Adab Ketika Suami Istri Marahan
Haerani Hambali, telisik indonesia
Jumat, 14 Oktober 2022
0 dilihat
Dalam hubungan suami istri, berselisih paham adalah hal yang wajar. Namun kedua pihak harus bisa menahan diri saat marah dan mencontoh adab Rasulullah saat marahan dengan istrinya. Foto: Repro Orami.co.id
" Apabila suami berbuat kesalahan, sudah seharusnya istri mengingatkan suami, namun harus dilakukan dengan cara yang baik, tutur kata yang lemah lembut "
KENDARI, TELISIK.ID - Dalam hubungan suami istri, berselisih paham adalah hal yang wajar. Namun, dalam perselisihan ini tak jarang istri menunjukkan amarahnya pada suami, seperti tidak ingin berbicara hingga menjelek-jelekan suami.
Melansir NU Online, hukum membentak atau memarahi suami adalah tidak boleh dan masuk ke dalam jenis dosa besar.
Sebab suami adalah orang yang harus dipatuhi dan dihormati oleh istrinya.
Seperti yang kita ketahui, Rasulullah SAW dalam beberapa hadis mengatakan, “Seandainya saya bisa memerintahkan seorang untuk sujud pada orang lain, pasti saya perintahkan seorang istri untuk sujud pada suaminya.” (HR Abu Daud, Al-Hakim, Tirmidzi).
Baca Juga: Inilah Teman Sejati di Alam Kubur
Apabila suami berbuat kesalahan, sudah seharusnya istri mengingatkan suami, namun harus dilakukan dengan cara yang baik, tutur kata yang lemah lembut, tidak membentak atau menggunakan suara yang keras dan juga jangan sampai menyinggung perasaan suami.
Rasulullah SAW bersabda, 'Sebaik-baiknya wanita untuk suami adalah yang menyenangkan saat dilihat, taat saat diperintah, dan tak menentang suaminya baik dalam hatinya serta tak membelanjakan (memakai) hartanya pada perkara yang dibenci suaminya.” (H. R. Ahmad).
Adab Istri Ketika Suami Marah
Untuk menghindari dosa karena berantem dengan suami, ada baiknya ikut beberapa adab berikut ini, dikutip dari Orami.co.id.
1. Hindari Kata Kasar
Ada beberapa hal yang perlu diingat ketika rasa marah tiba-tiba muncul akibat suatu masalah dengan pasangan. Sebaiknya ketika marah pada suami hindarilah untuk melontarkan kata-kata kasar dan kata yang bernada ancaman.
2. Jangan Sampai Ucapkan Cerai
Mungkin saja ketika merasa kalut karena marah, tercetus dalam pikiran untuk mengakhiri pernikahan. Tak jarang pula pasangan yang bertengkar dengan mudahnya mengatakan ingin bercerai saat sedang berada di puncak emosi.
Jangan sampai hal tersebut terucap. Perkara cerai tidak bisa diputuskan dengan kepala panas dan hati penuh emosi. Rasulullah bahkan pernah mengingatkan, “Tiga perkara yang serius dan bercandanya sama-sama dianggap serius, yakni nikah, talak, dan rujuk.” (HR. Abu Daud).
Melontarkan kata cerai ketika sedang marah dapat dianggap sah. Karena itulah, kata cerai tak boleh diucapkan sembarangan.
3. Jangan Kufur pada Suami
Saat marah, sangat mudah mengingat kesalahan-kesalahan pasangan di masa lalu dan melupakan kebaikannya. Padahal hal tersebut tidak boleh dilakukan.
Rasulullah SAW pernah bercerita mengenai perkara ini dan diangkat dalam sebuah hadis shahih.
"Dan aku melihat neraka. Aku belum pernah sama sekali melihat pemandangan seperti hari ini. Dan aku lihat ternyata mayoritas penghuninya adalah para wanita.” Mereka bertanya, “Kenapa para wanita menjadi mayoritas penghuni neraka, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Disebabkan kekufuran mereka.” Ada yang bertanya kepada beliau, “Apakah para wanita itu kufur kepada Allah?” Beliau menjawab, “(Tidak, melainkan) mereka kufur kepada suami dan mengkufuri kebaikan (suami). Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang istri kalian pada suatu waktu, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan di hatinya) niscaya ia akan berkata, ‘Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu’.” (HR. Bukhari no. dan Muslim).
4. Jangan Turuti Nafsu
Ketika suami marah, tahanlah nafsu untuk melampiaskan emosi secara berlebihan. Rasulullah SAW pun pernah bersabda, “Orang kuat bukan diukur dengan bertarung. Orang kuat adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
5. Curhat Pada Allah Ta’ala
Ketika suami sedang marah, dianjurkan untuk meredamnya dengan berwudhu dan salat sunnah. Istri dapat beristigfar sebanyak-banyaknya untuk menenangkan diri. Setelah itu ambillah wudhu dan salat. Curhat tentang segala permasalah yang dialami pada Allah SWT. Tak ada tempat berkeluh kesah terbaik selain daripada-Nya.
Baca Juga: 6 Pertanyaan Malaikat di Alam Kubur
Allah berfirman dalam QS. Al Baqarah 153, "Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."
6. Diskusi dan Beri Nasihat
Jika hati sudah merasa lebih tenang, amarah sudah mereda, istri bisa kembali membuka pintu komunikasi dengan suami. Berdiskusilah tentang masalah yang ada. Hal ini sangat dianjurkan dalam Islam.
Jelaskan pada suami apa yang mengganjal dan hal yang tidak disukai darinya sehingga membuat istri marah dan kecewa. Bisa saja suami tidak menyadari bahwa tindakannya salah.
Rasulullah mencontohkan akhlak yang baik saat menghadapi istrinya yang sedang marah. Beliau hanya terdiam ketika istrinya sedang marah. Perasaan wanita sangat tidak stabil ketika marah. Maka bersabar untuk tidak menjawab, tidak membantah, atau tidak menanggapi. (C)
Penulis: Haerani Hambali