Tanaman Sela Dongkrak Pendapatan Masyarakat Kolut
Muh. Risal H, telisik indonesia
Minggu, 19 Januari 2020
0 dilihat
Jagung yang dijadikan sebagai tanaman sela di antara tanaman kakao, berhasil mendongkrak pendapatan warga Kolut. Foto: Muh. Risa
" Berdasarkan hasil ubinan kami tahun 2018 untuk mengukur produksi jagung petani perhektarnya, itu rata-rata produksinya sampai 6 ton. Bahkan tahun 2019 ini ada yang mencapai 9 ton perhektarnya. "
KOLAKA UTARA, TELISIK.ID - Berdasarkan rilis data Badan Pusat Statistik (BPS) Kolaka Utara (Kolut) tahun 2018 dan 2019, geliat program revitalisasi pertanian sub program revitalisasi kakao yang selama ini menjadi program unggulan pemerintah Kolut di bawah kepemimpinan Drs. H. Nur Rahman Umar, MH dan H. Abbas, SE melalui tanaman selanya telah berhasil mendongkrak pendapatan masyarakat Kolut.
Baca Juga: Ada Tidaknya Seleksi Wawancara CASN Tergantung Panselnas
Kepala BPS Kolut, Sablin, menyatakan, berdasarkan pengamatan dan hasil kerja BPS Kolut melalui sistem pengukuran produktivitas pertanian khususnya sektor tanaman sela telah berhasil mendongkrak pendapatan masyarakat Kolut.
"Jadi, tanaman sela khususnya jagung inilah yang mendongkrak dan menopang pendapatan masyarakat Kolut selama produksi kakao belum berhasil. Luar biasa peningkatannya dibanding tahun-tahun yang lalu dan puncak produksinya itu di tahun 2018 dengan luas panen 13.848,30 hektarĀ dengan produksi 83.828,22 ton," kata Sablin, Jumat (17/1/2020).
Menurut Sablin, peningkatan produktivitas jagung ini, baru nampak setelah Pemkab Kolut mencanangkan program revitalisasi kakao dan menjadikan jagung sebagai tanaman sela untuk menopang perekonomian petani selama kakao belum bisa dipanen.
"Berdasarkan hasil ubinan kami tahun 2018 untuk mengukur produksi jagung petani perhektarnya, itu rata-rata produksinya sampai 6 ton. Bahkan tahun 2019 ini ada yang mencapai 9 ton perhektarnya," terangnya.
Sablin mengkalkulasi, jika masyarakat Kolut menanam jagung dengan luas satu hektar dan berproduksi 6 ton perumahtangga untuk satu kali panen, dikali harga terendah misalnya Rp3.000 berarti petani bisa menghasilkan uang Rp 18 juta perempat bulannya. Kalau masyarakat menanam minimal dua kali pertahun, maka mereka bisa mendapatkan pemasukan dari tanaman sela ini sebanyak Rp 36 juta pertahunnya.
"Tidak usah satu hektar, setengah hektar saja dengan produksi 3 ton itu sudah bisa menghasilkan Rp 18 juta pertahun dan penghasilan ini tidak pernah ada sebelumnya," jelasnya.
Sementara itu, untuk data 2019 belum bisa dipublish, tapi berdasarkan ubinan yang telah dilakukan BPS Kolut, produksi jagung di tahun 2019 hasilnya tidak jauh berbeda dengan tahun 2018.
Reporter: Muh. Risal
Editor: Rani