Secara Virtual, Festival Lalo'a di Wakatobi Bakal Digelar Oktober Ini

Mohamad Lukman Saputra, telisik indonesia
Senin, 12 Oktober 2020
0 dilihat
Secara Virtual, Festival Lalo'a di Wakatobi Bakal Digelar Oktober Ini
Pamflet Festival Lalo'a. Foto: Ist.

" Harapannya masyarakat sedunia melihat sebuah festival yang lebih dari keramaian yaitu sebagai gerakan konservasi, solidaritas ekonomi dan pendidikan kebudayaan untuk generasi. "

WAKATOBI, TELISIK.ID - Masyarakat adat di kawasan Kadie Liya Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, Kabupaten Wakatobi akan kembali menggelar Festival Lalo’a.

Hanya saja, kali ini Festival Lalo’a bakal digelar secara virtual akibat masih dalam kondisi pandemi COVID-19.

Lalo’a adalah musim migrasi massal Ikan Baronang untuk bertelur. Migrasi ini berlangsung di Perairan Gosong Pasir Nokoi, Pantai Sambali, Pulau Kompona One, Kadie Liya, Wakatobi.

Peristiwa ini hanya berlangsung pada September-November setiap tahunnya dan juga hanya tanggal 9-11 kalender Hijriah. Musim ini melahirkan Tradisi Lalo’a, sebuah rangkaian proses adat oleh nelayan dalam menangkap ikan pada musim Lalo’a dan sambutan masyarakat atas datangnya musim istimewa ini.

Tradisi Lalo’a berupa proses berkhidmat di rumah nelayan, kemudian nelayan menuju laut dan menunggu dengan diam di atas alat tangkap sero yang ditancapkan ke laut. Saat ikan mulai masuk ke dalam sero, nelayan memiliki dua pilihan yaitu, ikan langsung ditangkap sore itu yang berarti ikan masih memiliki telur di dalam perutnya. Pilihan berikutnya, ikan ditangkap dini hari, setelah ke esokan harinya setelah melepaskan telur ke alam.

Menurut salah seorang Volunter kegiatan penelitian Lalo'a, Saleh Hanan mengungkapkan, Festival Lalo'a dilakukan secara virtual dengan harapan agar masyarakat menjadi adopter telur Ikan Baronang melalui lelang yang dilakukan secara virtual tersebut. Tentu saja setelah mengadopsi, peserta akan memiliki jutaan ikan pribadi di Laut Wakatobi.

"Harapannya masyarakat sedunia melihat sebuah festival yang lebih dari keramaian yaitu sebagai gerakan konservasi, solidaritas ekonomi dan pendidikan kebudayaan untuk generasi," terangnya, Senin (12/10/2020).

Baca juga: Abaikan Rapat Paripurna di DPRD Muna, Dua Kadis Malah Ikut Demo

Kegiatan adopsi telur Ikan Boronang ini adalah bentuk dukungan kepada para nelayan yang membiarkan ikan melepas telur ke alam. Adopsi dilakukan dengan cara lelang, Ikan yang tidak memiliki telur atau yang sudah melepas telur ke alam, dilelang dengan harga lebih tinggi, dibanding ikan yang masih memiliki telur dalam perutnya. 

Adopter bisa berpartisipasi melalui aplikasi Zoom dan Youtube pada launching festival 15 Oktober 2020, atau saat Live Event dari Gosong Pasir Nokoi-Liya pada 29 Oktober 2020. 

Jumlah ikan yang dilelang sekitar 1500 ekor. Jika disimulasikan satu ekor ikan dapat melepas jutaan telur, sehingga melalui kegiatan ini akan ada ribuan bahkan jutaan individu ikan baru yang berkembang di alam Wakatobi yang akan memberikan manfaat bagi masyarakat nelayan dalam waktu yang panjang.

"Menjadi adopter secara substansi berarti memiliki jutaan ekor ikan di Laut Cagar Biosfer Dunia, Wakatobi," katanya. 

Adopsi telur Ikan Baronang ini dilaksanakan secara virtual dengan memanfaatkan teknologi Zoom dan Youtube, dengan harapan jangkauan kegiatan ini semakin luas sehingga promosi tradisi Lalo’a ini sebagai sarana pendidikan lingkungan dan budaya dapat tersebar luas.

"Apresiasi kita pun terhadap kearifan masyarakat adat dalam upaya pengembangbiakan fauna, dalam hal ini ikan baronang menjadi semakin tinggi dan kecintaan akan budaya lokal semakin tumbuh," tutupnya. (B)

Reporter: Mohamad Lukman Saputra

Editor: Kardin

TAG:
Baca Juga