Warga Busel Curhat di Medsos Soal Proyek Pembangunan Pemecah Gelombang
Reporter Buton Selatan
Senin, 03 Mei 2021 / 4:26 pm
BUTON SELATAN, TELISIK.ID - Salah satu warga Buton Selatan (Busel), Yusuf Saputra, menyesalkan proyek pembangunan pemecah ombak yang hancur dihantam ombak.
Hal itu dikatakan Yusuf di laman akun facebook yang disampaikan di grup Buton Selatan.
"Bekerja Lah secara profesional agar pembagunan di kabupaten Buton selatan mempunyai asas manfaat yang panjang untuk Rakyat," tulis Yusuf, dikutip melalui akun facebooknya.
Bila bangunan itu telah roboh, lanjut dia, lantas siapa yang di rugikan. Kemudian, siapa yang bertanggungjawab terhadap kerugian daerah tersebut.
"Apakah ada tindak lanjut untuk di benahi kembali ataukah di biarkan roboh begitu saja?" kesal Yusuf, yang diketahui merupakan warga Kelurahan Bandar Batauga itu.
Lebih jauh, ia mengaku akan mensuport gesit pemerintah dalam membangun daerah. Namun asas manfaat berkepanjangan untuk rakyat juga harus menjadi prioritas.
Baca Juga: Dugaan Korupsi Pembuatan Naskah Perda Inisiatif DPRD Mubar Naik ke Penyidikan
Selain itu, salah satu tokoh masyarakat Busel, Haji La Afa, juga ikut mengomentari status tersebut. Dalam komentarnya, mantan anggota DPRD Buton dua periode membandingkan bangunan yang baru dibangun saat ini dengan bangunan peninggalan Belanda.
"Kita hari ini cuma bangga mengapa bangunan yang dibuat pada zaman penjajahan Belanda masih utuh, dan karena keutuhannya dia dijadikan MUSEUM. MENGAPA SEBAB?
Karena Belanda berkeinginan menjajah terus negara kita dan tidak perlu banyak mengeluarkan duit untuk pembangunan," sindirnya.
"Dan itulah bedanya dengan kita hari ini. Bangunan tidak diperlukan untuk bertahan lama supaya pembangunan lancar terus. Pada hal disana ada yang namanya KONSULTAN PERENCANA & KONSULTAN PENGAWAS," tambahnya.
Ketua Partai PPP Busel itu menutup komentarnya dengan kalimat mosi tidak percaya. Menurutnya, kata kejujuran dan integritas hanya pemanis belaka.
Perlu diketahui, proyek tersebut dikerjakan menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun 2019 sebesar Rp.1,4 Miliar. Hanya saja, pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh CV Tolima itu di tahun 2020.
Baca Juga: 5 Cara Atasi Konflik Agar Terhindar dari Perselisihan dan Kekerasan
Tak hanya di Kelurahan Masiri, kegiatan serupa juga dilaksanakan di Kelurahan Majapahit dan Desa Gerak Makmur. Namun, kedua pekerjaan lainnya berdiri kokoh seperti dalam perencanaan.
Kepala pelaksana (Kalak) BPBD Busel, Zamaluddin mengaku, hancurnya bangunan tersebut akibat konstruksi tanah berlumpur sehingga tak kuat menahan beban serya hantaman ombak yang begitu kuat.
"Kontraktornya sudah melakukan perbaikan tapi hancur kembali lantaran kondisi tanahnya tadi yang berlumpur," pungkas Zamaluddin kepada Telisik.id, belum lama ini. (B)
Reporter: Deni Djohan
Editor: Fitrah Nugraha