Teknologi Tak Selalu Bikin Bahagia, Negara Ini Contohnya
Nurdian Pratiwi, telisik indonesia
Minggu, 24 April 2022
0 dilihat
Bhutan, negara yang dikategorikan sebagai negara sukses dari segi kebahagiaan masyarakatnya. Foto: Repro wowdunia.com
" Negara ini bisa dikatakan sebagai negara yang sukses, bukan karena dari segi teknologi ataupun ekonominya namun dari kebahagiaan "
THIMPU, TELISIK.ID - Di masa modern ini, kemajuan teknologi merupakan kemajuan masyarakat juga. Banyak orang yang mulai menggantungkan kehidupannya pada teknologi. Misalnya handphone untuk berkomunikasi, komputer untuk mengerjakan tugas, hingga mesin untuk mencuci pakaian.
Namun, berbeda halnya dengan negara kecil di Asia paling selatan, Bhutan. Negara tersebut bisa dikatakan sebagai negara yang sukses, bukan karena dari segi teknologi ataupun ekonominya namun dari kebahagiaan.
Sehingga merekapun membentuk sebuah 'Gross National Happiness' (GNH) untuk memastikan segala sesuatu yang dilakukan oleh negara dapat berkontribusi pada kesejahteraan dan kebahagiaan rakyatnya secara keseluruhan.
Namun ternyata, masyarakat Bhutan merasa bahwa persepsi itu tidak selalu sama dengan kenyataan yang ada.
Mengutip dari detik.com, terlepas dari usaha yang dilakukan pemerintah, saat ini Bhutan menempati peringkat ke-97 dari 156 negara pada daftar laporan 'World Happiness' edisi terbaru PBB.
Salah satu penyebabnya, mungkin berhubungan dengan masuknya teknologi modern ke Bhutan. Meskipun selama beberapa dekade Bhutan telah melarang teknologi masuk ke negaranya, tampaknya kemajuan teknologi seperti ponsel, TV, dan komputer secara perlahan mulai masuk dan membawa permasalahan baru, serta menyebabkan cara hidup lama masyarakat Bhutan mulai menghilang.
Baca Juga: Mike Tyson Pukuli Penumpang Pesawat hingga Terkapar, Padahal Fans Beratnya
Dalam beberapa tahun terakhir, TV dituding menjadi salah satu penyebab 'berkurangnya kebahagiaan' warga Bhutan karena berbagai macam hal yang terjadi di sana, mulai dari tindak kejahatan yang terus meningkat, hingga berubahnya demografi negara karena penduduk pedesaan pindah ke kota-kota besar untuk mencari pekerjaan.
Iklan yang ditampilkan pada TV dinilai telah membangun keinginan masyarakat, yang tidak dapat mereka peroleh dengan kondisi ekonomi mereka saat ini. Phuntsho Rapten dari Centre for Bhutan Studies menyebutkan, kejahatan dan korupsi sering lahir dari hasrat ekonomi.
Phuntsho Rapten dari Centre for Bhutan Studies menyebutkan, kejahatan dan korupsi sering lahir dari hasrat ekonomi. Perubahan iklim, dan isu modern lainnya, juga mengambil peran pada perubahan yang terjadi di Bhutan.
Gletser yang mencair, mengancam industri tanaman yang menjadi penyokong energi negara. Hal itu tentu menghambat kemajuan negara mengingat Bhutan dianggap PBB sebagai negara yang paling tidak berkembang di dunia.
Baca Juga: 4 Pria Ini Perkosa Biawak Direkam Pakai HP, Nasibnya Bikin Kaget
Survei kebahagiaan yang dilakukan Bhutan menggambarkan transformasi keadaan masyarakat Bhutan saat ini. Menurut laporan 'Gross National Happiness' tahun 2015, jumlah orang yang melaporkan emosi negatif, seperti marah, takut, dan sifat egois meningkat dibandingkan survei yang dilakukan sebelumnya. Sementara itu, emosi positif dari masyarakat Bhutan cenderung menurun.
Meskipun 90?ri responden secara keseluruhan dapat dikatakan bahagia, sebagian besar dari mereka, yakni 48% memilih untuk menggambarkan diri mereka sebagai 'orang yang nyaris bahagia', di samping pilihan lainnya yakni, 'sangat bahagia' atau 'sangat amat bahagia'.
Dilansir dari wikipedia.org, Bhutan sendiri merupakan sebuah negara kecil di Asia Selatan yang berbentuk Kerajaan dan dikenal dengan Negeri Naga Guntur. Wilayahnya terhimpit antara India dan Republik Rakyat Tiongkok. Nama lokal negara ini adalah Druk Yul, artinya "Negara Naga". Gambar naga pun didapati di benderanya dan lambang negaranya. (C)
Reporter: Nurdian Pratiwi
Editor: Haerani Hambali