5 Fakta Healing di Alam Ternyata Bisa Menyembuhkan

Nur Khumairah Sholeha Hasan, telisik indonesia
Rabu, 28 September 2022
0 dilihat
5 Fakta Healing di Alam Ternyata Bisa Menyembuhkan
Ternyata alam sangat cocok bagi anda yang butuh healing selain menawarkan keindahannya juga dapat mengurangi stress serta meningkatkan suasana hati. Foto: Repro idntimes.com

" Rupanya healing bisa dilakukan dengan hal sederhana, salah satunya dengan berkunjung ke wisata alam "

KENDARI, TELISIK.ID - Healing merupakan istilah bagi milenial ketika sedang merasa di mana hati kita patah atau hancur berkeping-keping saat menghadapi kegagalan, penolakan atau kehilangan. 

Ketika merasa hal tersebut hal yang bisa kita lakukan adalah healing. Rupanya healing bisa dilakukan dengan hal sederhana, salah satunya dengan berkunjung ke wisata alam. Berikut ini fakta sains mengenai healing di wisata alam dilansir dari liputan6.com dan cnnindonesia.com yaitu:

1. Tingkatkan Harga Diri

Penelitian menemukan, 90% orang meningkat harga dirinya setelah berjalan mengelilingi taman kota dan 3 dari 10 orang juga merasakan Depresinya berkurang. Di Jepang, masyarakat memiliki kebiasaan yang unik dengan alam untuk menyembuhkan diri, me-refresh pikiran dan kesehatan mental.

Kebiasaan ini disebut dengan shinrin-yoku atau forest therapy. Terapi ini disahkan sebagai program nasional sejak tahun 1982. Terapi dilakukan dengan berjalan santai di hutan tanpa memakai alas kaki. Selama di hutan waktu banyak dihabiskan di sekeliling pepohonan. Tidak berlari, tidak melakukan pekerjaan berat, hanya merenung dan menyatu dengan alam. Sesekali memeluk dan merasakan kulit serta aroma pohon dan dedaunan.

2. Tingkatkan Suasana Hati

Melansir Tempo.co, sebuah studi yang diterbitkan dalam The Journal of Positive Psychology pada tahun 2018 menemukan bahwa menghabiskan lima menit di luar rumah pun dikaitkan dengan peningkatan suasana hati yang signifikan.

Baca Juga: 8 Tips Mencuci Baju Kesayangan Agar Tahan Lama

Dalam studi tersebut, mahasiswa Universitas Regina di Kanada dinilai di ruang lab tanpa jendela versus kelompok alam, di mana para siswa duduk di bangku di taman kota di kampus. Tidak mengherankan, para siswa yang duduk di bangku yang mengalami lima sampai 15 menit di alam melaporkan keadaan emosi yang dapat diandalkan melalui peningkatan signifikan dalam emosi positif dan transenden diri.

3. Tingkatkan Kesehatan Otak

Para ahli dari Max Planck Institute for Human Development mencoba menelitinya. Ia menggunakan bantuan pemindaian MRI kepada 63 sukarelawan untuk penelitiannya. Hasil penelitian tersebut dipublikasikan dalam jurnal Nature dengan judul How nature nurtures: Amygdala activity decreases as the result of a one-hour walk in nature. Tiga peneliti terlibat dalam penulisannya yakni Sonja Sudimac, Vera Sale, dan Simone Kuhn.

Dalam melakukan penelitiannya, para sukarelawan secara acak diminta untuk berjalan-jalan di area seperti pusat perbelanjaan atau di area alami seperti hutan Grunewald di Berlin. Sebelum berjalan, mereka harus menuntaskan sejumlah pertanyaan dan pemindaian MRI.

Setelah melakukan itu, otak para sukarelawan kembali dipindai menggunakan MRI dengan tambahan tugas yang memicu stres, beserta pertanyaan lainnya. Hasil pemindaian MRI menunjukkan pengurangan aktivitas di amigdala setelah berjalan-jalan di hutan.

4. Dapat Meredakan Stres

Alam dapat mengurangi stres dan emosi negatif seseorang. Dengan merasakan kesejukan alam, tekanan darah menjadi stabil dan stress berkurang. Forest therapy ini juga bisa mengurangi emosi negatif karena pepohonan memberikan manusia energi yang lebih. Pepohonan atau hutan juga membuat orang dengan depresi merasakan lingkungan yang positif, sehingga emosi negatifnya yang berasal dari lingkungan biasanya dapat berkurang.

Baca Juga: Jadwal Film One Piece di Hollywood Kendari Hari Ini, Lengkap dengan Harga Tiketnya

5. Mengurangi Depresi

Sebuah studi yang diterbitkan di PNAS pada tahun 2015 menemukan bahwa peserta yang berjalan selama 90 menit melalui taman hijau di kampus, dibandingkan berjalan di dekat jalan raya di dekatnya, menunjukkan otak yang lebih tenang dan kurang memperhatikan aspek negatif dari kehidupan mereka (vs. bagaimana mereka merasa pre-walk) dalam pemindaian otak lanjutan dan kuesioner.

Mereka juga mengalami penurunan aktivitas di korteks prefrontal subgenual, area otak yang terkait dengan depresi. Pada dasarnya, berjalan di alam terbukti memiliki efek positif yang hampir langsung pada suasana hati secara keseluruhan. (C)

Penulis: Nur Khumairah Sholeha Hasan

Editor: Kardin

Baca Juga