Setelah Jadi Mualaf, Pria Ini Islamkan 3 Ribu Tentara AS
Nurdian Pratiwi, telisik indonesia
Selasa, 02 Agustus 2022
0 dilihat
Dennis Bradley Philips, seorang mualaf yang mengislamkan sebanyak 3.000 tentara Amerika Serikat (AS). Foto: Repro Youtube
" Setiap orang memiliki cerita tersendiri di dalam hidupnya, terlebih setelah memutuskan untuk menjadi seorang mualaf tentu merupakan salah satu pengalaman yang istimewa "
OTTAWA, TELISIK.ID - Setiap orang memiliki cerita tersendiri di dalam hidupnya, terlebih setelah memutuskan untuk menjadi seorang mualaf tentu merupakan salah satu pengalaman yang istimewa.
Orang-orang tersebut pun berasal dari segala penjuru dunia dan memiliki latar belakang yang berbeda-beda.
Seperti kisah seorang pria asal Kanada, bernama Dennis Bradley Philips atau yang telah mengganti namanya menjadi Abu Ameenah Bilal Philips.
Merangkum dari berbagai sumber, Dennis Bradly Philips merupakan pria berdarah Jamaika. Ia menghabiskan masa kecilnya di Kanada dan dibesarkan dengan kultur musik Jamaika. Karena itu, sebelum memeluk Islam, Philips menjadikan musik dan cinta sebagai agamanya.
Pria kelahiran Jamaika, 6 Januari 1946 menjelajahi berbagai negara karena bermain musik, termasuk Malaysia dan Indonesia pada tahun 1960-an. Setelah dari kedua negara yang mayoritas penduduknya muslim ini, Philips mulai tertarik mempelajari agama islam.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Turun, Ini Pemicunya
Sekembalinya di negara asal pada 1973, Bilal kemudian memutuskan mempelajari Islam secara serius. Ia membaca semua buku-buku agama Islam, berdiskusi dengan cendekiawan muslim, hingga akhirnya memutuskan mengucapkan kalimat syahadat sebagai pengakuan Rasulullah sebagai junjungannya.
Menjadi mualaf kemudian membuat Philips berhenti menjadi musikus dan mengaku tak nyaman lagi berkecimpung di dunia musik. Ia mengaku bahwa menjadi artis sangat rentan melanggar apa yang dilarang oleh Allah.
Iapun kembali bersekolah dan mendaftarkan dirinya ke jurusan studi Islam di Universitas Islam Madinah, Arab Saudi.
Menurutnya, belajar langsung dari sumber klasik di kota-kota bersejarah akan membantunya belajar lebih dalam dan berbeda dalam menerjemahkan Islam secara murni.
Kemudian Philips melanjutkan program master di Universitas Riyadh dan menjadi pembawa acara Why Islam di Channel Two, stasiun televisi milik pemerintahan Saudi.
Pada tahun 1990-an tepatnya saat Perang Teluk berkecamuk, Philips bekerja di Departemen Agama Arab Saudi.
Saat tentara Amerika Serikat bermarkas di sana, Philips terpilih untuk memberikan materi seputar Islam kepada mereka. Akhirnya sekitar 3 ribu serdadu Amerika memutuskan menjadi mualaf.
Tak berhenti puas dengan menggandeng 3 ributentara Amerika Serikat memeluk Islam, Bilal kemudian hijrah ke Filipina. Ia kemudian mendirikan pusat informasi di Mindanao serta universitas berbasis Islam di Cotobato City.
Tahun 1994, Philips mendapat undangan bergabung dengan lembaga amal Dar Al Ber di Dubai, di sana ia kembali membentuk pusat informasi Discover Islam di kota Karama.
Proyek Bilal Philips berhasil. Dalam proyeknya saat itu, ia mengundang ulama dari berbagai negara. Dan dalam waktu lima tahun saja, pusat informasi itu telah membuat sekitar 15 ribu orang mengucapkan kalimat syahadat dan menjadi mualaf.
Baca Juga: Penduduk Negara Ini Susah Kaya Walau Bergaji Rp 100 Juta Per Bulan
Bilal Philips juga berkontribusi dalam memperkaya literatur Islam dengan lebih dari 50 buku yang ditulis, diterjemahkan, dan diberi komentar. Beliau juga mengedit dan menerbitkan 56 buku bacaan keimanan bagi anak-anak di sekolah internasional Islam.
Konvergensi teknologi di era digital saat ini juga beliau manfaatkan sebagai sarana dakwah untuk menjangkau masyarakat secara global.
Pada 2007, Bilal Philips mendirikan Islamic Online University (IOU) sebagai institusi pertama yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan Islam strata satu secara online. (C)
Penulis: Nurdian Pratiwi
Editor: Kardin