Stephen William Hawking, Ilmuwan Fisika yang Tetap Berkarya Meski Lumpuh

Fitrah Nugraha, telisik indonesia
Selasa, 18 Oktober 2022
0 dilihat
Stephen William Hawking, Ilmuwan Fisika yang Tetap Berkarya Meski Lumpuh
Stephen William Hawking CH, CBE, FRS merupakan orang pertama yang memaparkan teori kosmologi yang dijelaskan dengan menggabungkan teori relativitas umum dan mekanika kuantum. Foto: Repro conhecimentocientifico.com

" Salah satu ilmuwan fisika yang cukup terkenal atas karya-karya yang dihasilkan yakni Stephen William Hawking. Namanya dikenal hingga ke berbagai penjuru dunia "

JAKARTA, TELISIK.ID - Salah satu ilmuwan fisika yang cukup terkenal atas karya-karya yang dihasilkan yakni Stephen William Hawking. Namanya dikenal hingga ke berbagai penjuru dunia.

Dikutip dari wikipedia, Stephen William Hawking CH, CBE, FRS yang lahir 8 Januari 1942 dan meninggal pada 14 Maret 2018 merupakan fisikawan teoretis, kosmologi, pengarang, dan Direktur Penelitian Centre for Theoretical Cosmology di Universitas Cambridge.

Karya-karya ilmiahnya meliputi kolaborasi bersama Roger Penrose tentang teorema singularitas gravitasi dalam kerangka relativitas umum dan prediksi teori bahwa lubang hitam mengeluarkan radiasi (biasa disebut radiasi Hawking).

Hawking merupakan orang pertama yang memaparkan teori kosmologi yang dijelaskan dengan menggabungkan teori relativitas umum dan mekanika kuantum. Ia adalah pendukung interpretasi multidunia teori mekanika kuantum, terutama karena teori-teorinya mengenai teori kosmologi, gravitasi kuantum, lubang hitam dan radiasi Hawking.

Baca Juga: Mengenal Billy Kurniawan, Pemilik Kopi Janji Jiwa Pecahkan Rekor Muri

Salah satu tulisannya adalah A Brief History of Time yang tercantum dalam daftar best seller di Sunday Times London selama 237 minggu berturut-turut. Suatu periode terpanjang dalam sejarah.

Melansir merdeka.com, Hawking selalu tertarik pada ilmu pengetahuan. Hawking terinspirasi dari guru matematikanya yang bernama Dikran Tahta untuk mempelajari matematika di universitas.

Ayahnya ingin agar Hawking masuk ke University College, Oxford, tempat ayahnya dulu bersekolah. Hawking lalu mempelajari ilmu pengetahuan alam. Dia mendapat beasiswa dan lalu berspesialisasi dalam fisika.

Setelah menerima gelar B.A. di Oxford pada 1962, dia tetap tinggal untuk mempelajari astronomi. Dia memilih pergi ketika mengetahui bahwa mempelajari bintik matahari tidak sesuai untuknya dan Hawking lebih tertarik pada teori daripada observasi. Hawking lalu masuk ke Trinity Hall, Cambridge. Ia mempelajari astronomi teoretis dan kosmologi.

Segera setelah tiba di Cambridge, gejala sklerosis lateral amiotrofik (ALS) yang akan membuatnya kehilangan hampir seluruh kendali neuromuskularnya mulai muncul. Pada tahun 1974, ia tidak mampu makan atau bangun tidur sendiri.

Suaranya menjadi tidak jelas sehingga hanya dapat dimengerti oleh orang yang mengenalnya dengan baik. Pada tahun 1985, dia terkena penyakit pneumonia dan harus dilakukan trakeostomi sehingga ia tidak dapat berbicara sama sekali.

Seorang ilmuwan Cambridge membuat alat yang memperbolehkan Hawking menulis apa yang ingin dia katakan pada sebuah komputer, lalu akan dilafalkan melalui sebuah voice synthesizer.

Sebagai akibat dari penyakit lumpuhnya yang tak kunjung membaik, Hawking hanya bisa berbicara dengan bantuan alat pensintesa suara dan nyaris benar-benar lumpuh.

Dia diberitakan mengalami masalah serius pada 2009 manakala dilarikan ke rumah sakit setelah jatuh sakit usai mengajar di Amerika Serikat. Namun setelah itu dia kembali ke Universitas Cambridge untuk menjadi direktur riset.

Meskipun mengalami cacat jasmani yang luar biasa dan mengalami tetraplegia (kelumpuhan) karena motor neuron disease, karir ilmiahnya terus berlanjut selama lebih dari empat puluh tahun. Buku-buku dan penampilan publiknya menjadikan dia sebagai seorang selebritis akademik dan teoretikus fisika yang termasyhur di dunia.

Baca Juga: Profil Saddil Ramdani Pemain Muda Asal Muna, Top di Liga Malaysia

Hawking (69) pernah disangka bakal meninggal dalam beberapa tahun setelah didiagnosis mengalami penyakit syaraf motorik degeneratif pada usia 21, namun menjadi salah satu ilmuwan paling terkenal di dunia setelah publikasi karyanya pada 1988 "A Brief History of Time."

Pendidikan:

- Ilmu pengetahuan alam  University College, Oxford.

- Astronomi teoretis dan kosmologi.Trinity Hall, Cambridge.

Karir:

- Ilmuan.

- Fisikawan.

Penghargaan:

- 1975 Eddington Medal.

- 1976 Huqhes Medal of the Royal Society.

- 1979 Albert Einstein Medal.

- 1981 Franklin Medal.

- 1982 Order of the British Empire.

- 1985 Gold Medal of the Royal Astronomical Society.

- 1986 Anggota Pontifical Academy of Sciences.

- 1988 Wolf Prize dalam bidang fisika.

- 1989 Prince of Asturias Awards in Concord.

- 1989 Companion of Honour.

- 1999 Julius Edgar Lilienfeld Prize of the American Physical Society.

- 2003 Michelson Morley Award of Case Western Reserve University.

- 2006 Copley Medal of the Royal Society.

- 2008 Fonseca Price of the University of Santiago de Compostela.

- 2009 Presidential Medal of Freedom. (C)

Penulis: Fitrah Nugraha

Editor: Kardin

Baca Juga