Ulasan Film Pamali: Dusun Pocong, Horor Adaptasi Game Indonesia
Ahmad Badaruddin, telisik indonesia
Minggu, 29 Oktober 2023
0 dilihat
Para pemeran film Pamali: Dusun Pocong saat mendapati mayat warga desa. Foto: Kincir.com
" Film Pamali: Dusun Pocong menjadi film horor adaptasi game Indonesia berjudul Pamali: Indonesian Folklore Horror yang cukup laku di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara dan masih ramai penonton sejak penayangannya pada 12 Oktober lalu "
KENDARI, TELISIK.ID - Film Pamali: Dusun Pocong menjadi film horor adaptasi game Indonesia berjudul Pamali: Indonesian Folklore Horror yang cukup laku di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara dan masih ramai penonton sejak penayangannya pada 12 Oktober lalu.
Pamali: Dusun Pocong mengisahkan tentang kisah tiga perempuan perawat medis, Gendis (Dea Panendra), Mila (Yasamin Jasem), dan Puput (Arla Ailani) yang ditugaskan ke sebuah desa terpencil yang terkena wabah misterius yang belum diketahui.
Mereka pergi ke desa itu bersama dua penggali kubur, Cecep (Fajar Nugra), dan Deden (Bukie B Mansyur) dengan menyeberangi danau. Setelah 3 jam melakukan perjalanan yang sulit, mereka akhirnya sampai di desa tersebut. Namun, saat sampai di desa tersebut yang sepi dan penduduknya banyak yang meninggal dengan keadaan mengenaskan.
Baca Juga: Film Indigo: What Do You See, Horor Terlaris Pekan Ketiga Oktober 2023 di Kota Kendari
Satu per satu mayat yang belum sempat dikubur akhirnya dikuburkan juga oleh Cecep dan Deden. Sedangkan ketiga perawat itu merawat semua warga yang masih hidup di sebuah ruangan besar.
Namun, memang tak mudah merawat warga yang terkena penyakit misterius ini, karena pasokan obat yang mereka miliki akhirnya habis juga. Salah satu anak, Eneng (Anantya Kirana), meminta agar ibunya dikunjungi karena tidak mau dirawat bersama warga setempat.
Gendis melarang keras Mila untuk mengunjungi ibu tersebut karena ia membutuhkannya untuk merawat warga. Pada akhirnya diam-diam ia bersama Eneng pergi ke rumahnya, saat itulah satu per satu mereka terbunuh secara mengenaskan karena pocong-pocong bangkit kembali karena pamali yang mereka lakukan.
Film ini berhasil membawa unsur kengerian yang berdasarkan premis yang berbeda dengan film-film horror kebanyakan. Meski banyak penonton dari film ini bukan merupakan pemain game-nya, film ini masih tetap memukau dengan teknis pembawaan horror yang ditampilkan. Seperti yang disampaikan oleh Wamanda Irmajun, salah satu penonton film ini.
“Tetap ngeri, satu desa jadi pocong, bikin merinding,” paparnya.
Namun menurut para kritikus Helmy Herlambang, film ini gagal dalam mengeskplorasi inti dari game Pamali. Menurutnya film ini rasanya benar-benar copy-paste cerita yang ada dalam game-nya tanpa melakukan pengembangan lagi untuk disesuaikan dengan film layar lebar.
“Makanya, penceritaan dalam film ini terasa sangat kaku dan kurang detail, sehingga menyisakan banyak pertanyaan,” tulisnya dalam Kincir.com.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Film Barat Terbaik, Rating Tertinggi Sepanjang Masa Versi IMDb
Terlepas dari itu semua, film ini cukup menghibur masyarakat Kendari dengan terbukti mampu bertahan selama hampir sebulan di bioskop-bioskop meski harus bersaing dengan berbagai film horror lain yang tayang. Sebagaimana yang disampaikan oleh Steven Wijaya, Manager dari Hollywood Square Kendari.
“Setelah Indigo, Pamali juga banyak penontonnya,” jelasnya via Whats App
Hal yang sama juga terjadi di Bioskop Cinepolis Lippo Plaza Kendari, seperti yang disampaikan oleh Ana, Pegawai Cinepolis Lippo Plaza Kendari.
“Lumayan banyak yang nonton, masih kami tayangkan sampai sekarang,” jelasnya, Minggu (29/10/2023). (A)
Penulis: Ahmad Badaruddin
Editor: Kardin
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS