Tari Hesurabi, Atraksi Budaya Khas Desa Wisata Sombu
Ahmad Badaruddin, telisik indonesia
Kamis, 29 Juni 2023
0 dilihat
Tari Hesurabi, tarian khas Desa Wisata Sombu yang diambil dari tradisi Hesurabi. Foto: Repro Telusuri.id
" Tari Hesurabi merupakan tarian yang menggambarkan tradisi menyuluh pasir atau karang bagi masyarakat Wakatobi. Tradisi unik ini merupakan kebiasaan turun-temurun yang masih dipertahankan sampai saat ini "
WAKATOBI, TELISIK.ID - Desa Wisata Sombu masuk dalam daftar 500 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) yang digagas oleh Kemenparekraf. Desa ini masuk dalam daftar tersebut karena berbagai keindahan yang ditawarkan, mulai dari keindahan alam, lingkungan, hingga atraksi budaya.
Salah satu atraksi budaya yang menjadi daya tarik dari desa wisata ini adalah Tari Hesurabi. Tari Hesurabi merupakan tarian yang menggambarkan tradisi menyuluh pasir atau karang bagi masyarakat Wakatobi. Tradisi unik ini merupakan kebiasaan turun-temurun yang masih dipertahankan sampai saat ini.
Dilansir dari Turisian.com, Hesurabi merupakan sebuah kegiatan menyuluh pasir atau karang saat air laut tengah surut. Biasanya tradisi ini dilakukan pada malam hari dengan menggunakan tombak dan sebuah wadah yang terbuat dari anyaman bambu untuk menampung hasil tangkapan bernama ompo.
Tradisi ini dilakukan pada malam hari dan saat bulan purnama, saat dimana ikan-ikan keluar dari tempat persembunyiannya. Itulah mengapa Tari Hesurabi diperagakan oleh pria dan wanita untuk merepresentasikan kegiatan tradisi Hesurabi, yang mana sang pria menangkap ikan dan sang wanita mendampinginya.
Ketika sedang menyaksikan Tari Hesurabi ini, wisawatan akan melihat sekolompok pria dan wanita dengan menggunakan kostum bercorak tenun khas Wakatobi menari di atas panggung dengan berbagai properti yang disebutkan tadi, yakni tombak, ompo dan obor sebagai lambang penerangan saat menyuluh ikan di malam hari.
Prosesi tarian bermula ketika para penari berbaris di pinggir panggung. Para penari pria masuk terlebih dahulu untuk memantau kondisi laut dan langit. Mereka lalu memanggil para perempuan, menggoda mereka, lalu mengabarkan bahwa air laut sudah surut dan bulan purnama telah tiba. Para perempuan lalu melenggak-lenggok datang. Lantas, berpasang-pasangan mereka menari, menggambarkan kegembiraan menyuluh di pasir menggunakan alat sederhana seperti obor.
Dalam tarian, para penari juga menggambarkan hasil dari menyuluh yang tidak habis sekadar untuk dikonsumsi sendiri atau dijual, namun juga dibudidayakan sebagai tabungan untuk masa depan. Bagi masyarakat setempat, ini memang sudah jadi kebiasaan yang turun-temurun, seperti yang disampaikan oleh Sariono, Ketua Forum Pesisir Wakabibika yang mengelola desa wisata ini.
"Masyarakat di sini biasa tidak makan semua hasil dari menyuluh, terkadang mereka jual sebagian," ujarnya via WhatsApp.
Penulis sekaligus Traveller dari Turisian.com, Iwan Gunawan, menulis dalam blognya bahwa dalam agenda-agenda besar pemerintah daerah, makanan hasil dari Hesurabi kerap menjadi suguhan buat para tamu undangan. Termasuk di event pameran serta festival, juga ada sajian makanan tersebut untuk memperkaya khazanah wisatawan tentang kuliner khas Wakatobi.
"Selain itu, hasil dari tradisi Hesurabi juga turut memperkaya wisata kuliner Wakatobi," tulisnya dilansir dari Turisian.com.
Tarian ini biasanya diselenggarakan di panggung dermaga yang ada di Pantai Wambulingga. Seiring perkembangan zaman, Tari Hesurabi ditampilkan untuk menyambut tokoh-tokoh masyarakat atau untuk menyemarakkan acara khusus.
Tari ini juga biasanya dilakukan untuk keperluan promosi kebudayaan Desa Wisata Sombu. Seperti yang dituturkan oleh Hayati, pengelola komunikasi dan informasi Desa Wisata Sombu.
"Kami biasanya menampilkan tarian ini untuk ajang promosi parwisata Desa Wisata Sombu," pungkasnya. (B-Adv)