Waspadai Lembaga Survei yang Tidak Kredibel

Sunaryo, telisik indonesia
Kamis, 26 November 2020
0 dilihat
Waspadai Lembaga Survei yang Tidak Kredibel
Pengamat politik, Husen Zuada. Foto: Ist.

" Lembaga survei resmi itu harus terdaftar dipersepsi (perkumpulan survei opini publik) dan KPU. Bila tidak, maka bisa dikatakan sebagai lembaga survei yang tidak kredibel. "

MUNA, TELISIK.ID - Saling klaim unggul yang dilakukan peserta Pilkada hal biasa terjadi. Mereka pun menyajikanya lewat data-data hasil survei.

Namun, masyarakat jangan gampang percaya. Bisa saja, lembaga survei yang mengeluarkan rilis itu tidak kredibel dan tidak terdaftar di KPU. Jadi itu yang harus diwaspadai.

Husen Zuada, Pengamat Politik menerangkan, lembaga survei yang bisa dipercaya ketika terdaftar di KPU, sehingga bisa terkontrol. Nah, bila ada  rilis survei yang diragukan dapat diadukan agar diperiksa secara metodologi.

"Lembaga survei resmi itu harus terdaftar dipersepsi (perkumpulan survei opini publik) dan KPU. Bila tidak, maka bisa dikatakan sebagai lembaga survei yang tidak kredibel," ungkapnya.

Ia menerangkan, survei ilmiah itu dipublikasi hasilnya. Lalu, ada pihak akademisi (penanggap) yang menilainnya. Nah, jika hanya dirilis sepotong-sepotong dapat menimbulkan tanda tanya.

Baca juga: Paslon Rida Optimis Menang di Kambowa

"Survei itu harus jelas metodenya," timpalnya.

Nah, saat ini khusus di Pilkada Muna telah beredar hasil survei yang dirilis salah satu lembaga. Dimana, hasilnya, pasangan calon (Paslon) Bupati-Wakil Bupati Muna nomor urut 2, LM Rajiun Tumada-La Pili (RAPI) unggul dari petahana, LM Rusman Emba-Bahcrun Labuta (TERBAIK). Presentasenya 42,50 persen dan 36,36 persen.

Husen menilai, kedudukan survei itu sama saja opini dengan tujuan mempengaruhi publik. Kemudian, survei yang dirilis itu hanya bisa dibandingkan dengan survei yang dirilis sebelumnya. Jadi pertanyaan, dulu ada survei yang disebut mencapai 70 persen, nah saat ini surveinya tinggal 42,50 persen. Berdasarkan itu, maka jika dibandingkan surveinya turun.

"Yang agak berbeda, dulu tidak ada lembaga yang bertanggung jawab, sekarang sudah ada, meskipun itu hasilnya tidak bisa menentukan siapa yang akan memenangkan Pilkada, karena angka undiceded voters masih tinggi. Siapa yang berhasil merebut undiceded voters dia yang menjadi pemenang," pungkasnya. (B)

Reporter: Sunaryo

Editor: Haerani Hambali

TAG:
Baca Juga