapal. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa, "Perumpamaan orang yang mengingkari kemungkaran dan orang yang terjerumus dalam kemungkaran adalah bagaikan suatu kaum yang berundi dalam sebuah kapal.

Nantinya ada sebagian berada di bagian atas dan sebagiannya lagi di bagian bawah kapal tersebut. Yang berada di bagian bawah kala ingin mengambil air, tentu ia harus melewati orang-orang di atasnya.

Mereka berkata, “Andaikata kita membuat lubang saja sehingga tidak mengganggu orang yang berada di atas kita.” Seandainya yang berada di bagian atas membiarkan orang-orang bawah menuruti kehendaknya, niscaya semuanya akan binasa.

Namun, jika orang bagian atas melarang orang bagian bawah berbuat demikian, niscaya mereka selamat dan selamat pula semua penumpang kapal itu.” (HR. Bukhari).

"Pilar ini bagaimana berusaha menyiarkan Islam," jelasnya. (B)

Reporter: Fitrah Nugraha

Editor: Haerani Hambali

TAG:
Baca Juga