Tukang Ojek Laut Karae di Buton Selatan Keluhkan Ketiadaan Pelabuhan Resmi

Ali Iskandar Majid, telisik indonesia
Selasa, 28 Januari 2025
0 dilihat
Tukang Ojek Laut Karae di Buton Selatan Keluhkan Ketiadaan Pelabuhan Resmi
Karae Express moda transportasi laut via Siompu-Batauga saat mengangkut penumpang di Pesisir pantai Bandar Batauga, Buton Selatan. Foto: Ali Iskandar Majid/telisik

" Tukang ojek laut yang melayani rute antar-pulau mengeluhkan belum adanya pelabuhan resmi di pesisir Karae, Kecamatan Siompu, Kabupaten Buton Selatan "

BUTON SELATAN, TELISIK.ID – Tukang ojek laut yang melayani rute antar-pulau mengeluhkan belum adanya pelabuhan resmi di pesisir Karae, Kecamatan Siompu, Kabupaten Buton Selatan. Mereka berharap keberadaan pelabuhan dapat menunjang operasional perahu spit agar lebih lancar.

Sumardin (57), seorang tukang ojek laut yang telah melayani rute Siompu–Batauga sejak 2022, menyampaikan sejumlah kendala yang sering dihadapi. Salah satu masalah utamanya adalah aktivitas lalu lintas laut yang terhenti saat air surut.

“Ketika air surut, pesisir pantai kering hingga jauh ke tengah, sehingga perahu tidak bisa beroperasi. Bahkan jika ada warga yang membutuhkan perjalanan darurat, mereka harus menunggu hingga air pasang,” kata Sumardin kepada telisik.id, Selasa (28/1/2025).

Hingga kini, belum ada pelabuhan resmi untuk ojek laut di pesisir Karae karena statusnya dianggap ilegal. Para tukang ojek laut berharap Pemerintah Kabupaten Buton Selatan segera menyelesaikan persoalan ini dengan membangun pangkalan resmi, baik di pesisir Karae maupun Batauga.

“Harus ada pangkalan resmi untuk ojek laut di sini agar operasional kami lebih aman dan lancar,” tambah Sumardin.

Baca Juga: Warga dan Penumpang Kapal Feri Keluhkan Jalan Pelabuhan Penyebrangan Mawasangka Rusak

Masalah lain yang sering mereka hadapi adalah cuaca buruk saat musim barat, seperti gelombang tinggi yang kerap merusak perahu spit yang berlabuh di pesisir pantai. Cuaca ekstrem ini sering menyebabkan aktivitas pelayaran rute Siompu–Batauga terhenti total selama satu hari.

Masyarakat setempat juga telah mengusulkan pembangunan pemecah ombak di sekitar pesisir pantai untuk melindungi perahu spit dari kerusakan akibat hantaman ombak. Dengan adanya pemecah gelombang, para pengguna ojek laut diharapkan bisa berlayar dengan lebih aman dan nyaman.

Baca Juga: Pelabuhan Gau Satoto Ambeua Wakatobi: Tempat Nongkrong Murah Meriah yang Kian Diminati

“Pemecah gelombang sangat dibutuhkan agar perahu spit tidak terhambur, dan pengguna ojek laut merasa tenang serta selamat,” ungkap Sumardin.

Pulau Siompu sendiri memiliki sejumlah destinasi wisata unggulan, seperti Permandian Air Tawar Loka, Goa Mokobeau, wisata kebun jeruk khas Siompu, dan keberadaan masyarakat etnis lokal bermata biru yang menjadi daya tarik tersendiri.

Untuk mencapai Pulau Siompu, pelancong bisa menggunakan transportasi laut berupa perahu spit dengan tarif Rp 15.000 per orang dan waktu tempuh sekitar 25 menit. Alternatif lain adalah menggunakan spit ekspres berkapasitas enam orang, dengan waktu tempuh 7–10 menit, dengan biaya Rp 100.000–Rp 200.000 per perjalanan. (C)

Penulis: Ali Iskandar Majid

Editor: Fitrah Nugraha

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

TAG:
Artikel Terkait
Baca Juga