Gelar Kesatria untuk Sir Tony Blair Diprotes Warga Irak, Dianggap Pencipta ISIS

Ibnu Sina Ali Hakim

Reporter

Sabtu, 08 Januari 2022  /  2:46 pm

Ilustrasi ISIS di Irak. Foto: Repro Wikimedia

IRAK, TELISIK.ID - Warga Irak yang hidup dalam bayang-bayang perang sangat marah ketika pemerintah Inggris memberikan gelar kesatria kepada mantan Perdana Menteri Sir Tony Blair.

Akibatnya mereka membuat petisi agar gelar kehormatan Sir Tony Blair ditarik. Kini petisi itu sudah mendekati satu juta tanda tangan. Sekitar 934.529 telah menandatanganinya.

Petisi tersebut mencela Sir Tony sebagai “orang yang paling tidak pantas mendapatkan kehormatan publik” dan menyerukan agar dia bertanggung jawab atas “kejahatan perang”.

Dilansir dari express.co.uk pada Sabtu (8/1/2022), Sir Anthony Charles Lynton Blair KG atau akrab dikenal Sir Tony Blair adalah mantan Perdana Menteri Inggris.

Dia menjabat dari 1997 hingga 2007 dan Pemimpin Partai Buruh dari 1994 hingga 2007.

Lalu dia diangkat sebagai Utusan Khusus Kuartet untuk Timur Tengah, sebuah pos diplomatik yang dipegangnya hingga 2015.

Semua itu karena dia memberi dukungannya terhadap invasi mantan Presiden Amerika Serikat (AS) George Bush tahun 2003 ke Irak.

Sejak itu, kariernya menjadi buruk di mata publik sebab ribuan nyawa hilang akibat perang. Ali Jaddoa termasuk orang yang tidak setuju dengan gelar ksatria itu.

Baca Juga: Wanita di Negara Ini Ramai-Ramai Operasi Keperawanan, Takut Gagal Nikah

"Menghormati seorang penjahat perang yang menjalankan perang sebagai pahlawan sangat konyol," ucapnya.

"Sekali seorang penjahat, maka selamanya seorang penjahat."

Ali dan banyak orang lainnya berpendapat, invasi George Bush tahun 2003 silam itu membuat salah satu kelompok teroris paling brutal, ISIS, bangkit.

Dilansir dari Intisari.grid.id, pada tahun 2014, kelompok tersebut merebut wilayah yang luas di Irak dan Suriah dan pada tahun-tahun berikutnya mereka melakukan serangan di seluruh dunia.

Dan Ali Salah, yang melarikan diri dari Irak utara ketika ISIS menyerbu wilayahnya dan ingat ketika pesawat tempur F16 turun ke negaranya, setuju.

“Selamat kepada Inggris dan AS!"

Oleh karenanya Salah mengatakan Sir Tony bertanggung jawab secara pribadi karena menyebabkan kematian yang tak terhitung jumlahnya.

Baik nyawa warga sipil ataupun prajurit. Kritik semakin besar untuk Sir Tony karena kegagalan AS untuk menemukan senjata pemusnah massal yang menjadi alasan nyata untuk invasi ke Irak.

Baca Juga: Ternyata Al-Qur'an Tertua di Dunia Ada di Inggris dan Jerman, Masih Bisa Dibaca Hingga Sekarang

Sir Tony percaya bahwa Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah massal. Namun tidak ada yang bisa membuktikannya.

Namun akibat dari invasi itu sungguh mengerikan. Ratusan ribu nyawa melayang, serta ketidakstabilan dan kekacauan yang berkelanjutan di negara itu.

Tindakan pasukan Inggris mendapat kecaman dari Pengadilan Kriminal Internasional dengan klaim "pembunuhan yang disengaja" dan "tuduhan yang kredibel tentang penyiksaan dan pemerkosaan".

Dan Sir Tony pernah berkata bahwa dia “tidak dapat menyesali” keputusan untuk mendukung perang di Irak.

Padahal jutaan nyawa warga Irak telah tercabik-cabik dan kesedihan seumur hidup mereka tidak akan pernah bisa diperbaiki. Sebuah negara yang dulu diselimuti oleh warisan Alkitab kuno, sekarang semuanya hancur. (C)

Reporter: Ibnu Sina Ali Hakim

Editor: Haerani Hambali