Keluarga dan KPKM Desak BNNP Sultra Transparan Ungkap Penyebab Utama Fahrun Tewas Tergantung di Sel
Reporter
Rabu, 29 Oktober 2025 / 4:35 pm
Kondisi Fahrun alias ilung dengan posisi tergantung di jendela kamar sel nomor 2 Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Foto: Istimewa
KENDARI, TELISIK.ID - Kematian seorang tahanan Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sulawesi Tenggara bernama Fahrun alias Ilun di ruang tahanan lembaga tersebut, memunculkan dugaan kejanggalan dan memantik desakan transparansi dari keluarga korban serta kelompok masyarakat sipil.
Sebelumnya, pada 2 Oktober 2025 sekitar pukul 19.00 Wita, Fahrun alias Ilun ditangkap oleh oknum petugas BNN di Pelabuhan Kolaka karena dugaan kepemilikan narkotika.
Kemudian, pada 7 Oktober 2025 sekitar pukul 21.00 Wita, korban ditemukan meninggal dunia di ruang penahanan/pemeriksaan dengan kondisi tergantung di dalam sel nomor 2 BNNP Sultra.
Hasil penelusuran di lapangan, BNNP Sultra mengaku telah merampungkan proses pemeriksaan internal dan menyerahkan laporannya ke BNN Pusat. Hingga kini, BNNP Sultra masih menanti tindak lanjut dari pusat terkait hasil investigasi.
"Yang jelas ya kami dari internal sudah melakukan pemeriksaan kemudian sudah kita laporkan ke pusat. Kita masih menunggu untuk tindak lanjutnya dari pusat hasil investigasi," kata Kepala Bidang Pemberantasan dan Intelijen BNNP Sultra, Kombes Pol. Alam Kusuma, di kantor BNNP Sultra, Selasa, (28/10/2025).
"Dugaan kami bunuh diri ya, dengan tanda-tanda yang ada, ya seperti ya tergantung di celana, kemudian juga ada keluar cairan di kemaluan," tambahnya.
Sementara itu, keluarga korban dan Kelompok Pengawas Kebijakan Publik Masyarakat (KPKM) Sultra, menilai proses penyelidikan berlangsung tertutup dan tidak komunikatif, sehingga kasus kematian Fahrun memicu pertanyaan serius terkait transparansi dan prosedur penanganan.
Ketua KPKM Sultra, Roslina Afi, menduga ada kejanggalan dengan kematian Fahrun. Ia menyebutkan, dalam foto yang beredar, kondisi belakang leher korban terjadi pembekakan juga memar di bagian kaki dan dada.
"Kami juga tidak tahu apakah itu perbuatan almarhum sendiri atau bagaimana. Berdasarkan logika, kan tidak mungkin dia mengikat tangannya kemudian menggantung lehernya. Lantas yang mengikat lehernya siapa?" beber Roslina.
Roslina bersama keluarga Fahrun sempat mendatangi Polda Sultra untuk menanyakan kelanjutan laporan kasus kematian ini.
Namun, mereka belum menemukan hasil yang diharapkan. KPKM Sultra bersama keluarga korban berharap Polda Sultra mengungkapkan kasus ini secara transparan. (B)
Penulis: Gusti Kahar
Editor: Mustaqim
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS