Tiga Kabupaten di Flores Barat Sepakat Bagi Peran Tangani Komoditi Kopi

Berto Davids

Reporter Kupang

Senin, 11 Juli 2022  /  9:49 am

Dari kanan: Wakil Bupati Manggarai Barat, Bupati Manggarai dan Bupati Manggarai Timur. Foto: Ist.

MANGGARAI BARAT, TELISIK.ID - Tiga kabupaten di Flores Barat, NTT yang terdiri dari Kabupaten Manggarai, Manggarai Timur dan Manggarai Barat sepakat membagi peran penanganan komoditi kopi, baik peningkatan produksi, proses/mutu dan pemasaran.

Sehubungan dengan kesepakatan dimaksud, Manggarai Timur dipercayakan untuk meningkatkan produksi/budidaya kopi. Sementara Manggarai dipercaya untuk proses/packing mutu kopi berkelas dan Manggarai Barat diberi peran untuk menangani pemasaran kopi.

Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi NTT, Julie Sutrisno Laiskodat menekankan pentingnya standarisasi, prosesing dan mutu kopi di samping sertifikasi. Hal itu supaya mampu bersaing di tingkat global, nasional-internasional.

Oleh karena itu keterlibatan para pihak mulai dari hulu, tengah dan hilir sangat penting.

Menurutnya, di NTT ada 13 dari 22 kabupaten/kota, termasuk 3 Manggarai. Sebanyak 22 kabupaten/kota di NTT itu merupakan konsumen kopi.

Di luar negeri ada kopi Flores NTT yaitu kopi Bajawa. Harganya mahal sekali, tetapi nasib petani di daerah asal kopi itu tidak menentu.

"Semua kopi di NTT harus didorong supaya go international, kopi spesial. Dengan begitu harga bakal lebih mahal, kuncinya di mutu," ungkap Julie dalam keterangannya, Senin (11/7/2022).

Baca Juga: Pekan Depan, Vaksinasi Ternak di Jawa Timur Capai 100 Persen

Terkait kopi, selama ini banyak pihak dari daerah/provinsi lain di tanah air datang ke sentra-sentra kopi di NTT, di Flores, kemudian diberi merek sebagai produk mereka.

"Karena itu kita harus mampu berdiri sendiri. Kita (NTT) raja kopi. Jangan lagi jadi ATM provinsi lain," tegasnya.

Saat ini, kata dia, kita semua tahu persis Manggarai Barat menjadi kota super prioritas, super premium pariwisatanya, sehingga bisa menjadi marketnya kopi-kopi kita. Itulah mata rantai ekonomi yang harus dijalankan.

"Selain itu, kalau seandainya kita hanya mensosialisasikan keberadaan kopi tapi kita tidak mengkonsumsi atau memakai produk sendiri, itu sama saja. Kita lah yang harus konsumsi terlebih dahulu sebelum kita menjual ke orang luar,” tambahnya.

Ia juga meminta agar pemerintah kabupaten memberikan pelatihan barista kepada anak-anak muda, agar sajian kopi Manggarai sesuai dengan standar pasar.

Pada kesempatan itu Julie juga meminta kepada semua general manager hotel maupun restoran di Labuan Bajo agar menggunakan kopi dari NTT.

Sebab menurutnya, selama ini kita mengeluarkan uang yang cukup banyak untuk membeli kopi dari luar, padahal kopi asli NTT memiliki cita rasa yang khas.

Baca Juga: Asisten I Setda Konawe Sukri Nur Meninggal Dunia saat Hari Raya Idul Adha

Namun ia menegaskan, standarisasi dalam bersaing harus terpenuhi, mulai proses produksi sampai pada penyajiannya.

"Hal ini supaya kita memang menyajikan yang premium. Jadi bukan hanya alamnya yang premium tapi kopi kita juga menjadi kopi premium," ungkapnya.

Dia berharap dengan adanya MPIG para bupati dapat membuat aturan agar semua petani wajib mengikuti MPIG untuk standarisasi.

Bupati Manggarai Timur, Agas Andreas juga sepakat bahwa 3 Manggarai bagi peran terkait penanganan kopi Flores.

"Sebagai bupati saya sepakat terkait penanganan komoditas kopi karena daerah saya juga termasuk produktivitas kopi terbaik untuk Indonesia dan itu sudah diakui," kata Agas. (B)

Penulis: Berto Davids

Editor: Haerani Hambali