Tergiur Gaji Tinggi, Warga Kabupaten Konawe Dominasi Pekerja Migran Asal Sultra
Erni Yanti, telisik indonesia
Kamis, 13 Februari 2025
0 dilihat
Kantor Imigrasi Kelas I TPI Kendari, Sulawesi Tenggara. Foto: Erni Yanti/Telisik
" Kabupaten Konawe tercatat sebagai daerah dengan jumlah warga yang bekerja di luar negeri paling banyak dibanding kota/kabupaten yang ada di Sulawesi Tenggara, yakni mencapai 60 persen "


KONAWE, TELISIK.ID - Kabupaten Konawe tercatat sebagai daerah dengan jumlah warga yang bekerja di luar negeri paling banyak dibanding kota/kabupaten yang ada di Sulawesi Tenggara, yakni mencapai 60 persen.
Data dari Kantor Imigrasi Kelas 1 TPI Kendari menyebutkan, motif warga bekerja ke luar negeri sebagian besar didorong oleh faktor ekonomi dengan janji gaji yang tinggi.
Namun, di balik besarnya angka ini, muncul kekhawatiran mengenai fenomena perdagangan orang (TPPO) dan kerja ilegal yang sering kali merugikan para pekerja migran.
Hal ini memaksa perlunya angka pencegahan agar tidak ada warga yang terjebak dalam praktik ilegal yang membahayakan.
Humas Kantor Imigrasi Kelas 1 TPI Kendari, Muhammad Keti, tak menampik bahwa pekerja migran asal Konawe di luar negeri didorong oleh keinginan untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik.
“Kami koordinasi dengan perangkat desa bahwa di daerah mereka memang banyak anak muda yang pergi ke luar negeri, sekitar 60 persen. Itulah sebabnya kami meluncurkan program desa binaan untuk memberi edukasi tentang bahaya bekerja secara ilegal,” jelas Keti, Kamis (13/2/2025).
Baca Juga: Pemeriksaan Kesehatan Gratis Warga Berulang Tahun Buton Selatan Diawali di Siompu
Salah satu risiko utama yang dihadapi oleh pekerja migran, menurut Keti, biasanya terjebak dalam iming-iming gaji besar yang sering kali ditawarkan oleh agen tenaga kerja tidak resmi.
“Kami sering mengimbau agar calon pekerja tidak tergiur oleh janji gaji besar. Banyak yang dijanjikan pekerjaan bagus di luar negeri,” katanya.
Tantangan besar lainnya adalah banyak warga yang berangkat dengan paspor tujuan untuk wisata atau kunjungan keluarga, meski tujuan mereka sebenarnya untuk bekerja.
Negara yang dikunjungi terbanyak yakni Malaysia dan negara-negara Timur Tengah yang menjadi destinasi utama.
Namun, Imigrasi Kendari mencatat tidak sedikit yang kemudian bekerja di sektor yang jauh dari kesepakatan awal, seperti menjadi pembantu rumah tangga atau bekerja di perkebunan dengan gaji yang lebih rendah dari yang dijanjikan.
Untuk mengurangi risiko tersebut, Imigrasi Kendari menggulirkan program desa binaan, yang bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai cara bekerja yang legal di luar negeri.
Melalui program desa binaan diharapkan masyarakat memperoleh informasi yang benar tentang cara kerja yang sah dan menghindari tawaran yang mencurigakan.
“Selain itu, kami juga ingin memberikan pemahaman tentang prosedur yang benar dalam membuat paspor dan mengurus dokumen keimigrasian,” tambah Keti.
Selain melalui desa binaan, Imigrasi Kendari juga bekerja sama dengan perguruan tinggi dan sekolah-sekolah di Konawe untuk menyosialisasikan pentingnya bekerja secara legal.
Mereka memberikan pelatihan dan edukasi tentang peluang kerja yang aman dan sesuai dengan keahlian yang dimiliki.
“Kami berharap agar masyarakat tidak hanya melihat keuntungan jangka pendek seperti gaji besar, tetapi mempertimbangkan legalitas dan keselamatan dalam bekerja di luar negeri,” jelas Keti.
Sementara itu, Kepala Subseksi Teknologi dan Informasi Keimigrasian Kelas 1 TPI Kendari, Utono, menilai penting untuk memberikan pelatihan atau keterampilan agar masyarakat tidak hanya mengandalkan pekerjaan di luar negeri.
“Kami ingin agar warga tidak hanya mencari solusi jangka pendek melalui pekerjaan luar negeri yang belum tentu menguntungkan. Pendidikan dan pelatihan keterampilan menjadi kunci untuk menciptakan lapangan kerja yang lebih baik di dalam negeri,” ujarnya.
Baca Juga: Nelayan Hilang Saat Memancing di Perairan Buton Selatan, Perahu Korban Ditemukan
Meski berbagai upaya telah dilakukan, tantangan utama yang dihadapi adalah menurunnya minat masyarakat untuk bekerja di luar negeri melalui jalur legal. Biaya pembuatan dokumen resmi yang dianggap mahal menjadi alasan banyaknya warga yang memilih jalur ilegal.
Imigrasi Kendari terus berupaya untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa meskipun memerlukan proses yang lebih panjang dan biaya lebih besar, bekerja secara legal memberikan perlindungan hukum yang lebih baik.
“Tidak ada jalan pintas yang aman. Meskipun lebih mahal, bekerja secara legal memberikan perlindungan hukum yang lebih jelas dan memungkinkan pekerja untuk kembali ke Tanah Air dengan aman,” ujar Utono.
Dengan adanya program desa binaan, peningkatan edukasi kepada masyarakat, pihaknya berharap angka keberangkatan tenaga kerja asal Konawe dapat berkurang.
Masyarakat pun diharapkan lebih bijak dalam memilih jalur pekerjaan yang legal, demi kesejahteraan jangka panjang mereka.
Imigrasi Kendari juga menegaskan agar masyarakat tidak mudah tergiur dengan janji hidup cepat kaya yang sering kali berujung pada penderitaan. (B)
Penulis: Erni Yanti
Editor: Mustaqim
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS