Warga Tolak Pembangunan Gedung Baru RS Permata Bunda Kendari, Tembok Rumah Rusak dan Lantai Retak
Erni Yanti, telisik indonesia
Rabu, 09 Agustus 2023
0 dilihat
Pembangunan gedung baru RS Permata Bunda menyebabkan kerusakan rumah warga, sehingga warga menolak pembangunan tersebut. Foto: Kolase
" Pembangunan gedung baru Rumah Sakit (RS) Permata Bunda Kendari, diduga sebabkan rumah warga rusak, mulai dari tembok hingga lantai yang retak "
KENDARI, TELISIK.ID - Pembangunan gedung baru Rumah Sakit (RS) Permata Bunda Kendari, diduga sebabkan rumah warga rusak, mulai dari tembok hingga lantai yang retak.
Diketahui pembangunan gedung baru delapan lantai itu dilaksanakan sejak Juli 2023, terletak di Jalan Syech Yusuf, Kelurahan Korumba, Kecamatan Mandonga, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.
Sebelumnya warga dikejutkan dengan kebisingan dan getaran layaknya gempa, yang timbul akibat pengerjaan proyek pembangunan RS Permata Bunda, berupa pemasangan tiang pancang setinggi 6-7 meter yang dilakukan dengan cara ditumbuk.
Akibatnya, warga merasa dirugikan dan melayangkan komplain, meminta menghentikan pembanguan RS Permata Bunda.
Tim advokasi bantuan hukum, La Ode Muhammad Dzul Fijar mengatakan, pembangunan sejak 29 Juli 2023 ada pemasangan tiang pancang dengan cara ditumbuk mengakibatkan suara bising dan getaran.
Baca Juga: Ini Rute dan Tarif Damri Terminal Baruga Kota Kendari
Getaran akibat tumbukan tiang pancang membuat tembok dan lantai rumah warga retak-retak. Selain itu, suara bising akibat tumbukan tiang pancang dinilai sangat mengganggu.
"Suara bising tersebut sangat berdampak pada masyarakat sekitar apalagi ada yang sudah tua sepu, dan ada anak bayi. Dari getaran yang ditimbulkan, ada 4 rumah warga yang rusak retak di sudut-sudut rumah.
Fijar menjelaskan, lokasi kontruksi gedung baru RS Permata Bunda Kendari berada di tengah-tengah pemukiman warga padat penduduk, sehingga sangat berdampak pada masyarakat setempat.
Fijar menambahkan, pembangunan dilakukan tanpa pra kontruksi dan tidak adanya sosialisasi kepada masyarakat, mulai dari penyusunan UKL UPL dokumen perizinan hingga metode pemasangan tiang pancang.
"Tidak ada pembahasan sedikitpun terkait metode pemasangan tiang pancang pada saat penyusunan dokumen UKL UPL," tuturnya.
Katanya, pertemuan dengan warga terjadi setelah adanya protes pembangunan yang dinilai merusak. Dalam pertemuan tersebut banyak masyarakat yang menolak dan mengutarakan kerugian yang dialami.
"Pertemuan itu nanti pada Selasa, 1 Agustus, setelah terjadi kontruksi, terjadi penumbukan, baru ada pertemuan antara warga dan pihak rumah sakit," katanya.
Setelah pertemuan antara pihak rumah sakit, terdapat kesepakatan yang dihasilkan, yakni masyarakat menolak pembangunan RS Permata Bunda dan pihak manajemen rumah sakit tidak melanjutkan pembanguanan rumah sakit.
Kemudian dalam dokumen perizinan yang diperoleh, tidak ditemukan adanya pembahasan metode pemasangan tiang pancang, begitupun tidak ada dinas terkait yang hadir dalam pertemuan pembahasan perizinan yang membahas pemasangan tiang pancang dengan cara ditumbuk.
"Pembangunan RS Permata Bunda terkesan dikebut dan dipaksakan. Apalagi jika dilihat dari waktu pengajuan perizinan sampai dengan izin dikeluarkan, terbilang waktu yang cukup cepat," katanya
Selain itu kata Fijar, pihak rumah sakit mengakui, dalam penyusunan UKL UPL dokumen perizinan tidak ada sosialisasi. Mayarakat juga tidak pernah dilibatkan dalam proses penyusunan dokumen perizinan.
"Hanya diwakili oleh Camat Mandonga. Padahal, Camat Mandonga tidak menjadi representasi langsung dari para warga yang mengalami dampak langsung dari pembangunan RS Permata Bunda," tandasnya.
Meskipun sudah ada janji penghentian pembangunan, tim kuasa hukum juga melakukan upaya hukum untuk memberikan kepastian.
Seorang warga, Wa Ode Rachmatia (29) berharap pembangunan RS Permata Bunda tidak dilanjutkan tanpa alasan apapun. Karena dampak yang sudah dirasakan akibat getaran menyebabkan keretakan beberapa dinding rumah.
Baca Juga: Panitera PN Kendari Diduga Peras Warga hingga Rp 120 Juta untuk Muluskan Eksekusi Tanah
"Kami sangat berharap pembangunan RS Permata Bunda tidak dilanjutkan tanpa alasan apapun. Karena dampak yang sudah kami rasakan sendiri dengan getaran yang cukup kuat membuat kami panik dan ada beberapa keretakan di dinding rumah, apalagi saya sendiri punya 2 orang anak, balita usia 2 dan 3 tahun," ucapnya.
Warga terdampak lainnya, Wa Ode Bala (58) mengungkapkan, semenjak RS Permata Bunda dikerja, ia tidak lagi tinggal di rumahnya karena kekhawatiran akan dampak yang terjadi.
"Saya tidak berani tinggal dan istirahat di kamarku, karena kamarku pas di belakang RS dan dindingnya sudah retak. Sangat tidak pantas bangunan setinggi 8 lantai dibangun di pemukiman seperti ini," tandasnya.
Terpisah, saat dikonfirmasi terkait dengan komplain warga, Komisaris RS Permata Bunda Kendari, dr Fat Tresno Og enggan berkomentar.
Bersamaan saat Telisik.id berusaha mengonfirmasi konsultan proyek pembangunan gedung baru RS Permata Bunda, Charles Asiku, akan tetapi belum memberi jawaban. (A)
Penulis: Erni Yanti
Editor: Kardin
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS