Sopir Angkot Kendari Mengeluh Tergerus Transportasi Online

Hamlin, telisik indonesia
Sabtu, 03 Mei 2025
0 dilihat
Sopir Angkot Kendari Mengeluh Tergerus Transportasi Online
Angkot/pete-pete sedang menunggu penumpang di depan gerbang utama kampus UHO Kendari, Sabtu (3/5/2025). Foto: Hamlin/Telisik

" Angkutan kota (angkot) di Kota Kendari terancam punah meski dulunya menjadi transportasi andalan masyarakat setempat ketika hendak berpergian di dalam kota "

KENDARI, TELISIK.ID - Angkutan kota (angkot) di Kota Kendari terancam punah meski dulunya menjadi transportasi andalan masyarakat setempat ketika hendak berpergian di dalam kota.

Angkot yang disebut pete-pete ini, dulunya paling diminati mayoritas mahasiswa, karena selain ongkosnya yang murah juga dilengkapi dengan beragam musik kekinian.

Fandi (28), sopir angkot di Kendari, mengaku sudah delapan tahun menjalani pekerjaannya. Dia mengatakan bahwa penghasilan sopir menurun drastis setelah ada transportasi umum berbasis online.

"Dulu awal-awal saya masuk jadi sopir, masih rame penumpang, 2018 kayanya itu, belum ada Maxim mobil yang masuk kampus, kita masih bisa bawa pulang uang Rp 200 ribuan per hari," tuturnya, sambil menunggu penumpang di depan kampus Universitas Halu Oleo (UHO), Sabtu (3/5/2025).

Baca Juga: BRI Cabang Kendari By Pass Libatkan Damkar Amankan Aset Perusahaan dan Uang Nasabah

"Sekarang orang-orang sudah naik Maxim, biar mahasiswa. Akhirnya hancur pete-pete, apalagi premium dihilangkan, makanya dinaikkan tarifnya supaya seimbang dengan harga bahan bakar," tambahnya.

Perantau dari Muna Barat ini juga menjelaskan, ada perubahan tarif semenjak di hilangkannya BBM jenis premium.

Sebelumnya tarif penumpang Rp 3.000 untuk pelajar/mahasiswa, kini menjadi Rp 5.000 per orang. Sementara penumpang umum, sebelumnya Rp 5.000 menjadi Rp 7.000 per orang.

Selain itu, para sopir juga dibebani setoran kepada pemilik mobil senilai Rp 100 ribu hingga Rp 150 ribu per hari.

Baca Juga: Pemprov Sultra Alokasikan Rp 2 Miliar ke Pramuka

"Kita harus menyetor sama yang punya mobil, kalau saya Rp 100 ribu, yang lain ada Rp 130 ribuan. Tergantung mobilnya, kalau bagus mobilnya tinggi setorannya," cerita Fandi sambil sesekali mangatur volume audio mobilnya.

"Akhirnya banyak mobil yang parkir karna sopir-sopir tidak maumi bawa pete-pete. Ada yang (bekerja) di tambang, ada juga yang jadi sopir Maxim," imbuhnya.

Meski demikian, masih ada mahasiswa yang masih setia menggunakan angkot. Sinta (22), seorang mahasiswa UHO, mengaku masih sering menggunakan angkot jika berpergian.

"Kalau tempat pergiku di Mandonga atau di kota lama, pasti saya naik pete-pete. Karena kan tarifnya sama, jauh dekat Rp 5.000," katanya. (B)

Penulis: Hamlin

Editor: Mustaqim

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Baca Juga