Rahasia Orang Terkaya di Tanah Air Sekeluarga Punya Harta Rp 305 Triliun, Berawal dari Toko Kelontong
Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Kamis, 26 Desember 2024
0 dilihat
Berawal dari toko kelontong, keluarga Widjaja kini miliki Rp305 triliun. Foto: Repro hariannasionelnews.com
" Media ekonomi terkemuka Forbes kembali merilis daftar orang terkaya Indonesia "
JAKARTA, TELISIK.ID - Media ekonomi terkemuka Forbes kembali merilis daftar orang terkaya Indonesia. Dalam daftar tahun 2024, keluarga Widjaja menempati posisi keempat.
Mereka tercatat memiliki kekayaan senilai US$18,9 miliar atau setara Rp305 triliun. Kekayaan ini berasal dari kerajaan bisnis Sinar Mas Group.
Sinar Mas Group saat ini dikelola oleh Franky Oesman Widjaja. Namun, keberhasilan grup ini tak lepas dari kerja keras pendirinya, Eka Tjipta Widjaja. Eka memulai perjalanan bisnisnya dari toko kelontong hingga menjadi salah satu konglomerasi terbesar di Indonesia.
Bermula dari Toko Kelontong
Eka Tjipta Widjaja lahir di Fujian, China, dengan nama asli Oei Ek Tjhong. Ia datang ke Indonesia bersama ayahnya untuk mencari peluang di Makassar. Di kota itu, Eka membantu ayahnya berjualan kelontong dari rumah ke rumah.
Saat dewasa, Eka memutuskan berdagang sendiri dengan menjual berbagai barang. Ia pernah menjual kelontong, babi, roti, sirup, limun, hingga biskuit. Semua dilakukan secara door-to-door hingga ke pulau-pulau lain. Bahkan, ia pernah berdagang kopra hingga Pulau Selayar.
Baca Juga: Update 10 Orang Terkaya di Dunia 2024 dengan Harta Ribuan Triliun, Bill Gates Tak Masuk Daftar
“Tahun 1950 ia mulai berdagang kopra sampai Pulau Selayar,” tulis Sam Setyautama, seperti dikutip dari CNBC Indonesia, Kamis (26/12/2024).
Awal Berdirinya Sinar Mas
Setelah lama berdagang di Sulawesi, Eka pindah ke Surabaya. Di sana, ia menjalankan strategi pemasaran unik dengan menjual di bawah harga pasar. Hasil bumi dijualnya Rp9,5, meski harga pasar Rp10. Cara ini mendatangkan banyak pembeli dan keuntungan besar.
Keuntungan tersebut menjadi modal untuk mendirikan CV Sinar Mas pada 1960-an. Awalnya, perusahaan ini bergerak di bidang ekspor-impor hasil bumi dan tekstil. Namun, puncak kesuksesan Sinar Mas bermula ketika Eka masuk ke industri minyak goreng.
Pada 1969, Eka berinvestasi Rp800 juta melalui PT Maskapai Perkebunan Sumcama Padang Halaban. Ia memproduksi minyak goreng bermerek Bimoli, singkatan dari Bitung Manado Oil. Bisnis ini sukses besar dan menjadikan Eka pemain utama di industri sawit.
Dominasi di Industri Sawit
Eka membuka perkebunan kelapa sawit seluas 10 ribu hektar di Riau. Perusahaan ini kemudian mengelola 138 ribu hektar perkebunan dan menguasai 60 persen pasar minyak goreng. Bisnisnya semakin berkembang, meski terjadi peralihan kepemilikan beberapa merek.
Bimoli yang semula dimiliki Eka kemudian beralih ke Sudono Salim. Sementara itu, Eka tetap memiliki merek Filma dan Kunci Mas. Menurut Richard Borsuk dan Nancy Chng dalam Liem Sioe Liong's Salim Group (2016), Eka menjadi pemain nomor satu sawit.
“Salim tidak pernah menjadi nomor satu di kalangan pemain kelapa sawit,” tulis Borsuk dan Chng.
Baca Juga: Ini Deretan Orang Terkaya di Indonesia, Miliki Harta Berlimpah
Pada masa Orde Baru, Eka berhasil mengungguli para pesaingnya, termasuk Sudono Salim. Keberhasilannya ini menjadi tonggak penting dalam bisnis sawit Indonesia.
Ekspansi Bisnis Sinar Mas
Selain kelapa sawit, Sinar Mas juga merambah sektor lain. Bisnisnya mencakup properti, perbankan, hingga pertambangan. Diversifikasi ini menjadikan Sinar Mas sebagai salah satu konglomerasi terbesar di Asia. Setelah Eka wafat pada 2019, bisnis ini diteruskan anaknya.
Franky Oesman Widjaja kini menjadi pemimpin Sinar Mas Group. Di bawah kendalinya, grup ini terus berkembang dan makin mengukuhkan nama keluarga Widjaja. Forbes mencatat keluarga ini sebagai orang terkaya keempat di Indonesia pada 2024. (C)
Penulis: Ahmad Jaelani
Editor: Fitrah Nugraha
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS