Warga Konawe Tutup Akses Jalan Holing Perusahaan Tambang, Diduga Timbulkan Kerugian dan Penyakit Pernapasan

Bambang Sutrisno, telisik indonesia
Kamis, 04 Juli 2024
0 dilihat
Warga Konawe Tutup Akses Jalan Holing Perusahaan Tambang, Diduga Timbulkan Kerugian dan Penyakit Pernapasan
Masyarakat Kecamatan Kapoiala melakukan aksi blokade jalan perusahaan tambang nikel di Morosi Kabupaten Konawe, imbas kerusakan jalan dan penyakit ISPA. Foto: Ist.

" Aksi unjuk rasa warga Kecamatan Kapoiala, Kabupaten Konawe di jalan holing perusahaan tambang, disebabkan keberadaan PLTU Captive milik PT. VDNI dan PT. OSS yang telah merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat sekitar perusahaan "

KONAWE, TELISIK.ID - Aksi unjuk rasa warga Kecamatan Kapoiala, Kabupaten Konawe di jalan holing perusahaan tambang, disebabkan keberadaan PLTU Captive milik PT. VDNI dan PT. OSS yang telah merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat sekitar perusahaan, Kamis (4/7/2024) siang.

Diketahui, PLTU Captive milik perusahaan ini menggunakan energi fosil batu bara sebagai bahan bakar utama dalam pengoperasiannya.

Selain tidak ramah lingkungan, masyarakat di sekitar perusahaan terkena dampak dari berbagai aspek. Mulai dari pencemaran lingkungan yang merubah bentang alam di Kabupaten Morosi, hingga dampak ekonomi dan konflik sosial dan dampak kesehatan.

Baca Juga: TPP ASN Muna Dinaikkan 4 Persen, P3K Ikut Kebagian

Jalan holing milik perusahaan pertambangan melintasi beberapa jalan desa, sehingga membuat jalan masyarakat menjadi rusak parah. Jika hujan, jalanan berlumpur dan saat panas jalanan berdebu.

Akses jalan holing ini melintasi lima desa, yakni Desa Kapoiala baru, Lalimbue Jaya, Lalonggombuni, dan Desa Muara Sampara.

Massa aksi yang tergabung dalam Himpunan Pelajar Mahasiswa (HPM) Kapoiala menyoroti persoalan tersebut.

"Kami melakukkan upaya penutupan jalan holing, karena menganggap perusahaan perlu melaksanakan hak dan kewajibannya," kata Kordinator Lapangan, Madan.

Dengan hal ini, ia sangat berharap agar pihak perusahaan segera membeton jalan desa yang sudah dirusaki akibat aktivitas kendaraan muatan berat truk.

Baca Juga: Buton Selatan jadi Pilot Project Karbon Biru Upaya Pemulihan Ekosistem Pesisir

Berdasarkan hasil advokasi Staf Walhi Sultra, Didi menemukan bahwa mayoritas masyarakat Morosi yang bermata pencaharian sebagai petani tambak ikan mengaku sangat dirugikan akibat beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Captive.

Batu bara yang digunakan PLTU Captive, ternyata milik perusahaan PT. OSS dan PT. VDNI yang menimbulkan dampak pada produktivitas tambak ikan dan udang milik warga. "Hal ini membuat tambak-tambak terpaksa berhenti," bebernya.

Selain itu, dampak dari debu batu bara perusahaan menyerang kesehatan masyarakat. Berdasarkan data Puskesmas Morosi pada 2020, menemukan penyakit terbanyak yang di alami masyarakat adalah Inpeksi Saluran Pernapasan Akut (Ispa). (B)

Penulis: Bambang Sutrisno

Editor: Fitrah Nugraha

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Artikel Terkait
Baca Juga