Desa Ini Punya Cadangan Makanan hingga 95 Tahun, Dapur Menyala 24 Jam

Ahmad Jaelani

Reporter

Rabu, 23 Oktober 2024  /  10:05 pm

Desa Ciptagelar menjadikan padi sebagai simbol kehidupan, tidak boleh diperjualbelikan. Foto: Repro Idn Times

SUKABUMI, TELISIK.ID - Di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, terdapat desa yang memiliki ketahanan pangan luar biasa, yakni Desa Ciptagelar. Desa ini menjadi bagian dari Kasepuhan Ciptagelar, sebuah komunitas adat yang memegang teguh tradisi leluhurnya.

Salah satu hal yang mengagumkan adalah cadangan makanan mereka yang diklaim bisa bertahan hingga 95 tahun. Sistem ini terwujud berkat tradisi budidaya padi yang dilakukan oleh warga setempat secara turun-temurun.

Setiap kali panen tiba, masyarakat Desa Ciptagelar menyisihkan 10 persen dari hasil panennya untuk disimpan di "leuit" atau lumbung padi. Menariknya, padi-padi yang disimpan di leuit ini dapat bertahan selama puluhan bahkan ratusan tahun.

Masyarakat desa percaya bahwa padi adalah simbol kehidupan, dan menjual padi sama saja dengan menjual nyawa mereka.

Baca Juga: Kakek 72 Tahun Ditemukan Selamat Usai Hilang di Kebun Kokalukuna Baubau

“Padi adalah simbol kehidupan bagi masyarakat di kampung adat ini karena itu tidak boleh diperjualbelikan,” ungkap Rizky Gustana, seorang praktisi pariwisata Sukabumi, seperti dikutip dari Idn Times, Rabu (23/10/2024).

Tidak hanya ketahanan pangan yang menarik, Desa Ciptagelar juga memiliki dapur bersama yang selalu menyala selama 24 jam. Dapur ini menjadi pusat kegiatan sosial, di mana seluruh warga dapat memasak dan makan bersama kapan pun mereka mau.

Kehidupan komunal yang diusung oleh masyarakat desa mencerminkan harmoni dan kebersamaan yang kuat, sesuatu yang sudah jarang ditemui di desa modern lainnya.

Kasepuhan Ciptagelar juga dikenal sebagai pusat kesatuan adat Banten Kidul, dengan pemimpinnya yang saat ini dipegang oleh Abah Ugi Sugriana Rakasiwi.

Meski masih muda, Abah Ugi memimpin dengan bijaksana dan melanjutkan tradisi yang telah diwariskan oleh leluhurnya selama lebih dari 650 tahun.

Abah Ugi tidak bekerja sendiri, ia dibantu oleh perangkat adat lainnya seperti Perangkat Rakyat, Paninggaran, dan Juru Sawer yang masing-masing memiliki tugas khusus dalam menjaga kesejahteraan masyarakat adat.

Kehidupan di Kasepuhan Ciptagelar memang unik, bahkan dalam aspek pendidikan. Sekolah-sekolah di desa ini mengajarkan pengetahuan kearifan lokal kepada siswa-siswinya. Setiap anak diharapkan mengenal budaya leluhurnya dan menjaga tradisi yang ada.

Baca Juga: Revitalisasi Kawasan Wisata Pantai Kamali di Baubau Segera Dimulai

Selain ketahanan pangan dan pendidikan, Kasepuhan Ciptagelar juga dikenal dengan berbagai ritual adatnya yang rutin digelar setiap tahun. Salah satu yang paling terkenal adalah Seren Taun, sebuah tradisi untuk menyimpan padi hasil panen ke dalam lumbung yang disebut Leuit Si Jimat.

Seren Taun merupakan simbol syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang melimpah dan sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur yang telah memberikan ajaran mengenai kehidupan dan pertanian.

Jumlah penduduk Kasepuhan Ciptagelar mencapai 30 ribu jiwa yang tersebar di sekitar 580 kampung.

Mereka hidup secara sederhana, mengikuti pola pertanian tradisional yang melarang penjualan padi hasil panen. Sebagian besar padi disimpan di 8.000 lumbung yang tersebar di seluruh kampung adat. (C)

Penulis: Ahmad Jaelani

Editor: Mustaqim

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS