Risiko Stunting Akibat Air Minum Tidak Layak di Sulawesi Tenggara Cukup Tinggi
Ruliawan Putra Utama, telisik indonesia
Selasa, 24 Mei 2022
0 dilihat
Kepala Perwakilan BKKBN Sulawesi Tenggara, Asmar, saat menjelaskan tentang risiko stunting akibat sumber air minum. Foto: Ruliawan/Telisik
" BKKBN Sulawesi Tenggara mencatat, keluarga dengan risiko stunting dari faktor sumber air minum tak layak capai 38.716 keluarga "
KENDARI, TELISIK.ID - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sulawesi Tenggara mencatat, keluarga dengan risiko stunting dari faktor sumber air minum tak layak capai 38.716 keluarga.
Salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya prevalensi stunting di Sulawesi Tenggara yakni berasal dari faktor sumber air minum tak layak di Sulawesi Tenggara dengan kategori selain dari air kemasan, ledeng atau PAM, sumur bor dan sumur terlindungi.
Kepala Perwakilan BKKBN Sulawesi Tenggara, Asmar menjelaskan, dari total keseluruhan keluarga di Sulawesi Tenggara sebanyak 604.791, mereka mengambil sampel sasaran sebanyak 380.662 keluarga dan menyebut daerah dengan risiko stunting akibat faktor air minum tidak layak adalah Kabupaten Muna.
"Sampel keluarga sasaran berisiko stunting pada sumber air minum tidak layak paling banyak itu di Kabupaten Muna itu ada 5.728 keluarga, tapi persentase air minum tidak layak terbanyak ada pada Kabupaten Buton Selatan sebesar 31,19 persen," ungkapnya, Selasa (24/5/2022).
Kemudian, ada pun data lengkap tentang daerah risiko sumber air minum tidak layak setelah Buton Selatan yaitu di susul Muna dengan persentase sebesar 21,68 persen, Wakatobi sebesar 20,84 persen, Kolaka Utara sebesar 13,42 persen.
Baca Juga: Upaya Polhut Sulawesi Tenggara Cegah Illegal Logging
Lanjutnya, Kolaka sebesar 9,79 persen, Buton Tengah sebesar 8,48 persen, Konawe sebesar 8,19 persen, Konawe Selatan 7,91 persen, Konawe Utara sebesar 7,47 persen.
Baca Juga: Perpustakaan Modern Sulawesi Tenggara Sudah Buka Layanan
Kemudian ada Konawe Kepulauan sebesar 7,03 persen, Kota Kendari sebesar 5,68 persen, Bombana 5,10 persen, dan yang paling rendah persentasenya yakni Kota Baubau sebesar 2,39.
Terakhir Asmar mengatakan, alasan kenapa air minum jadi hal yang mempengaruhi risiko stunting, karena air minum yang tidak layak dapat menyebabkan diare terhadap anak.
"Air minum yang tidak layak dapat menimbulkan diare dan diare yang berulang terhadap bayi dapat menyebabkan lambatnya pertumbuhan bayi tersebut," tutup Asmar. (C-Adv)
Penulis: Ruliawan Putra Utama
Editor: Kardin