Ritual Mata'ano Galampa Buton Selatan Tak Sekadar Belah Ketupat, Ini Makna Filosofisnya
Ali Iskandar Majid, telisik indonesia
Minggu, 16 Februari 2025
0 dilihat
Salah satu tetua adat Desa Gunung Sejuk saat memperagakan tarian tradisional setempat pada prosesi ritual Mata'ano Galampa. Foto: Ali Iskandar Majid/Telisik
" Ritual Mata'ano Galampa di Desa Gunung Sejuk, Sampolawa, Buton Selatan, Sulawesi Tenggara, tidak hanya sebagai bentuk ungkapan syukur kepada Tuhan, tetapi juga menyimpan filosofi yang mendalam, terutama dalam cara membelah ketupat "
![](data:image/png;base64,R0lGODlhAQABAAD/ACwAAAAAAQABAAACADs=)
BUTON SELATAN, TELISIK.ID — Ritual Mata'ano Galampa di Desa Gunung Sejuk, Sampolawa, Buton Selatan, Sulawesi Tenggara, tidak hanya sebagai bentuk ungkapan syukur kepada Tuhan, tetapi juga menyimpan filosofi yang mendalam, terutama dalam cara membelah ketupat.
Ritual ini merupakan lanjutan dari Mata'ano Santa yang telah digelar pada September 2024 lalu.
Ketua Adat Desa Lipu Mangau dan Gunung Sejuk, La Boti, menjelaskan bahwa dalam ritual Mata'ano Galampa, terdapat tradisi unik dalam membelah ketupat yang membedakannya dari cara umumnya.
Ketupat dibelah dari sisi samping, yang memiliki makna simbolis. Menurut La Boti, filosofi ini menggambarkan hubungan yang erat antara manusia dan Tuhan, yang tidak terpisahkan.
Baca Juga: Nelayan Buton Selatan Hilang saat Mancing Ditemukan Meninggal
"Begitu terbelah, ketupat tetap bersatu, seperti hubungan antara manusia dan Tuhan yang tidak terpisahkan," ujar La Boti kepada telisik.id, Minggu (16/2/2025).
Selama jalannya prosesi, para tamu undangan turut dalam pertunjukan tarian daerah secara bergantian. Tamu yang diajak menari diwajibkan untuk ikut serta, tanpa dapat menolak.
Ritual ini bukan hanya sekadar wujud syukur kepada Tuhan, tetapi juga menandakan penyimpanan alat musik tradisional seperti gendang dan gong di rumah tetua adat.
Tarian yang ditampilkan selama acara meliputi tarian Linda, Mangaru, dan Batanda, yang disambut dengan antusiasme tinggi oleh warga setempat maupun pelancong.
Kepala Dinas Kebudayaan Buton Selatan, La Ode Haerudin, menyebutkan bahwa ritual Mata'ano Galampa telah resmi terdaftar dengan sertifikat Kekayaan Intelektual Komunal (KIK) pada Desember 2024.
Perayaan tahun ini juga berbeda dari sebelumnya, dengan turut meriahnya acara yang didukung oleh Pemkot Baubau dan Pemkab Buton.
Pj Kepala Desa Gunung Sejuk, Iji Wijaya, menjelaskan bahwa anggaran untuk ritual adat ini berasal dari dua sumber.
Pihak OPD terkait mengalokasikan dana untuk operasional panitia, sementara dana swadaya masyarakat, yang mencapai hampir Rp 200 juta, digunakan untuk membiayai isian talang. Setiap rumah tangga menyumbang sekitar Rp 2 juta untuk mendukung acara ini.
"Kalau tahun ini bisa mencapai 200 juta (rupiah)," kata Iji Wijaya.
Ia juga menyampaikan bahwa semua hidangan olahan hasil bumi yang disajikan selama ritual ini adalah wujud syukur atas hasil panen yang berhasil tahun ini di Desa Gunung Sejuk.
Baca Juga: Jadwal Pelayaran KM Nadelynk 17-24 Februari 2025
Iji mengatakan bahwa ritual ini lebih dari sekadar seremoni tahunan. "Kami naik pesta kampung di Baruga bukan hanya sekadar seremonial saja, tetapi ada momentum penting yang selalu kami nantikan setiap tahun," tambahnya.
Ritual Mata'ano Galampa juga berfungsi untuk menjaga hubungan sosial antarwarga desa di wilayah Kecamatan Sampolawa. Setiap tahun kepala desa dari berbagai wilayah diundang untuk menghadiri acara adat tersebut.
Rangkaian pesta adat ini akan ditutup dengan pagelaran tarian Linda, Mangaru, dan Batanda yang digelar pada pukul 20.00 WITA.
Ritual adat ini diselenggarakan di Baruga Desa Gunung Sejuk, Sampolawa, Buton Selatan, yang berlangsung dari pukul 14.00 hingga 17.00 WITA. (A)
Penulis: Ali Iskandar Majid
Editor: Mustaqim
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS