Waspada, Kini Muncul Varian Baru COVID-19 Bernama Deltacron

Fitrah Nugraha, telisik indonesia
Sabtu, 12 Maret 2022
0 dilihat
Waspada, Kini Muncul Varian Baru COVID-19 Bernama Deltacron
Ilustrasi tes pencegahan penyebaran COVID-19. Foto: Repro bbc.com

" Pandemi COVID-19 masih menghantui masyarakat dunia. Setelah adanya varian Omicron, kini muncul lagi varian baru yakni Deltacron "

JAKARTA, TELISIK.ID - Pandemi COVID-19 masih menghantui masyarakat dunia. Setelah adanya varian Omicron, kini muncul lagi varian baru yakni Deltacron.

Mengutip cnbcindonesia.com, beberapa waktu lalu ditemukan varian baru bernama IHU di Prancis, kini varian Deltacron ditemukan di Siprus.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan munculnya varian baru COVID-19 bernama deltacron.

Melansir okezone.com, WHO pun mengingatkan semua orang harus selalu waspada, apalagi serangan varian Omicron belum usai.

Baca Juga: Positif COVID-19 Setelah Vaksinasi Dosis Lengkap, Ini Kata Ahli

Varian Deltacron  merupakan kombinasi dari Delta dan Omicron. Jenis ini telah ditemukan beredar di beberapa negara Eropa. Menurut WHO, varian baru COVID-19  ini telah terdeteksi di Prancis, Belanda, dan Denmark.

Studi yang dipublikasikan di situs penelitian MedRxiv menemukan dua infeksi yang melibatkan varian Deltacron berbeda yaitu kombinasi materi genetik yang ditemukan pada Delta dan Omicron.

Baca Juga: Ini 4 Cara Cegah dan Kurangi Efek Vaksin Booster

"Selama pandemi SARS-CoV-2, dua varian atau lebih telah beredar bersama selama periode waktu yang sama dan di wilayah geografis yang sama. Ini menciptakan peluang untuk rekombinasi antara dua varian ini," kata Philippe Colson dari IHU Mediterranee Infection di Marseille, Prancis, penulis utama studi tersebut, dikutip dari Times of India, Sabtu (12/3/2022).

Namun, para ahli mengatakan terlalu dini untuk mengkhawatirkan varian Deltacron. Namun, Maria van Kerkhove dari WHO mengimbau harus tetap waspada dengan serangan COVID-19 jenis baru ini.

Dia juga mengatakan, di tempat-tempat Deltacron telah terdeteksi jumlahnya sangat rendah. "Kami belum melihat perubahan dalam tingkat keparahannya. Tetapi, ada banyak penelitian yang sedang berlangsung," katanya. (C)

Reporter: Fitrah Nugraha

Editor: Haerani Hambali

Artikel Terkait
Baca Juga