Akhir dari Baterai Cepat Soak, China Rancang Teknologi Baru Bikin Dunia Barat Ketar-Ketir

Ahmad Jaelani, telisik indonesia
Kamis, 09 Oktober 2025
0 dilihat
Akhir dari Baterai Cepat Soak, China Rancang Teknologi Baru Bikin Dunia Barat Ketar-Ketir
Sebuah stan yang memamerkan kendaraan energi baru, yang diproduksi di Liuzhou, dalam Pameran China-ASEAN (China-ASEAN Expo) ke-22 di Nanning, Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, China selatan. Foto: Hu Qiusi/Xinhua

" Terobosan baru datang dari dunia teknologi energi. Sekelompok ilmuwan di China berhasil mengatasi tantangan besar yang selama ini menghambat pengembangan baterai litium all-solid-state, teknologi yang digadang sebagai masa depan penyimpanan energi berdaya tinggi dan aman "

BEIJING, TELISIK.ID – Terobosan baru datang dari dunia teknologi energi. Sekelompok ilmuwan di China berhasil mengatasi tantangan besar yang selama ini menghambat pengembangan baterai litium all-solid-state, teknologi yang digadang sebagai masa depan penyimpanan energi berdaya tinggi dan aman.

Selama bertahun-tahun, para peneliti di berbagai negara menghadapi kesulitan menjaga kontak sempurna antara elektrode logam litium dan elektrolit padat.

Permasalahan ini menyebabkan efisiensi baterai menurun, daya tahan singkat, serta risiko keselamatan tinggi. Kini, tim ilmuwan dari Akademi Ilmu Pengetahuan China (CAS) dan sejumlah universitas terkemuka di negeri itu berhasil menemukan solusi yang inovatif.

Berdasarkan laporan media berita Xinhua, yang dilansir telisik.id, Kamis (9/10/2025), melalui riset yang dipublikasikan di jurnal Nature Sustainability, mereka memperkenalkan konsep self-adaptive interphase atau antarmuka adaptif mandiri.

Baca Juga: Gencatan Senjata Resmi Diumumkan, Truk Bantuan dari Mesir Berdatangan ke Gaza

Inovasi ini memungkinkan baterai mempertahankan kontak erat antara anoda logam litium dan elektrolit padat tanpa memerlukan tekanan eksternal yang biasanya membuat baterai besar dan berat.

Dalam penelitian tersebut, para ilmuwan memasukkan ion iodida ke dalam elektrolit padat berbasis sulfida. Ketika baterai dioperasikan, ion iodida bergerak ke arah elektrode di bawah pengaruh medan listrik, membentuk lapisan kaya iodin yang mampu menarik ion litium untuk mengisi celah dan pori-pori mikro secara otomatis.

Proses ini bekerja layaknya mekanisme penyembuhan diri (self-healing), menjaga kestabilan struktur internal baterai secara berkelanjutan.

Hasilnya, baterai purwarupa menunjukkan performa luar biasa setelah ratusan siklus pengisian dan pengosongan tanpa penurunan signifikan. Kinerja stabil ini menjadi tonggak penting menuju komersialisasi baterai padat sepenuhnya yang selama ini hanya menjadi impian industri energi.

Menurut peneliti utama, Huang Xuejie, dari Institut Fisika CAS, teknologi ini berpotensi menghasilkan baterai dengan kepadatan energi lebih dari 500 watt-jam per kilogram. Jika diterapkan pada perangkat elektronik dan kendaraan listrik, kapasitas tersebut dapat menggandakan daya tahan baterai dibandingkan dengan teknologi konvensional yang digunakan saat ini.

Baca Juga: 410 Anak Dibebaskan PBB dari Cengkeraman Kelompok Bersenjata di RD Kongo, Masa Kecil Direnggut jadi Tentara

Selain meningkatkan efisiensi energi, inovasi ini juga memberikan keuntungan dalam hal keamanan. Struktur padat yang terbentuk dari proses adaptif ini mengurangi risiko kebocoran elektrolit dan potensi kebakaran yang sering terjadi pada baterai litium cair.

Terobosan ini membuka peluang besar bagi berbagai sektor, mulai dari kendaraan listrik hingga robot humanoid dan pesawat terbang bertenaga listrik. Dengan stabilitas dan kepadatan energi tinggi, baterai all-solid-state versi baru ini diharapkan menjadi pondasi utama sistem energi masa depan yang lebih ramah lingkungan dan tahan lama.

Wang Chunsheng, pakar baterai solid-state dari Universitas Maryland, menilai penelitian ini sebagai langkah penting menuju realisasi praktis baterai litium all-solid-state.

Menurutnya, hasil riset ilmuwan China ini secara fundamental telah menyelesaikan persoalan utama yang selama ini menjadi batu sandungan terbesar dalam proses komersialisasi teknologi tersebut. (SHN)

Penulis: Ahmad Jaelani

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS 

Artikel Terkait
Baca Juga