Rindu, Anak Rantau Ingin Mudik Saat Pandemi

Musdar, telisik indonesia
Sabtu, 18 April 2020
0 dilihat
Rindu, Anak Rantau Ingin Mudik Saat Pandemi
Ilustrasi anak rantau. Foto: Repro Estrilook.com

" Kalau memang bisa bagi perantau untuk pulang (mudik) kami ingin pulang, kami siap untuk diperiksa selama perjalanan. "

KENDARI.TELISIK.ID - Dampak pandemi COVID-19 turut dirasakan para perantau yang mengadu nasib di luar Sulawesi Tenggara (Sultra).

Salah satunya, Era (23) yang tengah mengaduh nasib di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) ingin pulang di Kota Kendari.

Era mengungkapkan bahwa, dirinya ingin sekali kembali berkumpul bersama orang tua dan seluruh keluarganya.

Selain rindu, karyawan yang baru saja dirumahkan dari tempat kerjanya ini mengaku, mengkhawatirkan nasibnya yang akan bertahan hidup di kamar kos dengan ekonomi yang berangsur menipis.

Kekhawatirannya itu bertambah setelah Pemerintah Kota Makassar akan memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), yang akan dilaksanakan pada 24 April-7 Mei 2020. 

"Kalau memang bisa bagi perantau untuk pulang (mudik) kami ingin pulang, kami siap untuk diperiksa selama perjalanan," terang Era, Sabtu (18/4/2020).

Baca juga: Sebulan Tak Pulang, 30 Perawat RS Bahteramas Ingin Puasa Bersama Keluarga

Era berpesan kepada pemerintah agar para perantau, apalagi yang sudah dirumahkan karena imbas COVID-19 agar dapat diperhatikan, jika diimbau untuk sementara tidak melakukan perjalanan keluar daerah.

"Tolonglah untuk membantu kita, karena kita namanya karyawan kalau tidak kerja pasti kami tidak ada pemasukan," tambahnya.

Perantau yang sudah berada di Kota Makassar setahun ini berharap, ada penyaluran bantuan dari pemerintah setempat sebelum penerapan PSBB. Dan mereka bisa jadi salah satu prioritas.

"Ada bantuan tidak dari pemerintah ? Saya berharap ada, apalagi kita PSBB, bagaimana kita mau bertahan hidup selama PSBB berlaku, ini sama saja bunuh diri secara perlahan," tambahnya.

Era membeberkan di tengah kondisi ekonominya yang menipis, dia masih harus mengeluarkan sejumlah biaya seperti biaya membeli makanan setiap hari, membayar sewa kost dan biaya pulsa untuk menghubungi orang tuanya di kampung.

"Kemarin kita sudah distopkan untuk kerja, pertengahan bulan, gaji nda cukup sebulan kita mau bertahan hidup untuk hari-hari ke depannya ini, bagaimana kalau tidak ada bantuan dari pemerintah," pungkasnya.

 

Reporter: Musdar

Editor: Sumarlin

Baca Juga