Posuo dan Tradisi Polonga di Waborobo Buton

Ridwan Amsyah, telisik indonesia
Senin, 25 Januari 2021
0 dilihat
Posuo dan Tradisi Polonga di Waborobo Buton
Gadis-gadis yang sedang melaksanakan proses Posuo. Foto: Ridwan/ Telisik

" Merupakan sumbangan sukarela kepada gadis yang dipingit dari orang tua yang memilki anak gadis yang belum dipingit, nanti diganti setelah anak gadisnya dipingit lagi. "

BAUBAU, TELISIK.ID - Posuo atau Pingitan di jazirah Kepulauan Buton merupakan salah satu tradisi turun temurun yang masih tetap terjaga.

Tradisi Posuo biasanya diadakan ketika gadis remaja (Kabua-bua) beralih status menuju gadis dewasa (Kalambe). Dikutip dari Wikipedia, Posuo biasanya diadakan untuk menguji kesucian seorang gadis.

Saat seorang gadis melaksanakan Posuo, ia akan diisolasi dalam ruang khusus selama empat hari empat malam. Ini bertujuan agar gadis yang melaksanakan Posuo dijauhi dari berbagai pengaruh dunia luar.

 

Pemukulan Gong saat Prosesi Posuo. Foto: Ridwan/Telisik

 

Dalam ruangan khusus tersebut, sang gadis hanya dapat berhubungan dengan bhisa. Bhisa merupakan orang yang ditunjuk langsung oleh pemangku adat untuk memberikan berbagai wejangan khusus selama masa Posuo dilaksanakan.

Pelaksanaan prosesi Posuo umumnya dilaksanakan selama delapan hari delapan malam. Yakni empat hari untuk proses isolasi dan empat hari berikutnya gadis yang melaksanakan Posuo keluar dari dalam ruangan khusus tersebut namun tetap berdiam diri di rumah atau tempat pelaksanaan Posuo tersebut.

Pada pelaksanaanya, selama poses Posuo berlangsung, iringan Gong dan Gendang terus digaungkan. Setelah empat hari empat malam, gadis yang di Suo di keluarkan dari tempat isolasinya.

Baca juga: Kisah Haru Bocah 10 Tahun Yatim Piatu Usai Ibunya Wafat karena COVID-19

Ada yang unik dari prosesi Posuo yang dilaksanakan di Kelurahan Waborobo, Kecamatan Betoambari, Kota Baubau. Pada hari ke-tiga, saat prosesi Posuo sedang berlangsung, juga dilaksanakan tradisi Polonga.

Polonga adalah bentuk bantuan masyarakat yang memiliki anak gadis yang belum melaksanakan Posuo kepada gadis yang sementara melaksanakan Posuo. Bantuan tersebut dapat dikembalikan saat gadis yang belum melaksanakan Posuo tersebut sewaktu-waktu melaksanakan Posuo.

 

Salah satu Jenis Polonga, Bunga Waro. Foto: Ridwan/Telisik

 

"Merupakan sumbangan sukarela kepada gadis yang dipingit dari orang tua yang memilki anak gadis yang belum dipingit, nanti diganti setelah anak gadisnya dipingit lagi," jelas La Amunu, tokoh masyarakat Kelurahan Waborobo saat ditemui beberapa waktu yang lalu.

Polanga dapat berupa makanan jadi, seperti lapa-lapa maupun ketupat, dan makanan tidak jadi berupa sembako. Bahkan tidak jarang Polonga dapat berupa uang tunai.

Ada juga jenis Polonga yang dikreasikan. Masyarakat setempat menyebutnya dengan sebutan Bunga Waho atau dapat diartikan bunga-bunga acara Posuo. Kreasi Bunga Waho biasanya berupa susunan-susunan makanan maupun kue-kue tradisional, dan di puncak Bunga Waho terdapat seekor ayam jantan.

Di takhir prosesi Posuo biasanya dirangkaikan dengan tarian Mangaru dan Linda. Selain sebagai salah satu isyarat, juga sebagai hiburan pertanda prosesi posuo telah usai. (B)

Reporter: Ridwan Amsyah

Editor: Fitrah Nugraha

Baca Juga