Wisata Pantai O'a Wolio, Pesona Alam Asri Pulau Kapota
Boy Candra Ferniawan, telisik indonesia
Minggu, 06 Maret 2022
0 dilihat
Pantai O'a Wolio, alam asri di Pulau Kapota. Foto : Repro Ig @debi_ariska
" Pantai O'a Wolio adalah salah satu pantai yang masih asri dan memiliki keindahan alam yang menawan di wilayah Desa Kabita "
WAKATOBI, TELISIK.ID - Pantai O'a Wolio adalah salah satu pantai yang masih asri dan memiliki keindahan alam yang menawan di wilayah Desa Kabita.
Dengan hamparan pasir putih yang luas kurang lebih sepanjang 2 km jauhnya, pantai ini menjadi salah satu tujuan wisata favorit di Pulau Kapota, Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Untuk dapat ke tempat wisata satu ini, para pengunjung dapat menggunakan boat reguler melalui Pelabuhan Kapota dengan waktu tempuh perjalanan sekitar 20 menit yang dapat dilalui menggunakan kendaraan motor.
“Pantai ini sendiri memiliki arti di mana konsonan Oa artinya pelabuhan tempat berlabuh, sedangkan penamaan Wolio sendiri bermakna, pada saat masuknya agama Islam di pulau Kapota, yang datang pada saat itu para sesepuh dari Kerajaan Buton dari Wolio,” ujar Suhaeri, Pokdarwis Pulau Kapota, Minggu (6/3/2022).
Konon berdasarkan cerita dari para orang tua, dahulu kala mereka datang menggunakan perahu sope yang berlabuh di Batumanawa, Banakawa yang memiliki arti pertama tiba. Hanya karena di tempat tersebut jauh dengan lagun sehingga pindah ke A'o Wolio kalau meti dia tetap terapung tidak sandar. Juga posisi lagun di A'o Wolio itu cantik dibandingkan Batumanawa.
Pantai O'a Wolio memiliki daya tarik tersendiri bagi setiap pengunjung. Suasananya asri untuk bersantai. Menyaksikan aktivitas para nelayan bubu, nelayan meti, nelayan mancing juga terkadang nelayan yang memasang rumput laut, menjadikan pengalaman yang seru di pantai tersebut.
Atraksi yang tidak kalah menarik lainnya yang tidak boleh dilewatkan adalah mengunjungi lokasi buka tutup pemeliharaan gurita di lokasi O'a Wolio.
“Jadi di sana, kami dari tokoh adat bekerja sama dengan YPL (Yayasan Pesisir Lestari) untuk bisa menutup sementara sebuah lokasi di situ. Yang kami tutup sekitar 17 hektare lebih, dan itu kami tutup selama tiga bulan, biarkan gurita bertelur dan membesar kemudian baru kita panen,” jelasnya.
Demi menjaga keasrian pantai tersebut, dengan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan, maka bersama YPL, Balai Taman Nasonal yang diketahui oleh Pemda dan desa, memberlakukan hukum adat di wilayah tersebut.
“Dulu mobil bisa jalan ke sana karena jalannya rata, hanya karena adanya aktivitas masyarakat dengan pengambilan pasir material bangunan yang diangkut melalui viar atau mobil, maka atas kebijakan desa, akhirnya jalannya ditutup untuk mobil dan hanya motor saja ,” ungkap Laode Bharul, Kepala Desa Kabita.
Kemudian kebijakan desa lainnya adalah berinisiatif menciptakan tenaga-tenaga penjaga pantai. Ada yang menjaga pantai di bagian wilayah A'o Wolio yang dibiayai oleh desa. Dengan harapan tumbuhnya kesadaran kepedulian masyarakat atas kebijakan desa,” tutupnya. (B)