Surat An Nahl, Belajar dari Lebah dan Kesesuaian Al-Qur'an dengan Madu

Fitrah Nugraha, telisik indonesia
Jumat, 20 Agustus 2021
0 dilihat
Surat An Nahl, Belajar dari Lebah dan Kesesuaian Al-Qur'an dengan Madu
Seseorang sedang membaca dan meresapi kandungan isi Al-Qur’an. Foto: Repro Getty Images/iStockphoto/evrim

" Surah ini dinamakan pula "An-Ni'am" artinya nikmat-nikmat, karena di dalamnya Allah menyebutkan berbagai macam nikmat untuk hamba-hamba-Nya. "

KENDARI, TELISIK.ID - Surat An Nahl terdiri atas 128 ayat, surat yang termasuk golongan surat Makkiyyah, yakni turun di Kota Mekah sebelum hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah Al Munawarah.

Surah ini dinamakan pula "An-Ni'am" artinya nikmat-nikmat, karena di dalamnya Allah menyebutkan berbagai macam nikmat untuk hamba-hamba-Nya.

Dilansir dari ikmalonline.com, surat ini Al Nahl yang berarti lebah karena di dalamnya, terdapat firman Allah SWT ayat 68 yang artinya: “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah.”

Keberadaan surat ini sama dengan surat-surat yang lain adalah agar mukmin mengambil pelajaran dan mendapatkan hidayah menuju kebenaran yang Allah gariskan.

Lebah itu sendiri adalah makhluk Allah yang unik. Hewan yang banyak memberi manfaat dan kenikmatan bagi manusia.

Ketika dikaji maka ada persamaan antara madu yang dihasilkan oleh lebah dengan Al-Qur'an itu sendiri.

Madu adalah cairan ajaib yang berasal dari bermacam-macam sari bunga dan dia menjadi obat bagi bermacam-macam penyakit manusia. Sedang Al-Qur'an sendiri adalah kitab hidayah mengandung inti sari dari kitab-kitab yang telah diturunkan kepada nabi-nabi zaman dahulu ditambah dengan ajaran-ajaran yang diperlukan oleh semua bangsa sepanjang zaman untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat dalam menggapai bentuk kehidupan dan kematian yang dicintai Allah SWT.

Baca juga: Ini Alasan Rasulullah SAW Larang Meniup Makanan dan Minuman dalam Kondisi Panas

Baca juga: Yuk, Ketahui Perbedaan Zakat, Infak dan Sedekah

Ada kandungan penting dari surat An Nahl, di antaranya sekaitan dengan landasan-dasar beragama (aqaid). Dalam surat ini dijelaskan apa-apa yang harus diketahui dan dimanifestasikan sebagai seorang muslim dan mukmin.

Di sini ditekankan bahwa adanya hari-hari adalah hal yang pasti dan tidak mungkin diingkari; dipaparkan juga seputar keesaan Allah; kekuasaan-Nya dan kesempurnaan ilmu-Nya serta dalil-dalilnya; pertanggungjawaban manusia kepada Allah terhadap segala yang telah dikerjakannya yang menjadi sebuah dalil spesifik terkait kepastian adanya hari pembalasan.

Selain membincangkan landasan dasar beragama (aqaid), juga diuraikan beberapa hukum-hukum, yakni tentang makanan dan minuman yang haram dan yang halal; kebolehan perhiasan-perhiasan yang berasal dari dalam laut seperti marjan dan mutiara; dibolehkannya memakan makanan yang diharamkan dalam keadaan terpaksa; hukum sekaitan kulit dan bulu binatang dari hewan yang halal dimakan.

Kemudian juga kewajiban memenuhi syarat dan larangan mempermainkan suatu sumpah yang diucapkan; larangan membuat-buat hukum yang tidak memiliki dasar; perintah membaca isti'aadzah (a'uudzubillahi minasyaithaanirrajiim artinya aku berlindung kepada Allah dari syaitan yang terkutuk) sehingga terjaga dari berbagai bentuk gangguan dari iblis dan para pengikutnya; serta membalas siksa yang melebihi siksaan yang diterima.

Dalam surat ini juga terdapat sebuah kisah, kisah Ayah dari konsep tauhid yakni Nabi Ibrahim as. Kisah nyata yang benar-benar telah terjadi dan menjadi media ajar bagi umat manusia sepanjang zaman.

Selain itu, surah An Nahl juga berisi penjelasan seputar asal-usul kejadian manusia; menjelaskan bahwa produk lebah berupa madu adalah sangat penting bagi penjagaan kesehatan dan mengobati penyakit manusia; digambarkan juga nasib pemimpin-pemimpin palsu di hari ini, sebuah pelajaran bagi seluruh manusia agar benar-benar berhati-hati ketika akan menerima tampuk kepemimpinan, benar-benar menjaga amanah penting tersebut dan tidak menjadi bagian dari pemimpin-pemimpin penipu, korup, nipotisme, pembohong dan zalim kepada orang-orang yang dipimpinnya.

Sebuah pelajaran terkait harga kemanusiaan dimana pada waktu Al-Qur'an diturunkan, pandangan orang-orang Arab zaman jahiliyah terhadap anak-anak, semuanya, dinilai sebagai sebuah sebuah benda yang bisa dijual dan diberikan; hal yang tak kalah penting adalah adanya ajaran moral di dalam Islam pedoman utama dan pertama dalam melakukan dakwah dalam Islam.

Dengan ini tidak semua orang berhak untuk berdakwah kepada orang lain. Amalan ini hanya khusus bagi mereka yang benar-benar memahami dan sudah tuntas dalam bermoral kepada diri sendiri dan sesama. (C)

Reporter: Fitrah Nugraha

Editor: Haerani Hambali

Artikel Terkait
Baca Juga