Upacara Melasti Digelar Tanpa Persembahyangan Bersama

Sumarlin, telisik indonesia
Sabtu, 13 Maret 2021
0 dilihat
Upacara Melasti Digelar Tanpa Persembahyangan Bersama
Upacara Melasti yang digelar secara sederhana di Pantai Nambo, dipimpin seorang Pandita. Foto: Ist

" Rangkaian Melasti kemudian dilanjutkan dengan upacara Tawur Kesanga hari ini yang dipimpin oleh Ida Pandita Mpu Sri Rastra Prabu Darmika. "

KENDARI, TELISIK. ID - Ritual melasti yang biasanya di ikuti ratusan umat Hindu Kota Kendari bersama umat lainnya dari wilayah terdekat, kali ini hanya dilakukan secara sederhana oleh sejumlah pemuka agama saja.

Ketua Kerukunan adat Banjar suka Duka Sindhu Mertha Kota Kendari, I Nengah Setiawan. S.Pd menyatakan, tanpa mengurangi esensi makna dan prosesi ritualnya, upacara Melasti yang dilaksanakan hari Sabtu (13/3/ 2021) di Pantai Nambo, hanya meniadakan proses persembahyangan bersama di Segara (laut, red).

Menurut Nengah, sembahyang bersama dilakukan di Pura Penataran Agung Jagadhita Kota Kendari dengan jadwal dan jumlah umat terbatas yang diatur secara bertahap.

"Rangkaian Melasti kemudian dilanjutkan dengan upacara Tawur Kesanga hari ini yang dipimpin oleh Ida Pandita Mpu Sri Rastra Prabu Darmika," ungkapnya, Sabtu (14/3/2021).

Di desa atau wilayah lain di Sulawesi Tenggara (Sultra), tambah dia, pelaksanaan Melasti ini dilaksanakan pada lokasi yang paling dekat dengan sumber air di wilayah tersebut, baik itu sungai, danau ataupun bejian tanpa harus melintasi batas desa/wilayah masing-masing.

Baca juga: Puluhan PKL Kuasai Median Jalan TPI Kendari, Tanaman Jadi Rusak

Sementara dalam rangkaian Nyepi tahun ini, umat Hindu tidak diperkenankan mengarak atau melakukan pawai Ogoh-Ogoh seperti yang biasanya di lakukan pada tahun-tahun sebelumnya.

Perayaan Nyepi tahun baru Saka 1943 yang jatuh pada tanggal 14 Maret 2021 di Kota Kendari dilaksanakan dengan prosesi ritual disesuaikan dengan protokol Kesehatan.

Perayaannya kali ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Rangkaian perayaan hari raya Nyepi kali ini berlangsung cukup khidmat, meskipun tidak dilaksanakan secara meriah.

Ketua Parisada Hindu Darma Indonesia (PHDI) Provinsi Sultra, DR. Eng. Nyoman Sudiana, M.Si mengatakan, sesuai dengan keputusan bersama dan petunjuk PHDI Pusat, rangkaian pelaksanaan Nyepi tahun baru Saka 1943 di Provinsi Sultra dilaksanakan tetap dengan rangkaian Melasti, Tawur Kesanga hingga melaksanakan Catur Brata Penyepian dan Ngembak Geni di rumah masing-masing umat.

"Seluruh prosesi dilakukan dengan merujuk dasar hukum dan ketentuan penanganan COVID-19 yang diikuti oleh jumlah umat yang terbatas serta penerapan protokol kesehatan 5M (menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, mengurangi mobilitas)," ungkapnya.

Baca juga: Sewa Lapak Hingga Parkiran di Pelelangan Ikan Diduga Masuk Kantong Oknum

Pada perayaan Nyepi, umat Hindu melaksanakan berbagai ritual. Aspek pertama dari ritual Hari Raya Nyepi adalah Amati Geni. Amati Geni merupakan sebuah ritual yang melarang penggunaan api atau cahaya selama Hari Raya Nyepi.

Aspek kedua dari ritual Nyepi adalah Amati Karya. Dalam ritual Amati Karya, umat Hindu tidak diizinkan untuk bekerja selama Hari Raya Nyepi.

Selanjutnya, aspek ketiga dari ritual adalah Amati Lelunganan, yang menyatakan bahwa tidak seorangpun diizinkan untuk berpergian selama Hari Raya Nyepi berlangsung.

Sedangkan Aspek terakhir dari ritual Nyepi adalah Amati Lelanguan. Ritual ini menyatakan bahwa setiap orang di Bali harus berpuasa selama berlangsungnya Hari Raya Nyepi.

Amati Lelanguan juga mengharuskan umat Hindu untuk menahan diri dari kegiatan yang bersifat hiburan.

Selama Hari Nyepi, umat Hindu diharapkan untuk melakukan refleksi akan perilaku yang mereka lakukan selama beberapa tahun terakhir. Momen Nyepi juga biasanya di manfaatkan untuk beristirahat dan berpikir tentang cara untuk meningkatkan kualitas kehidupan di tahun mendatang. (B)

Reporter: Sumarlin

Editor: Fitrah Nugraha

Baca Juga